Sore hari kurang lebih pukul 16.00 WIB, kami -aku, Billy, dan Lintang- duduk di warung makan sembari menikmati cemilan dan menunggu hujan reda. Suasana cukup tenang kerena hanya ada kami bertiga dan satu orang pemilik warung di tempat itu.
Billy masih menjadi orang pendiam sejak pagi itu. Ia tak mengucapkan sepatah kata pun, padahal biasanya dialah orang yang paling berisik.
"Bill!" Lintang menyenggol bahu Billy. "Katanya mau cerita, cerita gih," perintahnya.
Billy hanya mengangguk dengan ronanya yang datar. Kemudian mulutnya membuka hendak berkata-kata.
"Malam itu....." katanya, ia mulai bercerita.
Billy POV
Aku Billy.
Hendak menceritakan kejadian paling menyeramkan di hidupku. Dan itu terjadi di malam tadi. Hal itulah yang membuatku katakutan hingga membisu sampai detik ini. Entah apa yang harus kukatakan untuk memulai pengaduan ini.
Sejujurnya, aku tak kuat untuk menceritakan kajadian menyeramkan itu. Aku tak kuat dengan apa yang kulihat malam itu. Rasanya sangat sedih dan membuatku mual. Tapi aku harus menceritakan ini kepada temanku untuk mendengarkan pendapat darinya.
Bukan itu juga pointnya, aku ingin mereka membantuku agar aku bisa keluar dari tempat jahanam ini secepatnya.
Baiklah, akan kumulai cerita ini.
Malam itu, aku terbangun dari tidurku pada pukul 01.30 WIB. Aku pergi ke toilet melalui koridor lantai dua. Waktu itu suasana begitu hening, hanya terdengar semilir angin yang menyentuh daun pepohonan.
Aku masuk ke dalam toilet, kemudian langsung memposisikan diri untuk berhadas besar.
30 menit kemudian, selesailah aku mengeluarkan semua kotoran dari duburku. Namun tiba-tiba suara aneh menggema di telingaku tatkala diriku sedang bertoharoh. Suara itu seperti seseorang yang tengah mencacah daging sapi di tengah malam.
TOK TOK TOK TOK begitu berkali-kali.
Suara apa itu? dalam batinku aku bertanya demikian. Bulu kudukku tiba-tiba berdiri.
Dengan rasa takut, aku keluar dari toilet dan hendak menuju kamarku. Namun suara itu semakin jelas di telingaku. Suaranya terdengar dari arah kamar pojok yang kini ditempati Bambang.
Karena sebegitu penasarannya, kuberanikan diri untuk mendekati sumber suara. Aku berjalan melalui koridor lantai dua kemudian turun ke korider lantai satu dengan langkah yang mengendap-endap.
Suara itu benar-benar jelas, seperti orang yang tengah mencacah daging sapi. Badanku semakin bergetar merinding seiring dengan langkah kakiku, ditambah dengan udara yang begitu dingin membuat suasana semakin mencekam.
Tidak lama kemudian, tibalah aku di kamar pojok lantai satu. Suara orang mencacah daging kini terdengar begitu nyata. TOK TOK TOK TOK!
Kamar itu tertutup dengan rapat, namun aku mencoba untuk mencari celah dari pintu kamar agar bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUTCHER
Mystery / Thriller(15+) [Cerita ini mengandung adegan sadis. Cocok dibaca ketika malam hari di tempat yang sunyi] Sudah 3 kali Jean mendengar suara orang mencacah daging di malam hari. Awalnya ia tak memperdulikan hal itu meski terus bertanya-tanya dalam hati 'suara...