Itu bohong jika aku berkata bahwa aku tidak peduli dengan apa yang akan orang lain fikirkan tentang diriku, aku tidak memiliki hati sebesar itu untuk menerima perkataan buruk dari orang lain mengenai diriku.
AIDEN POV
Reve sudah bersender karena merasa terlalu kenyang di sofa, aku tidak tahu berapa kali ia membuatku tersenyum atau tertawa karena melihat tingkah kelaparannya.
Sejauh yang aku tahu tentang Reve dia gadis yang supel, ia bisa membuat orang yang ada disekitarnya merasa nyaman, tingkahnya yang polos itu membuatku tertawa setiap melihatnya.
Well, aku tidak pernah bertemu dengan wanita sepolos Reve,
Aku menoleh saat mendengar helaan nafas berat keluar dari bibir Reve, Dia senang menghela nafas, itu bukan kebiasaan yang baik.
Menghela nafas terdengar sederhana, tapi menurut sisi psikologi menghela nafas dilakukan sebagai sarana untuk menenangkan diri dari stress, rasa marah, rasa tidak nyaman, rasa kecewa atau bahkan tertekan. Ah, Dia pasti merasa sedang stress sekarang, mengingat kejadian diacara reuni.
"Ada apa lagi?" tanyaku masih memperhatikan Reve yang sekarang terlihat murung, "Aku kira makanan bisa membuatmu bahagia, kau terlihat emosional sekarang."
Reve menoleh melihatku, "Aku hanya bingung bagaimana menghadapi hari esok."
"Apa yang terjadi besok biarlah terjadi, kau tidak bisa berlari dari-nya walaupun kauingin." Sahutku, sekarang aku melihat pantulan diriku sendiri didalam Reve.
Seperti Reve saat ini, terkadang aku juga merasa tidak tahu bagaimana cara menghadapi hari-hariku, setiap pemikiran buruk terkadang membuatku takut untuk melangkahkan kakiku dari rumah. Pemikiran yang belum terjadi tapi terasa nyata,
Pikiran negatif yang bahkan tidak bisa kau hentikan walaupun kau ingin,
Kau tahu pikiran negatif itu membuat dirimu resah dan sulit mengendalikan diri,
Tapi kau tidak bisa menghentikannya,
Semakin kau ingin berhenti dari pikiran buruk itu, dia malah menarikmu semakin dalam,
Aku benar-benar tahu bagaimana rasanya,
Kali ini aku yang menghela nafas berat, aku merasa terbebani dengan diriku dan apa yang ada dalam hidupku hingga tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
"Aku tahu itu." Reve mempautkan bibirnya, "Aku hanya tidak siap untuk menghadapinya."
Kali ini Reve tersenyum kecut, "Walaupun dipikir-pikir aku tidak perlu khawatir terhadap penilaian orang lain tapi itu menakutkan saat membayangi mereka berbicara buruk tentangmu walaupun mereka tidak mengenal dirimu dengan baik. Membayangkannya saja sudah membuatku gila."
Aku menarik nafasku, entah apa yang terjadi pada diriku. Aku merasa Reve mengungkapan apa yang tidak bisa aku ungkapkan sebelumnya.
Aku juga seperti itu,
Aku menganggap bahwa tidak ada untungnya bagiku memikirkan pendapat orang lain,
Tapi aku pun merasa khawatir dengan apa yang akan orang lain katakan mengenai diriku,
Pertanyaan mengenai bagaimana reaksi semua orang selalu menghantuiku tanpa diminta, Apa semua orang juga merasa seperti itu?
Apa itu hal yang wajar?
"Jika memang hal buruk yang terjadi, aku rasa itu bukan salahmu." Itu apa yang aku katakan pada diriku sendiri, "Mereka tidak tahu penderitaan yang kau rasakan dibalik punggung mereka, Well aku rasa mereka tidak akan pernah mau tahu, jadi jikapun hal buruk terjadi kau satu-satunya yang paling tahu apa kesalahan dan apa hal benar yang sedang kau coba untuk lakukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) Detachment - Aiden Ann Mirendeff
RomanceSequel of My Step Brother. Aiden Ann Mirendeff, putra dari seorang Businessman Eder Von Mirendeff dan Cucu Laki-Laki seorang Multijutawan Hans Mirendeff. Nama belakang yang ia punya merupakan berkat yang paling besar yang mungkin diharapkan semua o...