REVERIE POV
Aku lupa bagaimana caranya menutup mulutku saat mobil Aiden memasuki kawasan gedung apartemen yang super eksklusif, sesekali aku melirik Aiden yang masih bersender dengan mata terpejam dipundakku.
Ah biarkan dia istirahat, Aiden terlihat lelah.
Ngomong-ngomong Aiden memang terlihat kaya, tapi aku tidak menyangka jika ia tinggal di gedung semegah ini.
Saat supir sudah memarkirkan mobilnya dengan sempurna disalah satu parkiran kosong, aku merasa canggung bukan main saat tatapanku tanpa sengaja bertemu dengan supir dispion tengah mobil.
Supir itu tertekan ragu untuk membangunkan Aiden, tapi posisi ini juga membuatku semakin canggung.
Aku berdaham sekilas, menggerakkan bahuku perlahan untuk membangunkan Aiden yang masih terlelap. "Aiden." bisikku, "Aiden."
Aku mendengar Aiden berdaham tertahan, perlahan tapi pasti dia bergerak dari posisinya. Sebenarnya ada apa? Aiden terlihat seperti tidak punya tenaga,
Dia terlihat sangat lemas,
"Apa kau baik-baik saja?" tanyaku saat melihatnya masih bersender pada senderan sofa mobil, "Kau yakin tidak mau ke rumah sakit?" Aku menyentuh dahinya, Dia tidak demam, "Sepertinya kau benar-benar sedang sakit, sebaiknya-"
Helaan nafas terdengar dari bibir Aiden, saat mataku melihat bibirnya entah kenapa aku langsung menelan liurku sendiri. Sial, entah bagaimana Aiden benar-benar terlihat seksi sekarang.
Walaupun hanya cahaya pintu masuk lift yang menyinari dalam mobil, tapi aku masih bisa melihat dengan jelas rahang tegas Aiden. Bagaimana rahang itu bisa terlihat sempurna? Aku rasa Tuhan menghabiskan waktu lebih lama saat memahat wajah Aiden hingga menghasilkan pahatan yang sempurna itu.
Aiden masih tidak menjawab pertanyaanku, dia meraih gagang pintu dan membuat supir yang sedari tadi hanya melirik canggung kearah kami langsung keluar untuk menahan pintu mobil,
Sebenarnya apa pekerjaan Aiden?
Sepertinya dia benar-benar orang kaya,
Dengan sedikit gontai Aiden keluar dari mobilnya, karena melihat jalannya yang seperti orang Masuk dengan tergesa-gesa aku langsung keluar dari mobil menyusul Aiden. Aku meraih tangannya lalu meletakkan tangan itu pada bahuku, "Kau seperti orang yang sedang mabuk."
Aku hanya melihat Aiden tersenyum sekilas karena perkataanku,
Kenapa dia jadi tidak banyak bicara sekarang?
Aiden terlihat seperti sedang sakit parah,
Supir itu tidak mengikuti kami masuk kedalam pintu kaca yang dimana berada dua pintu lift didalamnya, ada meja kayu beserta pot bunga ditengah-tengah ruangan. Lagi-lagi aku terpukau, Siapapun yang datang akan tahu jika ini bukan apartemen sembarangan.
Ting!
Aku dan Aiden bahkan tidak perlu menunggu waktu yang lama untuk lift itu tiba setelah aku menekan tombolnya. Benar-benar hebat, ini apartemen dilevel yang berbeda.
Setelah sampai didalam lift, belum sempat aku bertanya Aiden sudah bersuara, "lantai lika." ujarnya lirih,
Kalimat pertama yang aku dengar semenjak perjalanan pulang, sesuai dengan perkataannya aku langsung menekan tombol lima dan pintu lift pun tertutup.
Aku melirik Aiden sekali lagi, "Kau benar-benar pucat, apa kau yakin tidak mau ke-"
Ting!
Perkataanku berhenti saat suara lift terdengar, kali ini Aiden berjalan sendiri keluar Lift meninggalkan aku yang entah keberapa kalinya terpukau dengan desain interior gedung apartement Aiden.
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) Detachment - Aiden Ann Mirendeff
RomanceSequel of My Step Brother. Aiden Ann Mirendeff, putra dari seorang Businessman Eder Von Mirendeff dan Cucu Laki-Laki seorang Multijutawan Hans Mirendeff. Nama belakang yang ia punya merupakan berkat yang paling besar yang mungkin diharapkan semua o...