TOK TOK TOK.......
Pukul 02.00 WIB.
Aku mendengarnya lagi. Suara orang mencacah daging dari ruang pojok.
Apa mungkin selama ini dialah orang bertopeng babi yang seringkali mencacah daging di malam hari? Itu adalah kemungkinan terbesar dalam pikiranku. Tapi kenapa? Untuk apa? Semua orang yang memikirkan kejadian aneh ini pasti akan bertanya demikian.
TOK TOK TOK...!
Apa harus kucoba untuk berjalan mendekati sumber suara itu?....
Tidak-tidak, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika aku keluar dari kamar ini di malam hari.Aku sungguh ingin tahu tapi bukan dengan cara yang ceroboh.
Sebagaimana yang kuingat ucapan Samsul sebelum dirinya pergi dari asrama ini ; "Kalian nggak curiga? Orang-orang yang pergi tanpa pamit dari asrama ini mungkin memang sudah pergi dari dunia. Mungkin mereka dibunuh atau diculik." Ucapan itu membuat diriku agaknya sedikit was-was. Kata-kata Samsul itu tak patut diremehkan, apapun bisa terjadi, terlebih di tempat yang tak kutau seluk beluknya.
Aku tak tahu apa saja rahasia di asrama ini, karena itu perlu kewaspadaan. Apa yang dipikirkan Samsul bisa seja benar.
~•●•~
"Bambang mana Bill?" tanya Irfan yang tengah duduk menikmati sarapannya.
Sedangkan Billy dengan wajah yang lesu mengambil sepiring nasi dari baskomnya. Ia hanya menggelengkan kepala saat ditanya Irfan perihal keberadaan Bambang yang sejak tadi memang tidak terlihat batang hidungnya.
Billy tampak berbeda dari biasanya. Pagi ini ia seperti orang ketakutan yang menutup mulut sepanjang waktu. Wajahnya nampak sembab, dengan mata yang memerah dan sedikit keringat di pipi meski masih begitu pagi. Sepertinya ia sedang sakit atau tadi malam bergadang sampai pagi.
"Kamu cuman makan pake nasi?" tanya Irfan. "Oh iya.. nggak doyan sop ayamnya ya?"
Billy masih diam. Wajahnya yang lesu berubah menjadi pucat. Pagi ini ia memang tak mengambil sop ayam untuk sarapan.
Pasti ada sesuatu. Tak biasanya Billy menjadi pendiam seperti ini.
"Kamu kenapa si Bill? Sakit?" tanya Lintang yang duduk berdampingan dengan Billy.
Billy hanya menggelengkan kepala tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia mengunyah nasinya secara perlahan. Namun sekonyong-konyong air matanya mengalir di pipinya.
"Kamu kenapa si Bill?" tanya Lintang lagi. "Kalau ada masalah cerita dong!" ia mengusap air mata dan keringat Billy dengan tisu.
"Jangan-jangan hari ini giliran Bambang yang pergi tanpa pamit," cerocos Irfan membuat semua orang yang mendengar terkejut. Tatapan mereka lantas tertuju pada Irfan yang terduduk di sudut meja. "Secara, hari ini kita makan sop ayam," ujarnya lagi.
Benar sekali, aku baru menyadarinya. Hari ini pasti giliran Bambang yang pergi tanpa berpamitan. Pagi ini, hanya dia yang tak terlihat batang hidungnya. Sudah dipastikan, Bambang sudah tak ada di asrama ini.
Kenapa harus Bambang? Yahh meski dia sedikit berisik, tapi kami sudah cukup lama menjalin pertemanan di asrama ini. Sangat disayangkan jika dia pergi tanpa memberi tahu kami.
Setelah sarapan pagi, aku, Billy, dan Lintang menilik kamar Bambang sebentar. Memang di ruang itu sudah tak ada apapun kecuali lemari kosong dan beberapa hanger yang tercantol di balik pintu.
Billy yang terbujur lemas di pinggiran pintu tampak menangis deras. Entah kenapa dia begitu sedih.
"Nggak perlu terlalu disedihkan Bill. Bambang pasti baik-baik aja di sana. Semoga nanti dia mengabari," ujarku kepada Billy.
"Nggak!" Billy tampak mengencangkan tangisannya. Ia menggeleng-gelengkan kepala sembari menyeka air matanya.
"Maksudmu?" tanyaku kebingungan.
"Jean," gumam Lintang memanggilku. Ia tampak sedang mengamati kolom lemari milik Bambang.
Aku lantas mendekatinya.
Sejurus kemudian, ia menunjukan cairan merah dari jari telunjuknya. Matanya melotot ketakutan. "Ada darah di bawah lemari ini," ujarnya mengejutkanku.
Aku yang melihatnya hanya terdiam kebingungan. Aku tak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi. Sedangkan Lintang kini menjauhi lemari itu dengan ekpresi ketakutan.
"Jean, Lintang. Ada waktu kah untuk bicara? Aku ingin menceritakan apa yang kulihat tadi malam," ujar Billy di garis pintu itu. "Nanti selepas bekerja, aku akan menceritakan kepada kalian," ujarnya lagi dengan wajah yang begitu serius.
Mendengar ucapan Billy, tiba-tiba bulu kudukku merinding. Ia tampak bukan Billy yang kulihat biasanya.
Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Billy menjadi sebegitu serius? Aku sungguh tak sabar mendengar cerita yang akan dia sampaikan.
#author
Terimakasih sudah membaca, jangan lupa vote...Kira-kira kenapa nih Billy?
#bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
BUTCHER
غموض / إثارة(15+) [Cerita ini mengandung adegan sadis. Cocok dibaca ketika malam hari di tempat yang sunyi] Sudah 3 kali Jean mendengar suara orang mencacah daging di malam hari. Awalnya ia tak memperdulikan hal itu meski terus bertanya-tanya dalam hati 'suara...