Note; Bab ini telah selesai direvisi.
🌴🌴🌴
Sudah hampir sepuluh menit Arum berdiri di tepi sungai Han. Gadis itu menatap arloji yang melingkar di tangannya. Waktu menunjukkan pukul 19.45 KST.
Tadi, Jaebeom meneleponnya dan bilang jika ia tidak bisa menjemput karena ada urusan mendadak. Akhirnya, Jaebeom meminta tolong pada Jackson untuk menjemput gadis itu.
Alih-alih mengantar Arum pulang ke apartemen Jaebeom, Jackson malah mengajaknya ke sungai Han. Jackson bilang, ada yang ingin dibicarakan. Karena terdengar serius, akhirnya Arum menyetujuinya.
Lalu, di mana Jackson sekarang? Kenapa hanya ada Arum sendirian di tepi sungai?
Jackson meminta Arum untuk menunggu sejenak. Cowok itu pergi sebentar untuk membeli minum. Namun sampai sekarang ia belum juga kembali."Jeogiyo," sapa orang yang tiba-tiba datang, membuat Arum terkejut.
"Aigo kamjagiya!" Arum berseru saat melihat siapa yang datang.
Jaebeom tertawa geli, gadis itu terlihat menggemaskan saat terkejut tadi. Ia juga tidak bisa menutupi wajah paniknya. Melihat Jaebeom menikmati hal tersebut, Arum hanya bisa mendengus sebal.
"Kau bilang ada urusan? Kenapa bisa di sini?" tanya Arum.
"Karena urusanku ada di sini," jawab Jaebeom. Arum meliriknya, sedikit bingung dengan jawaban tersebut. "Ke mana Jackson? Berani-beraninya dia meninggalkan gadisku sendirian di sini."
Arum tersipu. Ia merasa heran dengan dirinya sendiri. Kemarin, rasanya masih biasa saja jika Jaebeom mengucapkan kata gadisku, tetapi malam ini jantungnya berdegup kencang mendengar kata gadisku keluar dari mulut Jaebeom. Akhirnya Arum menunduk, menutupi rona merah di wajahnya.
Jaebeom mengernyitkan dahinya. Menatap Arum dengan bingung. Ada apa dengan gadis itu?
"Kau sakit?" tanya Jaebeom sedikit cemas. Sebab Arum benar-benar menundukkan kepalanya sampai wajahnya tidak terlihat. Gadis itu hanya menjawab dengan gelengan kepala. Akhirnya Jaebeom memegang bahu Arum, memaksanya untuk mendongak dan menatapnya.
Jaebeom terhenyak melihat wajah Arum merah seperti kepiting rebus. Dengan cepat ia menangkup pipi chubby gadis itu. "Wajahmu merah sekali, kau sakit?"
Arum menggeram tertahan. Ia merutuki Jaebeom dalam hati. Apakah Jaebeom sengaja menggodanya? Atau Jaebeom benar-benar tidak peka? Aish! Menyebalkan!
Bagaimana wajahnya tidak merah jika Jaebeom semakin mengikis jarak di antara mereka. Hembusan napas cowok itu bahkan sangat terasa menerpa kulit wajah Arum.
"Ja-Jaebeom." Arum gugup setengah mati. Tanpa disadari ia menahan napasnya saat ini.
Melihat wajah Arum semakin memerah, Jaebeom lantas tertawa kencang. Ia menarik tangannya lalu menoleh, menghabiskan sisa tawanya seraya menatap ke arah sungai.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD [Lim Jaebeom] ✓
FanfictionSeri Pertama G7 - [Completed] "Aku tidak peduli, siapapun kamu aku akan selalu mencintaimu. Bahkan ketika aku melihat keburukanmu, aku akan tetap berada di sampingmu." Note ; Han Arum as You