10. MENCOBA BERANI

351 279 315
                                    

Jaebeom menggeliat, merasakan tidurnya sudah tidak nyaman. Cowok itu perlahan membuka kelopak mata, sinar mentari pagi langsung menyorot penglihatannya. Ah, ternyata gordennya sedikit terbuka.

Ia terdiam sejenak, berpikir kenapa ia bisa tertidur di sofa ruang depan. "Ah! Kau tidak sendirian lagi, Jaebeom." Ia bermonolog.

Terhitung sudah empat hari sejak Arum tinggal bersama Jaebeom di apartemen ini. Keduanya saling merahasiakan hal tersebut dari teman-teman.

Kehadiran Arum di apartemennya, membuat Jaebeom merasakan hal-hal yang telah lama hilang dalam dirinya. Gadis itu sangat rajin jika ada waktu luang. Dari bersih-bersih hingga memasak, semua ia lakukan tanpa ada rasa lelah. Hal itu membuat Jaebeom merasakan sosok ibunya hadir dalam diri Arum.

Jaebeom beranjak dari sofa menuju meja makan. Seperti biasa, Arum menyiapkan sarapan dengan ukuran pas untuk satu porsi. Secarik kertas yang bertuliskan pesan dari Arum tergeletak di meja tersebut.

"Jangan telat, apalagi sampai bolos. Sampai ketemu di sekolah, Tuan Rumah!"

Sudut bibirnya terangkat membentuk lengkungan manis. Ia menempelkan kertas itu di pintu kulkas, menggabungkannya dengan kertas lain yang tentu saja isi pesannya adalah dari Arum.

Bunyi passcode pintu terdengar dari depan. Dengan rasa was-was dan penasaran Jaebeom berjalan menuju pintu. Ia tersentak kaget begitu melihat teman-temannya datang. Seperti biasa, mereka langsung menerobos masuk sambil cekikikan.

"Kenapa kalian ke sini?" tanya Jaebeom. Ia berusaha menetralkan wajahnya agar tidak terlihat panik. "Kenapa tidak bilang dulu padaku?"

"Apa itu peraturan baru?" tanya Mark santai.

"Wajahmu pucat. Kau sakit, Hyung?" tanya Youngjae.

"Wow! Kau bikin sarapan? Sejak kapan?" tanya Jackson yang duduk tepat di depan meja makan. Tanpa ba-bi-bu ia langsung memakan lauk yang ada di meja tersebut. "Wah! Ini enak! Kau jago masak rupanya, Jaebeom," puji Jackson bernada takjub.

"Hyung?" panggil Yugyeom. Cowok jangkung itu berdiri di ambang pintu kamar, keadaan pintu kamar yang terbuka membuat Jaebeom langsung berlari dan menutup pintu tersebut.

Yugyeom menggeleng pelan dengan senyum miringnya. "Kau kalah cepat, aku lihat pakaian tidur wanita di kasurmu," ungkap Yugyeom.

Hening. Tanpa diundang semua tatapan mengarah pada Jaebeom.

"Pantas saja kau selalu menolak jika kami ingin bermain di sini," celetuk Bambam.

"AH!" Jackson berseru, cowok itu menatap lauk yang ia makan. "Tiba-tiba Jaebeom membuat sarapan. Aneh, bukan?" timpal Jackson.

Kecurigaan mulai menyelimuti ruangan ini. Melihat Jaebeom hanya diam dengan wajah pucat membuat mereka semakin yakin, jika ada sesuatu yang ditutupi oleh Jaebeom.

"Heol! Dia menerima surat." Jinyoung berucap santai. Niatnya ia ingin duduk di samping Jackson namun tatapannya tidak sengaja melihat kertas-kertas yang menempel di pintu kulkas. Jinyoung mengambil semua kertas itu lalu membacanya satu-persatu.

"Kau tinggal dengan wanita?" tanya Mark curiga.

Helaan napas Jaebeom terdengar berat. Jika sudah seperti ini, akan susah untuk berbohong pada mereka. "Bukan urusan kalian, kan?"

"Ey, memang. Tapi tidak perlu kau tutupi seperti ini," sahut Jackson.

"Kau punya pacar, Hyung?" tanya Bambam penasaran. "Sejak kapan?"

"Aku tidak pacaran dengannya. Hanya sekedar memberinya tempat tinggal."

"Kau baik sekali," komentar Youngjae. "Wanita itu istimewa untukmu, ya, sampai-sampai kau memberinya tempat tinggal?"

BAD [Lim Jaebeom] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang