LIMA

1K 101 1
                                    

Happy Reading🧡

(Namakamu) kaget, sangat kaget, dia tak percaya dengan apa yg sekarang dia lihat di depan matanya.

Ia melihat kakak nya tengah berciuman dan bercumbu mesra di sofa ruang tamu dengan seorang pria yg tak (Namakamu) kenali sama sekali.

"Ka..kak Dinda" ucap (Namakamu) terbata.

(Namakamu) refleks menjatuhkan papper bag yg ada di genggamannya.

Dinda pun sontak mengakhiri kegiatan panas tersebut, ia dibuat sangat kaget dengan kedatangan (Namakamu) yg secara tiba-tiba.

"(Nam), se..sejak kapan kamu disitu?" Tanya Dinda terbata, sungguh ia sangatlah kaget dan merasa malu.

Ia langsung merapikan kembali beberapa kancing bajunya yg terbuka, lalu beranjak dari sofa menghampiri (Namakamu) yg masih setia berdiri di ambang pintu.

"Daritadi dan aku liat semua apa yg kakak lakuin" ucap (Namakamu) masih dengan ekspresi tak percayanya.

"Aku gak ngerti sama jalan pikiran kakak, dan aku gak percaya kalo kakak bisa ngelakuin hal yg kayak gini"

"Apa kakak gak mikirin perasaan bunda? perasaan Ayah? perasaan bang Ibay? Apa kakak gak punya rasa malu? Kakak mikir gak sih sama apa yg kakak lakuin?"

"Sumpah aku kecewa sama kak Dinda, aku gak rela liat kakak kayak gini, kakak lagi kenapa sih? Kalo ada masalah cerita, bukan malah lari ke hal yg negatif kayak gini!"

"Sadar gak sih sama apa yg dilakuin? Apa aku harus kasih tau bunda sama bang Ibay soal masalah ini biar kakak sadar?!" Ucap (Namakamu) yg hendak pergi, namun dengan cepat ditahan oleh Dinda.

"Please jangan (Nam), jangan kasih tau bunda sama Iqbaal, kakak mohon maafin kakak hikss" Pinta Dinda yg mulai terisak.

"Hikss, maafin kakak, kakak cuma bosen sama Iqbaal. Dia terlalu sibuk sama kerjaannya (Nam), kakak juga butuh perhatian lebih dari Iqbaal" Ucapnya berusaha membela diri.

"Perhatian lebih kakak bilang? Kurang perhatian apa bang Ibay selama ini kak hahh? Bahkan kemarin bang Ibay bela-belain cancel meetingnya sama klien besar dan percayain aku gantiin dia meeting, itu cuma buat jemput kakak. Tapi yg dijemput malah drama gak jelas kan? Kurang apa lagi selama ini, bang Ibay udah banyak berkorban buat kak Dinda" Ucap (Namakamu) yg semakin marah.

"Bang Ibay selalu nyempetin waktunya buat kak Dinda, kadang dia rela tinggalin banyak kerjaan dan beberapa meeting penting cuma buat temuin kakak!"

"Aku gak habis pikir sama kak Dinda, bisa-bisanya kakak kasih bibir, kasih bagian sensitif tubuh kakak dengan gampang dan murahnya sama cowok yg bukan mukhrim dan cowok brengsek kayak dia! Apa kakak gak punya malu? Atau emang kakak gampangan?" umpat (Namakamu) yg sangat kecewa pada Dinda.

(Namakamu) pun menatap sengit pria yg sedari tadi hanya duduk santai dengan wajahnya yg tak merasa berdosa.

"Dan buat lo cowok brengsek, lo gak malu? Lo masih punya muka? Kalo iya lo cowok, lo gak bakalan ngelakuin hal yg menjijikkan kayak tadi, seharusnya lo bisa ngehargain wanita kayak gimana, bukan malah ngerusak! Tapi emang lo cowok brengsek sih, jadi mana mungkin tau gimana caranya ngehargain wanita!" Umpat (Namakamu) berdecih.

"Udah sejauh mana kalian ngelakuin hal negatif kayak gini? Jawab!" Tanya (Namakamu) penuh amarah.

PLAKK!

Dinda menampar pipi (Namakamu) dengan sangat keras.

"Aww" Ringis (Namakamu) memegangi pipi kirinya yg terasa pedih, panas dan sakit.

SEGITIGA [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang