Chapter 14

298 39 5
                                    

Keesokan paginya mereka pulang ke rumah. Mereka lebih dekat dan intim sekarang. Selama kepergian Nune, mereka selalu tidur dalam ranjang yang sama, entah di kamar Mean atau di kamar Plan. Mereka juga lebih kompak dan keduanya terlihat tengah kasmaran.

Malam itu adalah malam terakhir sebelum Nune pulang.  Mereka sama-sama menyadari bahwa setelah malam itu, akan sulit bagi keduanya untuk bermesraan secara leluasa.

"Aaaah, aaaaah, hmmm, ngghh, Meaaaan," rintih Plan. Ia memeluk erat Mean dan membiarkan Mean menggoyangnya dengan pace yang kencang.

"Ooo, Plaaan, nnnngh, hmmmmm, enaaaak sekaliiii," desah Mean sambil terus menyodokkan naganya lebih dalam.

"Mmmmph, mmmmph," keduanya berciuman erat sama dengan bagian bawahnya yang juga berpagutan hangat.

"Meaaan, o, no! Ngghh, aku keluar!" desah Plan dengan keadaan tubuh yang tegang dan tak lama berselang, ia terkulai lemas. Meam menghentikan genjotannya. Ia menatap Plan dan menciumnya hangat. Merek kemudian berciuman agak lama dan kemudian melepasnya.

"Spoon, na!" desah Mean. Itu pertama kalinya mereka melakukannya. Selama mereka bercinta, posisinya pasti misionaris, women on top, doggy style, atau duduk. Plan menganggukkan kepalanya. Ia berbalik dan membiarkan Mean mengangkat satu kakinya dan mendorong naganya masuk.

"Astagaa, Meaaan!" desah Plan lagi. Ia memejamkan matanya dan meremas ujung bantal dengan kuatnya.

Plan meringis saat Mean mulai menggoyang. Ia merasakan naga Mean masuk begitu dalam dan sensasi bercinta dalam posisi seperti itu memberi kenikmatan yang berlipat-lipat. Punggungnya yang beradu dengan dada Mean sungguh menambah kehangatan dan kemesaraan dan Plan menyukainya.

Mean mencium pucuk kepala Plan sambil masih menggenjot dari belakangnya. Dan ia menelusuri leher belakangnya dan menciumnya dalam. Mean terhenyak. Bayagan yang begitu jelas tampil dalam pikirannya saat ia mencium leher belakang Mean. Ia belum bisa berpikir. Otaknya dipenuhi berahi dan hanya satu yang ia kejar, mencapai puncaknya.

"O, Baby," desah Mean panjang dan tak lama ia menyemprotkan cairannya lagi di dalam nona Plan.

Keduanya tersengal. Plan menoleh dan menarik wajah Mean mencium bibirnya dan mereka berciuman beberapa saat dan melepaskannya. Dan Mean memeluknya dari belakang dan mencium Plan lagi pads bagian leher belakangnya dan ia melihat bayangan itu lagi.

Keduanya memejamkan mata sambil berpelukan dan malam itu, Mean mendapatkan jawabannya mengenai semua bayangan itu.

Jelas sudah semuanya. Mimpi itu menembus keduanya. Plan dan Mean bangun pada waktu yang bersamaan dan mereka saling memandang dengan raut wajah yang menggambarkan kerinduan yang amat dalam.

"Baby," desah keduanya dengan penih kerinduan dan keharuan.

Mereka menyatukan kening mereka dan saling menangkup wajah. Ujung hidung mereka bersentuhan dan bibir mereka mulai berpagutan lagi. Mereka berciuman lama dan tiba-tiba mereka seperti berada di dimensi lain dan mereka kembali menjadi dirinya sendiri. Plan dengan sayapnya dan Mean dengan gaya ke-dewa-annya.

Mereka berciuman lama dan mereka bercinta dengan penuh kehangatan dan cinta. Mereka benar-benar mengejewantahkan kerinduan mereka dengan lenguhan dan desahan dan isak air mata dan tawa. Sebuah perasaan dan kegiatan yang bercampur aduk itu yang memberika mereka sekali kebahagiaan tiada tara.

