3. SEBUAH FAKTA

508 330 426
                                    

G7 sedang berada di apartemen milik Jaebeom. Mereka berkumpul setelah memutuskan untuk bolos sekolah hari ini.

Ketujuh cowok itu sedang berada di ruang tengah. Mark, Yugyeom dan Youngjae sedang asyik bermain PS. Bambam sedang khidmat menikmati sekotak pizza yang ia pesan. Sedangkan Jaebeom, Jackson dan Jinyoung sedang berbicara tentang suatu hal.

"Ya! Apa kau tidak berlebihan padanya?" tanya Jinyoung, ia masih mempermasalahkannya soal kemarin, saat Jaebeom mencengkram pergelangan tangan Arum.

"Kau mengkhawatirkannya?" tanya Jaebeom datar.

"Aku yang khawatir. Jika Hyuna tahu kau yang melukainya, pasti Hyuna akan marah padaku," sahut Jackson.

Jaebeom tertawa culas. "Aku tidak peduli."

"Kau benar-benar tidak berperasaan, Jaebeom," celetuk Jinyoung, pasrah pada akhirnya. Ia tahu, Jaebeom keras kepala, tidak bisa diingatkan hanya dengan kata-kata.

"Rendah harga dirimu melukai gadis seperti itu," timpal Jackson.

Merasa dipojoki, Jaebeom mengumpat kasar. Ia menatap Jackson dan Jinyoung secara bergantian. "Aku hanya memegang lengannya dengan pelan. Kalian menuduhku melukainya?"

"Sampai kapan kau akan menyangkal, Hyung?" tanya Bambam tiba-tiba. Jika Bambam sudah ikut beradu argumen, mereka tidak yakin kedepannya akan baik-baik saja.

Bambam yang sedang duduk di atas karpet depan sofa langsung dipukul menggunakan bantal oleh Jaebeom. "Kau tidak usah ikut campur!"

Bambam menoleh ke arah Jaebeom. "Aku juga niat seperti itu. Namun gagal."

"Diamlah, Bam," ucap Mark, tetapi matanya masih fokus mengarah ke depan.

"Kalian menyalahkanku? Sungguh?" tanya Jaebeom tidak percaya. Baru kali ini mereka menyalahi Jaebeom karena hal kecil yang Jaebeom lakukan pada seseorang. Hal itu bahkan bukan apa-apa bagi Jaebeom.

"Biarkan Jaebeom Hyung berpikir. Aku lelah mendengar kalian bicara," keluh Yugyeom. Ia berhenti bermain PS lalu masuk ke dalam kamar Jaebeom. Mengistirahatkan dirinya sejenak.

Mendengar ucapan Yugyeom, Jaebeom seolah mendapat peringatan kecil dari dalam hati. Apa benar ia melukai Arum? Tindakannya terjadi di luar kesadarannya, yang berarti itu tidak disengaja.

"Ya! Aku masih tidak habis pikir, kalian menyalahiku?" tanya Jaebeom sedikit kesal.

"Pikirkan masalalu dirimu, keluargamu, terutama ibumu, Jaebeom," sahut Jinyoung dengan tenang. Dan hal itu seketika mampu membuat Jaebeom menutup mulutnya rapat-rapat.

🌴🌴🌴

Pukul delapan malam, Arum dan Hyuna sedang menikmati ramyeon di kamar Hyuna. Arum pergi bermain ke rumah Hyuna setelah pulang sekolah tadi.

Setelah kejadian di gudang kemarin, Arum menutupi lengannya dengan menarik hoodie sampai pergelangan tangannya agar tidak terlihat. Namun kali ini ia sedikit lengah, ia lupa dengan hal itu saat menyeruput kuah ramyeon.

Hyuna yang melihat lebam pada pergelangan tangan Arum langsung menyentuhnya. Ia menatap Arum yang saat itu sadar dan buru-buru kembali menutupi tangannya.

"Ada apa dengan tanganmu?" tanya Hyuna.

Arum menggeleng, ia tersenyum tipis seolah meyakinkan Hyuna bahwa tangannya tidak kenapa-kenapa.

"Jangan bohong. Itu pasti ulah seseorang, kan? Siapa yang melakukan itu padamu?" desak Hyuna.

"Aku baik-baik saja. Cepat habiskan makananmu, kita lanjutkan menonton—"

BAD [Lim Jaebeom] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang