❝Aku sudah bersaksi atas nama Tuhan, jika sekarang dia adalah milik ku❞
Happy Reading
Ezhar menarik napas panjang lalu menjabat tangan lelaki yang duduk di depan nya.
"Aku nikahkan engkau Mahardika Darren Elvano, dan kawin kan engkau dengan puteriku Elina Zafira Husein binti Ezhar Malik Husein dengan mahar berupa seperangkat alat sholat, cincin emas, serta uang tunai sebesar tiga ratus lima puluh juta rupiah di bayar tunai."
Dika menatap lelaki paruh baya yang ada di depan nya ini dengan tatapan tegas, memantapkan hati sambil menjabat tangan ayah Elina.
"Saya terima nikah dan kawin nya, Elina Zafira Husein binti Ezhar Malik Husein dengan mahar yang di sebutkan berupa seperangkat alat sholat, cincin emas, serta uang tunai sebesar tiga ratus lima puluh juta rupiah di bayar tunai."
Dika menyelesaikan ucapan nya dalam satu kali tarikan napas, membuat para tamu dan hadirin yang datang itu berdecak kagum.
SAH!
Satu kata yang terdengar ke seluruh penjuru ruangan menjadi saksi atas janji sakral yang telah Dika ucapkan.
Kedua keluarga besar itu kini dapat bernapas lega sekaligus menatap anaknya dengan perasaan haru. Selesai sudah tugas mereka untuk menikahkan anak mereka dan sekarang anaknya itu akan membina rumah tangganya sendiri. Mereka berharap agar mulai sekarang, anak-anak mereka itu bisa saling mengoreksi kekurangan masing-masing dan bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Elina tersenyum samar di balik tudung kepalanya.
Gadis itu reflek meremat tangan berlapis Henna yang di lukis begitu indah di tangan nya saat merasakan tudungnya di angkat oleh seseorang. Dia adalah Mahardika Darren Elvano, lelaki yang kini sudah sah di mata hukum dan agama menjadi suaminya.
"Maaf.." ucap Dika.
Dika lalu mendekatkan wajahnya untuk mencium kening sang istri, satu hal kecil yang sukses membuat Elina merasa dadanya berdebar dan juga merasa kikuk di waktu yang sama.
Kini mereka sadar, bahwa status mereka sudah berubah.
Dika melepaskan pagutan nya perlahan lalu mengusap pipi bersemu Elina yang kini menatapnya penuh arti. Dia jadi teringat percakapan mereka pada malam itu, malam dimana mereka di beri kesempatan untuk berbicara berdua.
"Nikah itu bukan main-main, Dika. Gue cuma mau nikah sekali seumur hidup." ㅡElina.
"Habis ijab kabul besok, gue harap kita mulai bisa nerima satu sama lain." ㅡDika.
Seperti itu kira-kira potongan kalimat yang mereka ucapkan malam itu.
Mereka lalu memandang kedua orangtua mereka yang tersenyum lebar sembari tersenyum tipis. Tidak ada yang tahu bagaimana perasaan mereka berdua saat ini, tampak tersenyum bahagia tidak menampik jika mereka benar-benar bahagia bukan?
Ada perasaan sedih yang tertanam di dalam lubuk hati masing-masing.
Apakah ini memang jalan nya?
ㅡBersambung..
Jalan cerita sama aja cuma mungkin ada sedikit yang beda misal penulisan nya atau penambahan tokoh hehe✌️ kalian bisa tetep enjoy bacanya
Jangan lupa bintang guys🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad boy to be Husband✓
Teen Fiction❗FOLLOW SEBELUM MEMBACA❗ Apa jadinya jika seorang berandalan sekolah yang tidak pernah mau mengikuti aturan, sukanya berantem sana-sini itu di jodohkan dengan seorang gadis atlet taekwondo kebanggaan sekolah? "Gue gak mau nikah sama lo!" "Lo pikir g...