09. Di Balik Topeng

66 15 3
                                    

"Apakah aku akan jadi korban selanjutnya?" Billy masih bergetar ketakutan di sudut ruangan, matanya berkaca-kaca. Ia memojok di sudut ruangan tepat di bawah sebuah kapak besar yang menggantung di dinding.

"Sepertinya iya," jawabku sembari memandang foto-foto yang tertempel di dinding.

Ketakutan Billy semakin menjadi-jadi. Ia menangis di sudut ruang itu sembari menjambak-jambak rambutnya. "Aku harus gimana?" tanyanya dengan kepanikan.

"Kita harus pergi dari sini sebelum ada korban selanjutnya," ujarku.

"Jean," panggil Lintang. Ia tampak terduduk dan mual-mual di samping sebuah box hitam itu. Sedangkan bau amis mulai menusuk hidungku.

"Ada apa?" tanyaku sembari mendekati Lintang.

"Lihat apa di dalam box itu," ujar Lintang. Ia tampak ketakutan dan menjauhi box hitam itu dengan merangkak-rangkak.

Aku segera melihat isi dari box hitam itu. Dan terkejut bukan main ketika kutengok sebuah kepala manusia dan beberapa organ dalam manusia berada di dalam box hitam itu bercampur dengan beberapa bongkahan es batu. Beberapa organ dalam itu adalah usus, jantung, hati, dan ginjal.

Bila kuamati lagi, bentuk wajah dari potongan kepala itu memang menyerupai wajah Bambang. Tapi aku riskan untuk mengamatinya lebih jauh lagi, sebab sudah terlanjur jijik melihatnya. Semua isi perutku hampir keluar karena melihat isi box hitam itu.

Aku benar-benar mulai lemas karena mual. Lalu terbaring di samping box hitam itu sembari menutup hidungku rapat-rapat agar tak tercium lagi aroma amis itu.

Katika sedang merasakan mual seperti ini, tiba-tiba terdengar langkah seseorang dari arah tangga. Ketukan-ketukan langkah itu semakin terdengar jelas.

"Sssssssss," aku memberi aba-aba kepada Lintang dan Billy agar lebih tenang lagi. "Ada yang datang," bisikku menengok ke arah mereka lalu bangkit dari pembaringanku.

"Gimana nih?" Lintang merasakan sangat cemas. Keringatnya mengalir di sekujur badannya.

"Kita sembunyi di balik box," ujarku.

Kami bertiga menyeret  box-box hitam itu ke tepi ruangan. Kemudian bersembunyi di balik box itu dan tak lupa untuk mematika lampu ruangan. Sedangkan Billy sendirian di sudut ruangan itu, ia bersembunyi di balik box hitam sembari memegangi sebuah kapak yang ia ambil dari tepi dinding.

Langkah itu semakin jelas, bahkan mungkin sudah tiba di ruang bawah tanah. Suara langkahnya seakan-seakan berdentum di sampingku. Ia mungkin saja sedang berjalan di tepi ruangan ini. Tanpa sinar apapun, kami benar-benar tak bisa melihat isi ruangan.

"Hei." Seseorang bergumam dengan suara lirih. Itu bukanlah Billy. Orang yang tengah melangkah itu benar-benar sedang memburu kami bertiga.

"Aku mendengar nafas kalian," ujarnya lagi dengan suara serak. "Ayo keluar, aku tak akan memakanmu. Aku hanya membawa sebuah belati untuk merobek daging dan sebuah kapak untuk memotong kayu."

Suara yang terdengar serak itu benar-benar membuatku takut. Orang ini pasti adalah psikopat gila yang tak sabar ingin mencabik-cabik daging kami dengan belati dan kapaknya itu.

"Aku akan bersabar menunggu kalian," ujarnya lagi.

Lalu sekonyong-konyong lampu itu menyala. Orang yang tampak bertopeng babi itu telah menemukan saklarnya. Ia sungguh membawa sebuah belati di pinggangnya dan sebuah kapak di genggamannya.

"Di mana kalian? Kalau kalian tak menampakkan diri, aku akan melayangkan kapak ini ke segala arah!" sarkas orang bertopeng babi itu. "Aku sabar menunggu kalian, tapi tak sabar untuk merobok perut kalian."

Perlahan, orang bertopeng babi itu berjalan menuju sudut ruangan di mana Billy bersembunyi di balik box hitam itu.

"Kamu di sini?" Orang itu mengangkat kapaknya ketika tiba di depan sebuah tumpukan box hitam di sudut ruangan. Lalu dihancurkannya box-box hitam itu, kemudian terlihatlah Billy yang tengah menggigil ketakutan di sudut ruang itu.

Billy benar-benar menggigil ketakutan. Air matanya mengalir deras di wajahnya. Ia hanya bisa bergeming sembari memeluk sebuah kapak, sedangkan orang bertopeng babi itu mulai mengayunkan kapaknya ke arah Billy.

"Ketemu juga!" sarkas orang bertopeng babi itu sembari mengayunkan kapaknya dari arah samping.

Kapak yang ia ayunkan benar-benar mengenai leher Billy hingga membuat kepala Billy terputus dari badannya. Malah-malah, kapaknya itu sampai tertancap di dinding karena begitu kuatnya ayunan kapak yang ia lakukan.

Sontak, Lintang yang melihat kejadian sedis ini menjerit histeris. Kepala Billy benar-benar tergelinting di lantai sedangkan badannya masih terduduk di sudut ruangan.

Orang bertopeng babi itu kini terlihat kesusahan melepas kapaknya yang menancap di dinding. Tanpa pikir panjang, aku berlari ke arah orang itu dan menusukan sebuah obeng tepat di bagian pinggangnya beberapa kali hingga orang itu mengerang kesakitan dan merebahkan diri di lantai.

"BAJINGAN KEPARAT!" celaku. Lalu kutendang kepala orang itu hingga ia terkapar di lantai.

Orang bertopeng babi itu terus mengerang kesakitan. Tapi kini kulanjutkan deritanya dengan menebas kaki kanannya dengan kapak hingga terpotong.

"AAAAAAA!" teriak orang itu.

"Udah berapa orang yang kamu bunuh setan?!"

Aku segera membuka topeng babi yang ia kenakan. Dan sedikit terkejut setelah topeng itu terbuka. Orang di balik topeng itu adalah Jordy.

"Kukira selama ini kamu orang baik Jor, ternyata iblis!" umpatku sembari memukul kepalanya sekali. "Untuk apa kamu ngebunuh rekan-rekan kita? Kamu disuruh siapa?"

Jordy masih meringik kesakitan, sesekali matanya melotot ke arahku.

"Jawab Jor! Atau akan kurobek-robek perutmu?"

Alih-alih menjawab pertanyaanku, ia justru melotot ke arahku lalu sekonyong-konyong meludahi wajahku. "Kau tak tau permasalahanku, anjing!" umpatnya. "Dasar tak tau diuntung!"

"Untuk apa tau diuntung jika akhirnya akan dijadikan korban pembunuhan? Tindakanmu itu benar-benar iblis!"

Aku yang sudah kehabisan kesabaran, kini membuas. Kupukul-pukul kepala Jordy hingga babak belur hingga akhirnya ia tak sadarkan diri.

#author
Terimakasih sudah membaca, jangan lupa vote...

Apa sejak awal ada yang sudah menebak, kalau Jordy adalah salah satu pelakunya? Kalau iya, apa alasannya?

#bersambung

BUTCHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang