Prologue

6.7K 347 53
                                    

Characters unlocked;
Park Jeongwoo as Gabriel Arsy Azelio
Nam Dohyon as Dominic Othello
Park Jihoon as Regan Ganendra

-—-

Jakarta, 2021.

BUNYI suara terdengar cukup nyaring memenuhi ruangan. Lelaki yang masih bergulung dalam selimut itu sejak tadi mengerang merasa terusik oleh suara alarm. Berkali-kali ia memencet layar ponselnya yang mana hanya cukup membuat pengingat itu berhenti sesaat dan berbunyi kembali beberapa saat kemudian.

Namun, kali ini dirinya memutuskan melihat layar ponsel. Betapa terkejutnya ia saat mendapati jam yang tertera di layar. "Hah? Kok udah jam segini?" paniknya berujung segera beringsut bangun. Laki-laki manis bernama Gabriel Arsy Azelio atau yang biasa disapa Azel itu segera masuk ke dalam kamar mandi. Jelas, dirinya sudah telat berangkat ke kampus. Itu karena Azel tidur larut malam untuk mempersiapkan kebutuhan ospek atau yang disebut Pengenalan Mahasiswa Baru (PMB) di kampusnya.

Azel dengan cepat menyambar tas ranselnya setelah mandi dan berpakaian, kemudian ia bergegas berangkat ke kampus menggunakan ojek online yang sudah dipesan. Beruntung hanya sekali memesan ia langsung mendapat driver yang akan mengantarnya ke kampus.

"Mas, tolong cepetan dikit, ya!" ujarnya membuat supir ojek online mengangguk dan menambah laju kecepatan motornya.

Azel bergegas turun dari boncengan saat motor yang ditumpanginya berhenti tepat di depan pintu masuk area kampus. Dengan tergesa ia membuka kaitan helm, "Udah bayar di aplikasi, Mas. Makasih!" Azel berlari memasuki area kampus yang terlihat ramai.

"Eh, lo maba mau ke mana?" Suara bariton seseorang membuat langkahnya terhenti. Kepala Azel otomatis menoleh ke belakang. Netranya mendapati sosok laki-laki yang menatapnya tajam dari jarak beberapa meter.

Laki-laki yang Azel yakini sebagai panitia ospek berjalan menghampiri membuatnya menelan saliva susah payah merasa gugup dan takut. Pikirannya seketika berubah negative thinking bahwa lelaki itu akan memberinya hukuman, sebab dirinya datang terlambat di hari pertama masa orientasi saat semua mahasiswa baru sudah berbaris rapih.

"S-saya, Kak?" Tunjuknya pada diri sendiri untuk memastikan.

Langkah lelaki yang lebih tua berhenti tepat di hadapannya dengan kedua mata menelisik lebih jauh Azel yang berdiri gemetar. "Lo lihat ada yang jalan di sini selain lo dan panitia PMB nggak? Gue bilang maba, masa gue manggil panitia?" ketusnya.

Laki-laki yang mengenakan almamater berwarna merah maroon kebanggaan kampus mereka, melipat kedua tangannya di depan dada memperhatikan Azel yang terlihat sedikit ketakutan. "Siapa nama lo?" tanyanya membuat Azel mengerjap.

Azel menelan salivanya sedikit kasar. "Azel, Kak." jawabnya dengan jantung berdebar.

"Azel, lo ikut gue!" ujar lelaki itu tegas menyuruh Azel untuk ikut dengannya.

Azel menggelengkan kepala melihat kakak tingkatnya berbalik dan bersiap pergi. "K-kak, maaf nggak bisa." tolaknya pelan. Sejauh ia lihat senior yang berbicara dengannya ini bukan bagian dari fakultasnya karena selama satu hari penuh technical meeting sebelum ospek, rasanya Azel tidak pernah melihat lelaki itu di lingkungan fakultasnya.

Laki-laki yang lebih tua menaikkan sebelah alisnya. "Semua maba di fakultas saya diminta buat baris di barisan fakultas, Kak." Azel menjelaskan maksud dari penolakannya.

Kakak tingkat itu menatap datar mendengar alasan yang dilontarkan Azel. "Itu buat yang gak terlambat. Lo dateng terlambat dan acara PMB udah mau dimulai. Lo FEB, 'kan?" tanyanya melihat pita oranye terikat di lengan Azel. "Jadi, pilih ikut gue baris gabung sama fakultas lain atau mau dihukum sama panitia BEM fakultas lo karena terlambat?"

Dandelions [hajeongwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang