Taehyung tidak main-main akan perkataannya. Esoknya, pria itu sudah membawa semua dokumen penting serta kotak cincin yang sudah dibelinya sejak lama. Si Kim bersungguh-sungguh, mengambil semua uang di banknya dan menaruh di tas besar.
Jungkook panik, perutnya sangat mual akan tindakan tiba-tiba dari Taehyung. Penerbangan ke Jepang sudah dipesannya. Tangannya berkeringat dingin, menggenggam jemari Taehyung yang sama dinginnya. Pria itu menggerakan kaki penuh gelisah.
"Kita akan baik-baik saja," katanya dengan suara yang terpendam di balik masker putih. Jungkook menoleh dan mengangguk, berusaha untuk bersikap normal.
"Sayang," panggilnya. Taehyung menaruh tangan di atas genggaman mereka. "Aku tahu ini sangat tidak terduga, kita yang akan pergi dari Korea dan memulai hidup baru di Jepang."
"Satu jam lagi penerbangan akan kita lalui. Aku mohon, percaya denganku, ya? Sebelumnya aku juga sudah memesan hotel untuk dua sampai tiga malam ke depan. Kita bisa mencari apartemen atau rumah kecil di sana, kau mau, kan?"
Si Jeon menghela napas, "Taehyung, sebelum itu, aku mohon pikirkan dengan baik terlebih dahulu. Kita masih ada waktu untuk membatalkan penerbangan kita—"
"Aku bersungguh-sungguh, Jungkook." Selanya tegas. Taehyung menatapnya tajam, tidak suka akan perkataan dari si empu.
"Kau akan kehilangan orangtua, Yoongi, Jimin, dan karirmu." Jungkook mengusap lengannya. "jangan gegabah." Lanjutnya.
Taehyung melengos, "Aku lebih baik kehilangan semua itu daripada dirimu."
Dan Jungkook tahu, Taehyung memang serius akan segalanya. Tak peduli badai yang akan menerjang mereka nantinya. Masalah bertubi-tubi yang akan datang, Taehyung sudah tahu risikonya.
Dengan itu ia menyimpulkan,
Taehyung memilihnya.
;
Taehyung memasukkan tas besar berisi uangnya di atas bagasi kursi. Jungkook memposisikan dirinya dengan benar, menyandarkan tubuh dengan nyaman. Taehyung tersenyum kecil dan membuka maskernya. "Tidur saja jika kau lelah."
Jungkook memutar mata, "Hanya dua jam penerbangan tidak ada rasa."
Si Kim terkekeh, memandangnya dengan senyuman di bibir yang begitu tulus. Jungkook menurunkan maskernya dan mendekatkan wajah mereka sebelum mengecup kecil bibir Taehyung dan membuat si empu tergelak geli.
Jari lentik Taehyung membawa surai Jungkook ke belakang telinga, ia berbisik lirih. "Aku takut, tapi aku juga bahagia."
"Aku tidak berbohong jika aku benar-benar mencintaimu, Kook. Kau tahu? Tidak ada yang membuatku gila seperti ini selain kau." Ia menarik napasnya sejenak, "aku rela tidak lagi mempunyai rumah yang mewah dan fasilitas yang bagus jika aku dapat bersamamu."
"Gombal." Cebiknya.
Taehyung mendengus, "Aku tidak, sayang."
Jungkook mencubit dada Taehyung gemas, "Sudah aku ingin tidur."
Si Kim tertawa, "Tadi katanya tidak mau."
"Berisik!"
•••
Setelah melalui penerbangan yang lumayan singkat karena hanya menempuh waktu dua jam, akhirnya mereka berhasil untuk sampai di Jepang dengan selamat. Memeriksa passport dan kartu identitas lainnya mereka lakukan.
Jungkook menunggu koper mereka di bagasi yang berputar terus-menerus. Agak kesal karena koper Taehyung belum muncul juga, padahal ia sudah ingin pergi dari sana dan cepat-cepat memesan taksi untuk ke hotel. Ia butuh istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
serendipity [taekook]
Fanfiction[ON HOLD SAMPAI MOONSTRUCK SELESAI] Jungkook hanyalah seorang pekerja seks komersial yang ingin bertahan hidup di tengah dunia yang padat. Tapi, bagaimana jika takdirnya harus dipertemukan oleh pria yang tidak ia duga? bxb top!tae bott!kook