part 01

1.6K 139 33
                                    

"Selamat pagi anak-anak." Sapa Eunha selaku guru pengajar pagi ini.

"Pagi bu." Jawab seisi kelas kecuali Haruto and the geng.

Haruto dan gengnya memang tidak menyukai bu Eunha karena berbagai alasan. Dari yang sering ditegur dan sering dihukum karena tingkah laku mereka yang tidak baik.

"Sekarang kita mulai pelajaran pagi ini ya? Ohiya, kemarin kita sudah sampai mana, ada yang masih ingat?"

"Halaman 189, bu."

"Iya Jisung. Benar. Anak-anak, buka buku panduan halaman 189, kita lanjutkan belajarnya lagi. Ibu terangkan habis itu kalian kerjakan latihan soal dihalaman berikutnya. Jadi, kalian harus dengerin apa yang ibu jelaskan, mengerti?"

"Mengerti, bu." Lagi-lagi Haruto terdiam dan tidak menjawab ucapan Eunha. Ia memiliki dendam kusumat pada guru berusia 24 tahun itu.

.
.
.

Setelah istirahat pertama, Eunha yang tengah asyik menikmati istirahatnya dengan beberapa rekan guru yang lain dikantor. Tiba-tiba mendapat perintah dari kepala sekolah untuk datang keruangannya.

"Permisi pak, bapak panggil saya?" Sapa Eunha memasuki ruangan Siwon Choi.

"Duduk, bu!" Suruh Siwon.

"I-iya pak." Dengan gugup Eunha duduk didepan Siwon. Ia menoleh kesampingnya dan mendapati Haruto yang sudah terlebih dahulu duduk disana.

"Ibu tahu alasan kenapa saya memanggil ibu keruangan saya?" Tanya Siwon menutut.

"Eee-karna murid saya Haruto bikin masalah lagi?" Tebak Eunha agak ragu menjawabnya.

"Ya benar sekali! Ibu tahu, anak didik ibu yang satu ini melakukan apa hari ini? Dia sudah melakukan kesalahan yang tidak bisa ditolerin lagi. Yaitu, membully. Hari ini dia membully Hueningkai dengan merusak alat bantu pendengarannya." Jelas Siwon menggebu-gebu. "Jadi, sekarang dia tidak bisa mendengar dengan baik tanpa alat itu."

"Yaelah pak cuma alat bantu dengar. Ayah saya punya pabriknya. Saya bisa ganti selusin kalau dia minta." Jawab Haruto santai.

"Haruto!" Eunha agak sedikit membentak.

"Apa sih, bu? Sok asik banget manggil-manggil."

"Ibu lihat? Saya curiga bu Eunha ini memang tidak bisa mendidik murid. Harusnya sebagai wali kelas, ibu bisa memberi ajaran yang baik dan benar pada anak-anak didik ibu!" Tekan Siwon.

"Iya pak saya tahu. Haruto adalah anak didik saya dan dia menjadi tanggung jawab saya selama disekolah. Sekali lagi saya mohon maafkan Haruto dan saya janji, saya akan berusaha lebih keras lagi mendidiknya."

"Harus berapa kali saya memaafkan dia yang selalu melakukan kesalahan disetiap harinya, bu Eunha? Saya harus bertindak tegas dan adil. Anak ini tidak mungkin bisa berubah dan akan membahayakan murid-murid saya yang lain. Jadi, lebih baik saya kehilangan satu murid daripada harus menyakiti murid-murid saya disini. Anda paham kan dengan maksud saya apa?"

"Pak saya mohon, jangan keluarkan Haruto. Saya janji, saya akan merubah dia menjadi anak yang baik. Saya mohon, pak.." Eunha amat sangat memohon. "Saya tahu sikap Haruto selama ini sangat melampaui batas. Tapi, saya yakin dia bisa berubah jika dibimbing dengan extra perjuangan dan kesabaran."

"Sampai kapan? Sampai kiamat datangpun anak ini tidak akan mungkin bisa berubah!" Tegas Siwon.

"Saya mohon, pak. Beri satu kesempatan lagi." Eunha tidak bisa lagi menahan tangisnya.

"Sepertinya anda sayang sekali dengan dia?" Tanya Siwon agak sedikit melunak melihat tangis Eunha yang terlihat tulus.

"Saya sayang semua anak-anak didik saya tanpa kecuali, pak Siwon. Hikss."

Bu EunhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang