Hari itu suasana di Kahyangan begitu ramai. Mereka tengah mengadakan pesta untuk merayakan penobatan putra bungsu Mahadewa yang bernama Mean Phiravich.
Usia Mean dua puluh lima tahun sekarang. Ia akan dinobatkan sebagai Pangeran Muda dan menjabat secara resmi sebagai Panglima utama istana.
Jabatan ini diberikan hanya kepada mereka yang telah menyelesaikan pendidikan di sebuah Selasar bernama Selasar Kehidupan dan Pengetahuan.
Setelah tiga tahun menjadi Panglima Utama, karirnya akan naik menjadi Jendral Tertinggi Istana dan paling puncak ia akan menjadi Perdana Menteri. Ia tak akan bisa menjadi pengganti mahadewa sebab kakaknya, Pangeran Meen dan Permaisuri Ging yang akan menjadi pewaris tahta.
Semua masyarakat kahyangan menyukai Mean Phiravich. Secara fisik, ia sangat tampan. Tubuhnya tinggi dan tegap dan kulitnua putih, sungguh benar-benar menampilkan sebuah representasi keindahan.
Secara karakter, dia sangat ramah dan baik hati. Selain cerdas, Mean sangat rendah hati, sangat perhatian, dan lembut. Tak heran ada banyak Dewi yang mengagumi Pangeran Muda ini dan diam-diam menyukai dirinya. Beberapa Dewi dengan orang tua yang memiliki jabatan tinggi di kahyangan meminta orang tua mereka untuk mendaftarkan diri mereka menjadi calon istrinya.
Di kahyangan, Mean sangat dekat dengan teman-temannya yang juga masih bersaudara dengannya. Perth dan Yacht adalah teman terdekatnya. Mereka sering berkumpul bersama, khususnya ketika mereka tak bekerja untuk berbicara tentang apa saja sambil bercanda dan minum-minum tentunya.
Pada suatu hari Mahadewa memanggil mereka bertiga. Mereka diminta untuk belajar tentang kehidupan para peri di sebuah negara yang bernama negeri pelangi. Mereka diminta untuk mempelajari kehidupan mereka dan belajar tentang sihir juga. Sudah saatnya untuk mereka belajar itu sebab sebentar lagi, Mean akan naik jabatan dan Mahadewa ingin Mean belajar lebih banyak tentang kehidupan.
Mereka tentu saja mengiyakan. Ketiga pemuda tampan ini begitu menyukai petualangan seolah petualangan adalah nama tengah mereka. Mahadewa bahagia. Namun, ia berpesan kepada Mean dan teman-temannya bahwa mereka tak boleh jatuh cinta kepada satu pun peri di sana atau mereka akan dihukum karenanya.
Mean tidak mengerti alasannya. Lalu, Mahadewa menceritakan bahwa dunia peri dan dewa sangatlah berbeda. Jika mereka berhubungan, dunia akan mendapatkan malapetaka dan dulunya nenek moyang mereka sudah membuat perjanjian bahwa di antara kedua dunia tak boleh ada ikatan apapun bentuknya. Mereka boleh saling mengenal dan belajar, tetapi tak boleh bercampur dan ada ikatan. Jika mereka melanggar sumpah, kedua pelaku akan dikirim ke dimensi yang lebih rendah daripada dunia mereka selama beberapa tahun dan mereka akan hidup di sana untuk menjalani hukuman.
Pengalaman yang sebelumnya. Hal seperti ini pernah terjadi. Ada yang berakhir baik, yaitu pasangan bertemu kembali dan akhirnya memilih tinggal di dimensi yang paling rendah itu dan menjalani kehidupan mereka di sana dan ada juga yang menjadi asing dan tak kenal dan kemudian mereka kembali ke kahyangan dan Dunia Peri dan hidup kembali seperti biasa.
Yang paling sering adalah menjadi saling tak kenal san asing dan hidup kembali dan menjalani kehidupannya masing-masing.