"Kali ini kita tak akan berpisah. Aku pastikan, kita tak akan berpisah," desah Mean sambil mencium kening dan pipi Plan.

"Uhm," gumam Plan sambil memeluk Mean erat.

"Aku sangat mencintaimu, Mean," desah Plan sambil terpejam.

"Aku juga. Aku sangat mencintaimu, Plan," lirih Mean. Ia mengeratkan pelukannya.

Mereka tak tidur malam itu. Mereka meluapkan perasaan mereka dengan bercerita, bersentuhan, berciuman, bercumbu dan bercinta. Ada banyak kegiatan malam itu. Sungguh mereka sibuk sampai-sampai mereka tak menyadari bahwa itu sudah siang dan tak menyadari bahwa Nune telah berdiri menganga, kaget melihat keduanya bergelung dalam selimut di kamar Plan dalam keadaan telanjang dada.

"Mae!" Mean kaget saat ia membuka matanya, Nune duduk di sofa di hadapan mereka. Ia menatap Mean dengan raut wajah yang kecewa. Plan bangun dan melihat Nune dan Mean dan kemudian menundukkan kepalanya.

"Bibi, aku bisa menjelaskan," sahut Plan dengan suara lemah.

"Kalian berdua ikut denganku ke ruang tengah," sahut Nune. Mereka memakai pakaian mereka dan kemudian berjalan bergandengan tangan menuruni tangga. Mereka duduk bersebelahan dan berhadapan dengan Nune.

"Baiklah. Aku memberikan kalian kesempatan untuk menjelaskan," ujar Nune.

"Aku mencintai Plan, Mae," sahut Mean.

"Aku juga. Aku mencintai anakmu, Bibi," sahut Plan.

Nune memegang pelipisnya.

"Sejak kapan kalian, uhm seperti ini?" tanya Nune lagi.

"Saat kau pergi, Mae. Aku tak bisa lagi menahan perasaanku. Aku menyukai dia," jelas Mean.

"Lalu bagaimana dengan Noon, Mean? Apa yang akan kau katakan kepadanya?" Nune menatap Mean.

"Aku akan berbicara dengannya juga dengan orang tua Plan, Mae. Aku tak mau berpisah dengannya," sahut Mean.

Nune mengembuskan napas panjang. Ia menggelengkan kepalanya.

"Kalian membuatku sakit kepala. Kurasa yang dikatakan nenekmu benar adanya. Ini benar-benar terjadi," sahut Nune lirih.

Mean dan Plan saling menatap dan kemudian menatap Nune. Mereka tak mengerti dan meminta penjelasan.

"Bahwa anakku dan anak Ploy akan berjodoh dan memberikan kebahagiaan kepada semuanya. Ploy marah besar waktu itu, meski Ken sangat suka pemikiran itu. Ia bahkan bilang untuk menjodohkan kalian saja. Tapi, karena Ploy menentangnya waktu itu, aku memilih diam dan mengundurkan diri dari pekerjaan sebab ibumu pikir, aku dan ayahmu ada sesuatu.  Namun semuanya selesai saat beberapa tahun kemudian kami bertemu lagi dan Ploy minta maaf kepadaku. Sudahlah! Kuharap semuanya berjalan lancar." Nune menjelaskan semuanya.

Mereka mendiskusikan langkah mereka. Nune mendukung hubungan mereka meski untuk saat ini, mereka harus merahasiakannya dulu sampai hubungan Mean dan Noon jelas selesai dan Mean dengan segera pindah ke Australia melanjutkan sekolah. Plan akan pergi lebih dulu ke Australia dan bersiap di sana dan mereka bisa mulai hubungan mereka ketika berada di Australia.

Mean dan Plan menyetujuinya. Mereka puas dan bahagia dengan keputusan Nune yang mendukung mereka.

Kali ini mereka memilih menjadi manusia dan tak akan kembali ke dunianya masing-masing. Kembali artinya mereka tak akan bersama. Kedua anak mereka yang dibawa ke Kahyangan sudah besar dan menikah juga. Keduanya menjadi tangan kanan raja dan keduanya menduduki jabatan penting di kahyangan. Tak ada yang harus dikhawatirkan.

Bersambung




THE JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang