15. You Will Always Be Enough For Someone.

1.8K 255 101
                                    

Egi dan Keira melangkahkan kaki mereka memasuki area kantin dengan raut datar, dan kedatangan mereka ke kantin sontak membuat hampir seluruh atensi penghuni kantin tertuju ke mereka.

Kalo ada Wendy, pasti cewek itu bakal risih banget sama atensi yang diberikan orang-orang ke mereka bertiga.

Bukannya Wendy benci jadi perhatian, tapi cewek itu benci dengan tatapan-tatapan menilai dan men-judge yang ditujukan kepada Egi dan Keira.

Sementara Egi dan Keira sendiri sih gak pernah peduli kalo cuma sebatas diliatin doang. Egi yang emang orangnya cuek dan gak pedulian dan Keira yang emang ber-profesi sebagai model dan selebgram udah terbiasa sama atensi semacam itu dan tatapan-tatapan menilai semacam itu karena kemanapun Keira pergi, gak sedikit yang memberinya tatapan menilai semacam itu.

Biasanya kalo Egi, Keira dan Wendy jalan bertiga, auranya gak bakal se-menyeramkan sekarang karena masih ada Wendy yang suka nebarin senyum ke orang-orang yang dilewatinya.

Tapi sekarang, karena Wendy lagi latihan buat lomba solo vocal sama Chandra dan gak bisa ikut ngantin bareng Egi dan Keira, aura yang dipancarkan Egi dan Keira ketika jalan bareng tuh... Mencengkam banget.

Masalahnya, dua-duanya punya satu template muka yang sama. Jutek abis.

Setelah beberapa saat berjalan, Egi dan Keira berpisah jalan. Keira pergi ke tempat batagor langganannya dan Egi ke tempat bubur ayam.

Ketika Egi sampai di tempat Bubur Ayam Bang Jimmy yang merupakan bubur ayam yang melegenda di sekolahnya karena Bang Jimmy udah berjualan lama disana, Egi diam-diam bersyukur karena yang beli belom terlalu rame.

Karena cewek itu paling benci sama yang namanya nunggu.

Egi kemudian berdiri di sebelah tiga cewek yang ia kenali wajahnya sebagai teman-teman seangkatannya. Tapi Egi gak tau nama mereka siapa.

Egi gak menoleh untuk menatap wajah mereka lagi atau membaca badge nama mereka, cewek itu hanya berdiri di belakang siswa lain yang sedang memesan untuk menunggu gilirannya dan memandang lurus ke depan.

Egi dapat merasakan tatapan ketiga cewek itu mengarah kepadanya dari sudut matanya. Namun lagi-lagi, Egi tidak bergeming dari posisinya dan tetap menatap lurus ke depan.

"Gue kira cewek baik-baik, ternyata murahan ya."

"Lo kaget? Gue sih gak. Dari mukanya emang ketauan cewek murahan."

"Cih, dulu aja sok jual mahal sama cowok. Sekarang ketauan kan aslinya kayak apa."

Egi masih tetap diam. Dalam hatinya ia berkata, bodo amat bukan urusan gue, lagian gue gak tau siapa yang mereka omongin.

Namun ketika salah satu dari mereka kembali membuka mulutnya untuk berbicara, Egi langsung membeku di tempatnya.

"Kemaren pulang sama Rakhshan, kemarennya lagi berangkat sama Tara. Besok sama siapa coba? Haha."

Egi hendak menoleh lalu membalas ucapan ketiga cewek yang berdiri disebelahnya ketika tiba-tiba seseorang berbadan tegap berdiri di sebelahnya, menghalangi pandangannya dari ketiga gadis tersebut, lalu tangan orang itu langsung meraih tangan Egi kemudan menggenggamnya erat.

Egi sontak menoleh ke arah orang itu, dan kedua matanya langsung melebar.

Itu Ale. Aldebaran Nareswara Dewantara.

Tatapan Egi kemudian langsung ter-arah ke tangan mereka yang bertautan, dan cewek itu dapat merasakan jantungnya yang tiba-tiba berdegup kencang.

MetanoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang