Hari ini, Eunha memenuhi panggilan polisi. Ia datang kekantor polisi dengan keadaan kalang kabut.
"Maaf permisi, pak." Ucap Eunha ketika sampai diruangan.
"Iya bu, mari silahkan duduk." Jawab polisi tersebut.
Tanpa berpikir panjang Eunha langsung duduk didepan polisi itu dan tepat disamping Haruto, anak tirinya.
"Kenapa ibu yang kesini? Ayah mana?" Tanya Haruto dengan muka memar dan lebam.
"Ayah lagi kerja. Kamu kenapa sampai bonyok kayak gini? Kamu berantem? Oh jangan-jangan kamu ikutan tawuran, iya??" Eunha membrondong beberapa pertanyaan untuk Haruto. Ia memendam kekesalan dan berusaha tidak meluapkannya.
Haruto diam seribu bahasa. Ia tidak menjawab sepatah katapun pertanyaan Eunha. Haruto benar-benar shock dan takut.
"Benar, bu. Anak ibu, Haruto tertangkap ketika sedang tawuran dijalanan bersama teman-temannya dengan anak SMPN 03. Untungnya tidak ada korban jiwa. Semua anak-anak sudah kami kembalikan kepada orangtuanya dengan catatan tidak boleh mengulanginya lagi. Jika diulangi lagi, akan kami tahan." Timpal si polisi.
"Iya pak terimakasih. Saya janji, saya selaku orang tua Haruto akan berusaha mendidiknya lebih keras lagi dan menjamin kejadian ini tidak akan terulang kembali."
"Iya." Balas si polisi. "Ingat ya, Haruto? Kamu sudah kami beri catatan merah. Jika, kamu mengulanginya dan masih saja bandel, kami pastikan kamu akan kami tahan."
Skipp...
.
.
."Makasih." Ucap Haruto pada Eunha setiba dirumah.
"Bisa juga kamu bilang makasih sama orang. Saya kira kamu gak bisa ngucapin kata itu untuk orang lain terutama untuk saya."
Haruto menatap Eunha yang tidak seperti biasanya dengan tatapan sendu. Ia terkejut mendengar jawaban ibu sambungnya itu yang tidak pernah ia dengar sebelumnya.
"Bu Eunha marah sama saya?"
"Marah saya gak akan bisa bikin kamu berubah. Jadi buat apa saya marah? Gak ada gunanya!" Jawab Eunha tampak kesal.
Emosi bercampur sedih yang dari tadi Haruto bendungpun tidak bisa ia tahan lagi. "Itu apa namanya kalau gak marah? Katanya ibu sayang sama aku, tapi kenapa sekarang ibu giniin aku? Marahin aku, ngebentak aku. Itu yang namanya sayang?!!" Ucap anak laki-laki itu terdengar keras namun ada getaran karena ada sesuatu yang masih ia tahan. "Semua ibu itu sama aja! Gak bunda Krystal gak bu Eunha, sama! Aku benci kalian berdua!" Tegas Haruto. Tangisnya pun pecah.
"Karna kamu salah, kesalahan kamu itu sangat fatal! Apa seorang ibu harus tinggal diam ketika anaknya melakukan kesalahan? Jika saya diam, itu tandanya saya tidak sayang kamu!" Jawab Eunha tidak kalah tegasnya dengan Haruto. "Jika ayah Jaehyun taupun, ibu yakin dia juga pasti akan marah. Bukan karena apa-apa Haruto, terus terang yang kamu lakukan itu sangat berbahaya!" Lanjut Eunha melunak, ia mendekati Haruto lalu mengelus pipi lebamnya. "Untung cuma ini, coba kalau lebih? Belum kalau ada apa-apa kamu mau masuk penjara??"
Haruto terdiam dan menangis. Ia sadar atas perbuatannya. Ternyata lebih sakit dibentak orang yang belum pernah sama sekali memarahinya daripada luka yang ia dapat dibagian wajah.
"Aku ngelakuin semua itu karna mau belain temen aku Doyoung emang salah?" Lirih Haruto membela diri.
Eunha menggeleng, "Niat kamu emang gak salah, sayang. Tapi perbuatannya yang sama sekali gak benar. Selain itu juga, nanti kalau ada apa-apa diantara kalian gimana? Banyak anak-anak bahkan orang dewasa tawuran yang pada meninggal. Kamu mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bu Eunha
RandomJung Eunha, seorang guru cantik SMP. Jung Jaehyun, pengusaha kaya raya, tampan dan nyaris sempurna. digilai banyak wanita seusianya bahkan gadis-gadis remaja cantik. seorang duda beranak satu. Haruto Watanabe, anak kandung Jaehyun dari pernikahan pe...