"Mas Hari, gimana menurut Kamu undangan Kita mending yang panjang atau kotak ini kayaknya kalau yang kotak lebih simpel deh" tanya Riana dengan senyum cerahnya sembari menunjukan dua contoh sample undangan pernikahan,
Pria diujung video yang tengah mengeringkan rambut basahnya itu menoleh sekilas pada layar ponselnya lalu menjawab, "Gak wajar ah yang kotak itu yang biasa biasa aja kaya orang orang kebanyakan jangan aneh aneh" ketusnya, pria itu memilih melanjutkan aktifitasnya memakai toner wajah, dan tak menghiraukan Riana yang antusias menunjukan undangan itu.
"Oke kalau gitu yang panjang ini aja ya?" Tawar gadis itu lagi menunjukan sebuah undangan berwarna coklat tua bermotif bunga,
"Warna nya gak ada yang lain emangnya?"
"Bisa pilih warna kok Mas, menurut Kamu warna apa yang bagus?"
"Pilih sesuka Kamu aja deh"
Riana masih mencoba tersenyum, "Gimana kalau campuran lilac sama silver, kaya yang ini Mas?" Tanyanya,
"Apasih kok malah ungu kaya janda, jangan mentang mentang Kamu suka warna ungu terus undangan nikah Kita warna ungu juga" jawaban disebrang sana membuat hati Riana terasa pedih,
"Yaudah kalau gitu menurut Kamu warna apa? Warna hijau kesukaan Kamu Mau?"
"Bolehlah hijau bagus dari pada ungu gak banget, udah yaa Kamu urusin dulu gih itu Aku harus rapat lagi"
"Mas ini ntah satu dari wedding cheating Kita atau gimana, tapi tolong jangan kaya gini. Aku tau Kamu capek, Aku juga gak mau nyama-nyamain capeknya Kamu sama Aku tapi gak gini Mas"
"Apasih! Timbang ngurus undangan aja Kamu ribet banget, manja dasar!"
"Yaudah kalau menurut Kamu Aku itu males Kamu aja yang urus sisanya 40 sampai 30% persiapan pernikahan Kita bagian Kamu yang selama ini santai santai aja"
"Santai Kamu bilang?"
"Kalau bukan santai apa?"
"Dah lah! Capek Aku ngomong sama Kamu! Kita tunda aja pernikahan Kita nunggu otak Kamu beres!" Bentaknya dengan wajah memerah marah,
Riana mengacungkan jempolnya lalu berkata "Sip" kemudian mematikan sambungan video call nya dengan sang kekasih.
Gadis itu memilih langsung menaruh kembali sample undangan yang tadi ia pegang, "Pak, ini nanti Mas Hari yang ngurus yaa" ucapnya sedikit sewot terbawa amarah,
"Iya Mbak, nanti Saya hubungin Mas Hari"
"Terima Kasih ya Pak"
"Mbak, mempersiapkan pernikahan itu gak mudah apalagi mempertahankan pernikahannya butuh kerja sama yang apik dari pasangan. Semoga Mbak dan Mas nya berhasil ngelewatin cobaan sebelum perkawinannya yaa"
Hatinya meneduh mendengar penuturan Bapak pemilik percetakan tersebut, dalam hatinya Riana mengucap istigfar berkali-kali merasa termakan emosi sesaat. "Iyaa Pak terima kasih nasihat nya nanti urusannya sama Mas Hari ya Pak, Maaf Saya pamit duluan ya Pak" pamitnya lalu pergi dari ruko percetakan tersebut.
Dibalik kemudi mobilnya ia terus ber istigfar, setidaknya mengucap kalimat istigfar mampu membuatnya lebih tenang.
Ketika ia ingin menyalakan mesin mobil, ponsel nya berbunyi menandakan adanya panggilan masuk.
"Hellow!" Riana dengan refleks menjauhkan ponselnya dari daun telinganya,
"Salam dulu Haidar!" Sahutnya sewot mendengar suara sang adik yang dibuat-buat itu, suara Haidar biasa saja mampu membuat naik darah apalagi dibuat-buat berlebihan seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Storage [Mark ; Yeri]✔
FanfictionSaya persembahkan kumpulan fanfic tentang kapal Mark-Yeri dalam kearifan lokal yang amat membumi untuk kalian semua para penumpang kapal Markri. [On Going to NEVER FIN❌] [Start on ; 2019, January 14]