Lintang bergetar hebat ketika matanya bertaut pada serpihan daging badan Mama yang tercacah-cacah tak berdaya bagai gilingan daging. Iris mata Lintang melebar dengan mulut menganga, bibir bergetar. Perlahan ia menarik mundur langkahnya sembari berekspresi ketakutan.
Ia benar-benar sudah membuat badan Mama tercacah-cacah, hampir seperti gilingan daging sapi -bahan dasar untuk membuat sosis-. Yang kusaksikan, ia mengampaki badan Mama dengan intensitas tinggi tanpa ampun. Ya ampun Lintang! Ia sungguh tak terduga!
"Aku membunuh orang," lirihnya menatap ke arahku.
"Nggak apa-apa Lintang! Kamu nggak salah." Aku terhuyung-huyung mendekat ke arah Shasa, berusaha mereda kepanikan Lintang dengan kata-kataku. Kamudian kuelus-elus pundak Shasa yang mendapatkan trauma luar biasa. Nyawanya hampir saja melayang, tapi hari ini Tuhan masih bersamanya. "Kita harus segera pergi dari tempat ini, kita harus ke rumah sakit dan melapor ke Polisi."
"Ya." Lintang tak berkutik dari tempatnya, hanya getaran badan yang ia tampikkan. Ia masih begitu panik.
"Lintang! Bantu aku mengangkat Shasa," perintahku.
Dengan langkahnya yang berat, Lintang berusaha berjalan ke arahku. Kemudian mengangkat lengan kiri Shasa ke atas pundaknya bersamaan denganku yang mengangkat lengan kanan Shasa ke atas pundakku. Kami berdiri kompak, manarik langkah maju dengan energi yang tersisa.
Hahh! Malam ini melelahkan! Merepotkan! Sungguh tak kuduga secepat ini. Hanya tersisa 3, semuanya telah pergi meninggalkanku, termasuk Jordy dan Irfan yang jiwanya pergi dan kini menyisakan sisi keiblisannya.
Tak kulupa, ponselku yang sudah hampir hancur lebur. Meski begitu, kartu memori di dalamnya masih berguna untuk bahan bukti. Rekaman percakapan itu sudah tersimpan di dalamnya. Hehehe aku tersenyum, ternyata Mama berotak pendek, ia hanya memperhitungkan ponselnya, menghancurkannya tanpa memperdulikan isinya.
Suara ayam menggaung, bersaut-sautan dengan ayam jantan lainnya. Sampai pagi, kami mungkin sudah mengakhiri gerekan tersembunyi di tempat kerja ini, meski akhirnya kami tak bisa menyelamatkan nyawa semua rekan-rekan kami. Itu karena kami terlambat bergerak, kami terlambat mengetahui segalanya. Ini sungguh menyedihkan. Mereka punya keluarga di rumah, dan bekerja untuk keluarga di rumah, kini bahkan hanya menyisakan peretalan daging yang hampir tak serupa manusia lagi.
Kami menarik langkah demi langkah sembari memandangi serpihan-serpihan daging rekan-rekan kami yang sudah terkulai kaku di dasar bumi. Kepala, tangan, kaki, usus, jari, beberapa sudah seperti potongan daging sapi. Kukatakan lagi, ini menyedihkan melihat rekan-rekan yang sering bekerja dan berbincang bersama ternyata sudah..... ahh tak mau kusebutkan lagi cacahan daging itu. Aku menangis kali ini.
Kami tiba dijalanan beraspal, kamudian terduduk karena lelah. Berharap ada kendaraan yang lewat agar kami bisa menumpang. Matahari di ufuk timur sudah menampakkan garis-garis sinarnya. Semuanya benar-benar iblis hari ini, aku tak akan melupakannya. Iblis! Iblis! dan Iblis!
Shasa seperti sudah tak sadarkan diri, darahnya terus mengalir deras dari potongan telinganya. Aku hanya takut ia akan kehabisan darah lalu....
yaa jika dia mati usahaku dan Lintang akan sedikit sia-sia.Sebuah mobil coak bergerak dari arah barat, memupus keputusasaan kami. Kami hidup! Kami hidup! Aku akan memenjarakan palaku yang tersisa. Tunggu saja Jordy, Irfan, dan Salim, jangan mati dulu! Ruang Jeruji menunggumu!
Aku segera melambai-lambaikan tangan di tengah jalan, menghentikan laju mobil itu. Lalu segera menaikan Shasa yang sudah tak berdaya, menumpang hingga sampai di Rumah Sakit.
Kami masih hidup sampai saat ini. Dalam lubuk hatiku, aku ingin berterimakasih kepada Billy yang menjadi titik awal atas perlawanan kami. Juga kepada Samsul yang berhasil meracuni pikiranku, ketika awal mula mencurigai desas-desus kejanggalan di asrama tempat kerja kami.
Kami hidup! Kami bertiga! Hanya menyisakan kami!
#author
Terimakasih sudah membaca, jangan lupa vote. Maaf jika lama banget nggak update, agak sibuk.Belum ending ya...
Masih ada epilog yang belum dipublish.#bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUTCHER
Mystery / Thriller(15+) [Cerita ini mengandung adegan sadis. Cocok dibaca ketika malam hari di tempat yang sunyi] Sudah 3 kali Jean mendengar suara orang mencacah daging di malam hari. Awalnya ia tak memperdulikan hal itu meski terus bertanya-tanya dalam hati 'suara...