Mahardika Darren Elvano

871 66 2
                                    

❝Thoughts give birth to actions, actions spawned a habit, habit bore the character and the character created fate❞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Thoughts give birth to actions, actions spawned a habit, habit bore the character and the character created fate❞

Happy Reading

Ceklek!

Seorang cowok baru saja membuka pintu rumah dan berjalan masuk dengan santainya.

"Darimana aja kamu?!" hardik Mahen.

03.00 AM

Selalu saja seperti ini.

Anak laki-lakinya itu baru saja pulang ke rumah dengan wajah tanpa rasa bersalah sama sekali. Keadaan seragam sekolahnya yang kusut dan juga beberapa bagian wajahnya yang berwarna biru, bisa di tebak jika dia baru saja berantem. Coba tanyakan, orangtua mana yang tidak khawatir jika melihat anaknya pulang ke rumah dengan keadaan seperti itu?

Parahnya anak itu malah berjalan melewatinya.

"Mau sampe kapan kamu gini terus? Pulang jam 3 pagi, tawuran, bahkan kelakuanmu di sekolah pun bikin orangtua malu. Papah sama mamah itu sekolahin kamu supaya jadi baik, bukan jadiin kamu preman!" marah Mahen.

Rahangnya mengeras menahan emosi, tangan nya terkepal kuat ingin menghajar anak laki-lakinya itu namun tangan sang istri sudah lebih dulu menahan nya sambil menggeleng pelan.

"Ngomong baik-baik pah, jangan langsung emosi.." ucap Dela, ibunya.

Dika yang baru saja menaiki tangga itu berbalik.

"Gak usah sok berlagak jadi orangtua yang baik. Gue tumbuh besar itu sama nenek, di rawat sama nenek, apa-apa sama nenek, bukan kalian. Jadi kalian gak berhak ngatur-ngatur gue!" sarkas Dika.

"MAHARDIKA!" bentak Mahen.

"PAPAH!" sahutnya.

"Dika, duduk dulu sini ya nak? Kita bicarain baik-baik.." ucap Dela berusaha menengahi perseteruan suami dan anaknya itu.

Dika mendengus.

Mendengar suara lembut ibunya itu membuat Dika sedikit luluh dan dengan langkah sangat terpaksa berjalan ke arah orangtuanya. Masih dengan tatapan tajam yang di tujukan pada sang ayah, lalu dia duduk.

"Sini biar mamah aja yang jelasin.." Dela menggenggam tangan Dika.

"Papah sama mamah itu nggak kayak yang Dika pikirin, yang katanya nggak pernah ngurusin Dika, itu salah. Iya emang dulu kita sibuk kerja, jadi sering nitipin Dika sama nenek. Tapi kalo pulang kerja mamah sama papah kan bakal jemput Dika pulang, lagipula sekarang udah nggak sesibuk dulu.." jelas Dela.

Bad boy to be Husband✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang