Chapter 15

362 48 7
                                    

"Baby, aku sangat merindukanmu," desah Mean. Mereka berciuman lama dan keduanya merebah di ranjang pojok gudang Mean, tempat pertama kali mereka bercinta.

Mereka lama tak bisa bersama lantaran Nune tak membolehkan mereka terlalu dekat. Mean juga diminta untuk tak sering pulang, sikapnya harus sama seperti dulu saat ia tak berinteraksi dengan Plan.

Mana bisa? Phiravich yang sekarang kecanduan semua tentang Plan. Semakin dilarang semakin sering main petak umpet kedua bucin ini.

"Aaaah, astagaaa! Meaaan, pelan-pelan," bisik Plan sambil mencium pipi Mean yang putih dan mulus itu. Mean tersenyum dan ia semakin menekan naganya ke dalam tetapi mengurangi kecepatan sodokannya.

Mereka tenggelam indah dalam kegiatan bercinta itu. Sudah hampir sebulan mereka tak melakukannya. Selain Nune melarang, Mean sibuk mengurusi kelulusannya. Hanya tinggal beberapa hari lagi dan ia akan resmi menjadi seorang sarjana.

Mean sudah berbicara dengan Noon. Pembicaraan yang cukup lama dam serius dan penuh dengan rasa bersalah terutama dari sisi Mean ini akhirnya membuahkan hasil yang diinginkan. Mean tak bilang bahwa alasan keputusan untuk mengakhiri hubungan mereka adalah karena jarak sebab Mean akan melanjutkan kuliah di luar. Tidak, dia tak berkata seperti itu sebab Noon pasti mau menunggu. Dia tipe perempuan yang sangat baik hati dan setia.

Mean menjelaskan ia mau melanjutkan kuliahnya di luar negeri dan ingin mengakhiri hubungannya dengan Noon agar ia bisa lebih fokus pada tanggung jawab sekolahnya.

Sama saja bohong! Fokus pada sekolah atau selangkangan Plan? Itu hanya Mean dan Tuhan yang tahu.

Mean juga sudah memproses keinginan dirinya untuk bersekolah ke luar negeri. Ia tak meminta pada orang tua Plan, tetapi mencoba melalui aplikasi beasiswa. Dan ia berhasil. Sungguh sebuah takdir yang indah!

Selama Mean memproses semuanya, Plan juga mengambil langkah. Melalui Nune, ia berbicara kepada ibu dan ayahnya tentang rencananya untuk melanjutkan sekolahnya di bidang tanaman. Orang tuanya langsung menyetujuinya. Plam diminta untuk membuat detail rencana sekolahnya itu dan tak perlu waktu lama bagi dirinya untuk membuatnya, karena ia memang benar-benar ingin melakukan itu.

Pada akhir tahun, saat semuanya sudah dilakukan, sebuah berita baik datang menghampiri Mean dan Plan. Orang tua Plan datang ke rumah Nune dan mengetahui bahwa Mean mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Australia. Mereka berbicara dengan Nune dan mengutarakan maksud mereka ingin menjodohkan Plan dengan Mean.

Ploy dan Ken menyadari bahwa anaknya, Plan, memang tak sebaik Mean, anak Nune. Ia selalu membuat masalah. Namun, saat ia dengar bahwa Mean akan ada di Australia dan Plan juga sama, mereka pikir akan lebih baik jika Mean dan Plan tinggal satu apartemen dan oleh karena itu mereka pikir mereka ingin menjodohkan Plan dengan Mean. Bukan hanya itu, sebelum pergi, akan lebih baik jika mereka menikah dulu supaya Plan punya tanggung jawab dan Mean bisa dengan leluasa mengarahkan istrinya.

Tentu saja Mean, Plan, dan Nune sangat bahagia. Mereka mengiyakan dan tak perlu waktu lama untuk akhirnya Mean dan Plan menikah. Mereka menikah secara sederhana bukan karena tak mampu, melainkan karena mereka mau seperti itu. Pesta hanya membuang uang. Alih-alih digunakan untuk pesta, uang itu akan lebih baik dan bermanfaat digunakan untuk disumbangkan ke berbagai institusi dan kuil yang memerlukannya.

Mereka resmi suami istri sekarang. Untuk menghindari menyakiti pihak-pihak yang mereka pedulikan, seperti Noon, misalnya, Mean dan Plan terbang ke Australia. Mereka bulan madu sambil merencanakan kuliah mereka.

***
"Jika kita mati, apakah kita akan kembali pada kehidupan kita masing-masing, Plan?" Mean suatu hari datang kepada Plan dengan sebuah pertanyaan yang cukup serius. Itu setelah ia mengambil kelas Antropologi dan Filosofi dan kedua kelas itu telah membuat dirinya tersadar bahwa suatu hari sebagai manusia ia pasti akan mengalami kematian.

THE JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang