Chapter 2

281 39 11
                                    

"Kita sudah sampai," ujar Plan. Mereka berdiri di sebuah taman dengan bunga warna warni yang indah dan wangi. Plan berjalan menuju sebuah gazebo tepat di tengah taman dan mereka duduk di sana berhadapan.

"Indah sekali!" ujar Mean sambil mengamati sekelilingnya.

"Iya, ini Taman Merah. Meski bunganya berwarna-warni tapi Taman ini dijaga oleh Peri Merah. Kau akan bertemu dengannya besok. Kakakku akan membawamu melihat-lihat, bukan?" sahut Plan dengan ramah. Ia mendekati Mean dan berjalan ke sebelahnya.

"Untukmu," sahut Plan. Ia memberi Mean sebuket bunga Krisan yang indah.

"Untukku?" Mean agak kaget.

"Iya, kenapa kau terlihat kaget? Di duniamu hanya lelaki memberi bunga dan artinya istimewa. Di dunia kami, siapa saja memberi bunga dan artinya kami temanmu," sahut Plan menjelaskan.

"O, wah! Budaya kita sangat berbeda," ujar Mean. Plan menganggukkan kepalanya.

"Kau tahu banyak tentang dunia kami. Kau pernah datang ke Kahyangan?" Mean bertanya.

"Kakakku dan Blue pernah. Aku hanya membaca dari buku," sahut Plan lagi.

"O, begitu," ujar Mean.

"Lalu, apa yang istimewa?" ujar Mean lagi.

"Apa? Aku tak mengerti," sahut Plan sambil mengernyitkan alisnya.

"Untuk diberikan kepada seseorang agar ia bisa tahu bahwa ia istimewa," ujar Mean.

"Ah, itu. Gelang yang dibuat dari untaian bunga berwarna hijau kebiruan," sahut Plan.

"Hah? Memang ada bunga yang berwarna seperti itu?" Mean kaget.

"Bunga itu ditiupkan serbuk cinta dan mantra harapan pemiliknya. Tentu saja mudah bagi kami membuatnya. Kami para peri," ujar Plan.

"Ah, iya," ujar Mean dan ia tertawa.

"Kalau ini dijaga Peri Merah. Kau menjaga yang mana?" tanya Mean lagi.

"Aku? O, aku paling jauh. Kalau kau menemukan air terjun di dekat perbatasan Taman Biru, itu tempatku. Aku memastikan semuanya hijau. Aku mewarisi tugas ibuku," sahut Plan.

"Aku tak mengerti," sahut Mean.

"Kakakku akan menjelaskan besok. Ini hari pertama. Sebaiknya kau menikmatinya saja. Jangan banyak berpikir," ujar Plan.

"Kau benar," sahut Mean sambil tersenyum.

Mereka kembali lewat tengah malam dan Plan pamit di depan kamar Mean. Ia berjalan menuju kamarnya yang berada di ujung lorong lainnya.

Mean merebah di ranjang, menatap langit-langit kamar. Ia tersenyum bahagia. Hatinya meluap-luap dan perasaan itu tak bisa dibendung oleh apa pun.
Ia memejamkan matanya dalam keadaan wajah yang sumringah.

***
Keesokan harinya, Mean dan teman-temannya diajak jalan-jalan oleh Tonnam. Ini lebih seperti orientasi dan memakan banyak waktu. Pertama, mereka dibawa ke tempat-tempat terdekat istana Peri dan selanjutnya mereka dibawa ke tempat-tempat di luar istana.

Mereka sampai juga pada tempat Plan bekerja. Mean melihat Plan tengah berbicara dengan beberapa temannya dan melihat pada sebuah kolam yang merefleksikan sesuatu. Mereka terbang mengitarinya lalu masuk ke dalamnya.

Perjalanan dilanjutkan ke tempat lain dan semakin jauh dari istana, semakin indah lahannya. Sungguh Mean merasa bahwa dunia Peri sangatlah sempurna. Ada begitu banyak lahan hijau nan indah terbentang luas tak terjamah tangan-tangan pendosa.
Tak heran, sebulan tinggal di sana ia selalu merasa bahagia.

THE JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang