Jungkook membuka kantung plastik yang tadi dibawakan oleh Taehyung. Keduanya sudah berada di dalam mobil si Kim. Taehyung mengajaknya kesini agar ia bisa makan dengan tenang, sekaligus ingin mengobati bagian belakangnya; katanya. Ia sempat menolak permintaan itu, tapi kembali pasrah bahwa fisiknya sedang tidak baik-baik saja.
Mulutnya sudah penuh dengan bibimbap yang masih hangat dirasa. Ia tersenyum kecil saat Taehyung mengusap keringat keningnya, "Pelan-pelan, makanannya tidak akan lari, kok."
Ia mencebik, melirik Taehyung agak sinis, namun dibalas cengiran menjengkelkan. Pria itu menyandarkan tubuh di kursi kemudi, menaruh kepalanya di kepala kursi dan menatapnya tiada henti. Ia menatapnya dengan tatapan bingung, "Apa?"
Taehyung menggeleng, membawa satu tangan pada genggaman dan mengecupnya pelan. Jungkook tersentak akan perlakuan Taehyung. Ia hanya terdiam dan melanjutkan makannya walau sedikit sulit karena hanya dengan satu tangan. Taehyung mengelus punggung tangannya dengan jempol besar pria itu. Si Kim tidak mengedipkan matanya, memusatkan atensinya seratus persen pada dirinya.
Jantungnya berdetak tidak karuan. Ia sungguh merindukan Taehyung, benar-benar rindu. Sudah lama tidak berdekatan dan menyentuh seperti ini membuatnya ingin menangis. Taehyung masih sama.
Kala satu suapan terakhir makan, ia menyudahi kegiatannya. Jungkook memasukkan sampah pada kantung plastik tadi dan menaruhnya di bawah kaki, niat dibuang nanti saja.
"Kau ada minum?" Ia bertanya. Taehyung mengangguk, memberi satu botol minum yang diambilnya dari sisi pintu kemudi. Jungkook menerimanya dengan baik dan meneguknya hingga setengah. Ia menghela napas lega saat merasakan perutnya terasa lebih enak dari sebelumnya.
"Terima kasih."
"Sama-sama, sebagai teman harus saling membantu, kan?"
Ucapan itu seketika berhasil membuat hatinya serasa ditusuk seribu jarum. Jungkook menunduk dan mengulum bibirnya, berusaha melepaskan genggaman Taehyung tapi pria itu tidak kunjung melepaskannya.
"Kau marah?" Taehyung bertanya dengan bodoh. Si Kim menarik dagunya hingga keduanya bertatapan. Jungkook hanya terdiam dengan raut kaku dan sakit. Walau ia yang meminta agar mereka tidak berhubungan lagi, tetap saja ia belum bisa menerima hal ini.
Mendengar pernyataan pahit dari Taehyung membuatnya kesal bukan main. Ia tahu jika kenyataannya seperti itu, namun ketika mendengarnya langsung, Jungkook tidak kuat untuk menerimanya.
"Maaf," Taehyung berbisik. Pria itu memandangnya lekat, memberitahu setitik rasa sakit yang dialaminya juga.
Dan seharusnya mereka berdua tahu, jika mereka sama-sama sakit. Cinta yang tinggi namun tidak bisa bersatu. Mungkin jika mereka menyingkirkan ego masing-masing dan tidak terlalu berbelit dalam urusan ini, keduanya sudah bersama sejak dulu. Tapi mengingat hidup itu bukanlah suatu hal yang selalu berjalan mulus.
"Kau benar." Ia berkata dengan berat. "kita hanyalah teman. Kau benar."
"K-Kau benar, kau benar, kau—" racaunya semakin tinggi.
Taehyung seketika panik dan merasa bersalah. Ia membawa Jungkook ke dalam pelukannya. Anak itu memberontak. "T-Taehyung—"
Si Kim menangkup pipi gembil Jungkook, mengusap kulit halusnya, "Jungkook."
Jungkook terisak, "Sakit, sakit, Taehyung…"
"Aku tahu," Taehyung menyatukan kening mereka. "aku juga, Jungkook. Aku juga merasakannya sepertimu."
Si Jeon berdeguk, meremat pakaiannya yang dikenakan Taehyung erat. "Jangan tinggalkan aku… jangan…"
Taehyung menggeleng akan itu. "Tidak, aku tidak akan meninggalkanmu."
"Kita ke tempatmu, ya?" Taehyung mengecup bibirnya pelan. Jungkook mengangguk, menarik napasnya teratur. "Ya."
•••
Jungkook membuka sepatunya di samping rak diikuti oleh Taehyung. Ia menyalakan lampu ruang tengah dan melempar tasnya di sofa. Ia menjatuhkan tubuhnya disana, Taehyung terduduk di sisinya dan merangkul dirinya mendekat.
Tanpa sadar ia beringsut hingga jarak mereka menjadi tipis. Jungkook meletakkan kepalanya di dada Taehyung dan memeluk pinggangnya. "Aku merindukanmu."
Taehyung menghela napas, "Aku juga." Tangannya menyisir helaian rambut halus Jungkook, mengecup pucuk kepalanya beberapa kali dengan lembut.
Si Jeon mendongak, menaruh dagu di dada Taehyung, "Cium?"
"Hm?" Taehyung mengangkat alisnya menggoda. Jungkook merengut, "Taehyunggg!"
Pria itu tergelak. Taehyung mencubit hidungnya gemas, "Nanti ada yang marah, loh."
"Tidak ada." Ucapnya tegas. Ia mendekatkan wajah mereka dan mengalungkan lengannya di leher Taehyung. "Ayo cium aku."
"Kau ini," dengusnya. Jungkook tersenyum lebar, menutup matanya, siap untuk menerima ciuman dari pria itu.
Taehyung tersenyum kecil melihatnya, ia memandang Jungkook dengan seksama sebelum menyentuh bibir anak itu dengan miliknya. Keduanya terhenyak, menikmati bagaimana sensasi ketika benda kenyal tersebut melingkupi masing-masing. Jungkook meremas tengkuk Taehyung, menekannya lebih dalam lagi. Sedangkan pria itu membuka mulutnya, menjulurkan lidah untuk bermain dengan milik Jungkook.
Posisinya berubah menjadi Jungkook terduduk di paha Taehyung. "Aw," ia meringis, tautan mereka terlepas akan hal itu.
Taehyung menjilat sekitar bibirnya, "Kenapa?"
"Bagian bawahku…" ia mengeluh dengan kerutan di kening. Taehyung terkekeh, "Ayo aku obati."
Jungkook memerah malu, menggigit bibirnya, "Uh— tidak usah."
Taehyung berdecak, menggendong dirinya untuk masuk ke dalam kamar. Pintu dibuka dengan susah payah dan ditutup dengan dobrakan kaki. Jungkook direbahkan di ranjang, celananya dilepas dalam sekali sentak hingga ia memekik.
"Taehyung!" Ia mengatup kakinya, menutupi asetnya yang masih terbalut celana dalam.
"Mana salepmu?"
Jungkook menunjuk laci samping ranjang. Taehyung melangkah kesana dan mengambilnya. Ia memutar tutupnya dan mengolesinya di ujung jari.
"Buka." Ia menyuruh singkat. Jungkook gemetar, dalam hati berbicara, ini bukan apa-apa. Tapi pikirannya kemana-mana. Dengan tersipu meloloskan kain terakhir bagian bawahnya, menampilkan tubuh polosnya yang sudah sering Taehyung lihat. Namun tetap saja ini sangat memalukan, mengingat mereka sudah lama tidak saling berbicara dan sekarang dirinya harus memperlihatkan kulitnya di depan Taehyung.
Taehyung duduk di antara pahanya yang terbuka, pria itu mengelus pipi bokongnya dan melebarkannya. Mengoleskan salep tadi di bagian sana sampai ia merasa dingin.
"Lebih baik?"
Yang lebih tua mengangguk. Jungkook menutup wajah dengan lengannya. Taehyung masih sibuk dengan kegiatannya sebelum selesai, menepuk kecil kakinya dan beranjak. "Terima kasih."
Pria Kim tersenyum dan mengusak surainya. "Jangan pakai celana, biarkan mengering dulu."
Ia berdeham. Menarik Taehyung hingga pria itu limbung tertidur di sampingnya. Ia langsung mendusel di ceruk leher Taehyung, memeluknya dengan kaki yang dinaikkan ke atas tubuh pria itu.
Taehyung tertawa gemas, membubuhkan kecupan ringan di tengkuk dan membalas pelukannya.
"Ingin cerita?" Ia berbisik.
Jungkook terdiam sebentar sebelum menjawab, "Besok, ya? Aku sudah mengantuk."
Maka dari itu Taehyung tidak bisa memaksanya. Ia membiarkan Jungkook untuk tertidur dengan dirinya yang menyanyi di telinganya sepanjang malam.
tbc.
akhirnya aku lanjutin cerita ini... sebulan ya aku ga update? maaf menunggu lama dan pendek... mudah2an chap depan bisa panjang deh :")
KAMU SEDANG MEMBACA
serendipity [taekook]
Fanfiction[ON HOLD SAMPAI MOONSTRUCK SELESAI] Jungkook hanyalah seorang pekerja seks komersial yang ingin bertahan hidup di tengah dunia yang padat. Tapi, bagaimana jika takdirnya harus dipertemukan oleh pria yang tidak ia duga? bxb top!tae bott!kook