part 04

705 94 20
                                    

"Haruto? Ini ayah, sayang. Buka pintunya" Jaehyun agak berteriak didepan kamar anaknya sambil mengetuk pintu.

"Iya yah sebentar!" Jawab Haruto segera membuka pintu kamarnya. "Iya yah kenapa?"

"Kamu sibuk gak hari ini?"

Haruto menggeleng tidak, "Kenapa?"

"Ayah mau ngobrol."

"Emang ayah gak sibuk?"

"Gak." Jawab Jaehyun sambil ngegeleng.

"Tumben."

"Ayah mau memperbaiki hubungan kita yang renggang dan serasa jauh ini. Maafin ayah, Haruto..."

"Sadarnya baru sekarang? Dulu-dulu kemana aja? Sekarang Haruto udah 14 tahun loh, yah. Udah puluhan tahun ayah baru sadar kalau kita ini jauh." Sindir Haruto. "Dan baru hari ini ayah mau memperbaiki semuanya?" Mata ABG itu berkaca-kaca nahan tangis. "Haruto rasa udah gak perlu sih. Lagian enak yang begini kok. Aku dengan duniaku, ayah dengan dunia ayah."

"Ayah sadar ayah salah. Kamu berhak marah sama ayah, kamu boleh salahin ayah. Tapi, ayah mohon jangan hukum ayah, Haruto." Tangis Jaehyun pun pecah setelah mendengar ungkapan anaknya itu. "Ayah minta maaf.."

"Gak ada yang perlu dimaafin! Udah deh yah, mending ayah pergi dari kamar Haruto. Haruto mau ngegame."

"Gimana cara ayah menebus semua kesalahan ayah sama kamu? Beritahu ayah, sayang. Agar kita bisa dekat seperti ayah dan anak diluaran sana."

"Apa ya? Kayaknya gak ada sih. Yang penting uang bulanan lancar aja biar Haruto bisa traktir temen-temen. Udah ya, yah Haruto mau ngegame dulu.." Kata Haruto lalu menutup pintu kamarnya.

"Karena egoku, anakku lebih mencintai uang daripada aku, ayah kandungnya sendiri..." Gumam Jaehyun sambil nangis dengan perasaan hancur. "Ini semua gara-gara kau! Jika, dulu kau tidak bilang uang itu adalah segalanya dan mampu mendapatkan apa saja, mungkin kami berdua tidak akan seperti ini.. Sampai aku harus mengabaikan anakku dan lebih fokus bekerja. Dasar wanita sialan!" Umpat Jaehyun murka.

.
.
.

Keesokan harinya, disekolah.

"Selamat pagi, Haruto.." Sapa Eunha. Ia dan anak itu tidak sengaja bertemu diparkiran.

Haruto menatap Eunha datar, "Hm."

"Kamu udah sarapan belum?" Tanya Eunha.

"Dihh ngapain nanya-nanya udah sarapan apa belum? Sok asik banget."

"Gak gitu. Ini ibu bawa nasi goreng 2. Kalau kamu belum, yang satunya buat kamu, yang satunya lagi buat Nako."

"Siniin," Haruto mengambil 2 tepak itu sekaligus. "Biar saya yang ngasihin ke Nako."

"Terus yang satunya?"

"Katanya buat aku? Gimana sih."

"Hehe iya. Itu buat kamu."

"Hm." Haruto melangkahkan kaki untuk pergi.

"Haruto!" Panggil Eunha menghentikan langkahnya. "Kamu pergi main nyelonong aja. Ibu ini lebih tua loh dari kamu, masak kamu cuekin ibu?"

"Kalau mau diperhatiin, ya minta sama cowok ibulah. Emang ibu siapa saya?" Balas Haruto si bocah tengil. Iapun segera melanjutkan jalan dan meninggalkan Eunha.

"Ya tuhan, susah banget! Semangat Eunha.. Kamu pasti bisa!"

.
.

"Nih buat lo..," Ucap Haruto sambil menyodorkan tepak berisi nasi goreng itu tepat didepan muka Nako yang lagi duduk dikursinya.

Bu EunhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang