Bab 8 : Makan malam terburuk

3.2K 117 3
                                    

POV Author

***

Romeo mengira hubungan dia dan Olivia sudah membaik tetapi tampaknya itu salah. Olivia tidak akan pernah mampu memaafkan kesalahan suaminya. Olivia hanya berpura -pura baik-baik saja di hadapan Romeo.

"Ayahmu bilang kalau kita harus merayakan ulang tahun pernikahan kita, Liv. Bagaimana menurutmu?"

Mendadak Wahyu meminta bertemu dengan Romeo. Ayah Olivia itu menegaskan kalau Romeo harus lebih sering menghabiskan akhir pekan bersama Olivia, serta mewajibkan Romeo merayakan ulang tahun pernikahan.

"Enggak usah, Mas. Lagipula untuk apa kita rayakan itu?"

Olivia menyahut malas. Dia duduk sembari menyuapi Aryan makan malam. Sepertinya dia mau fokus merawat putra semata wayangnya itu. Kegiatan bersama suami seolah tidak lagi menyenangkan bagi Olivia.

"Maksud kamu apa bicara gitu, Liv?"

Romeo mencari tahu. Dia memperhatikan wajah Olivia makin datar. Romeo menggenggam tangan istrinya, menunjukkan betapa besar cinta yang dia punya. Kepergian Hama benar-benar membuatnya lebih dekat dengan sang istri.

"Kamu belum bisa lupa permasalahan dulu itu ya?" tebak Romeo.

Dia sudah melupakan masalah perselingkuhan dengan Hana susah payah. Romeo berhasil melakukan itu. Sementara apa yang Olivia lakukan? Dia bahkan belum melupakan apa-apa. "Waktu terus berlalu tetapi rasa sakit tidak akan hilang, Mas. Ibarat Mas menggores tanganku, goresannya akan meninggalkan bekas meski lukanya sudah sembuh."

Romeo mengernyit, terkesiap. "Jadi maksudmu apa, Liv? Kita menghabiskan banyak waktu berdua beberapa minggu belakangan ini. Kita tidak lagi baku cekcok. Apa artinya kesenangan kita bagimu, Liv? Kupikir kau tidak lagi memikirkan masa lalu? Apa dosa Mas tidak termaafkan? Kita berdua sudah bahagia, Liv."

Romeo menatap intens istrinya, dia tidak menduga kalau rasa sakit yang dia berikan pada Olivia tak akan terobati secepat yang dia pikirkan. Luka itu terus menganga, dijahit pun akan tetap menimbulkan bekas. Olivia melepas pegangan tangan suaminya.

"Aku kembali padamu hanya agar Mas Romeo jauh dari ibuku. Di agama kita, haram bagi seorang menantu menikahi ibu mertuanya. Aku hanya berpikir untuk mengakhiri hubungan terlarang, Mas. Aku harus merelakan kebahagiaanku. Jujur saja, aku hanya pura-pura senang denganmu, Mas." Olivia mengaku.

"Aku tidak mencintai Mas lagi," kata Olivia. Romeo membelalakkan mata. Dia mematung seiring Olivia melanjutkan, "Aku tidak peduli kalau Mas selingkuh dengan orang lain, yang penting bukan ibuku. Perasaanku padamu sudah mati, Mas."

"Kamu bercanda 'kan, Liv?"

Romeo tergelak paksa, dia tertawa hanya untuk memastikan Olivia bergurau. Sayangnya, Olivia tidak sedang bercanda. Dia seratus persen serius mengatakan tidak menyukai Romeo.

"Bukankah kita sudah programkan adik untuk Aryan, Liv?"
Romeo terpukul. Dia kira Olivia sudah maafkan kesalahannya tetapi nyatanya belum. Perselingkuhan Romeo terlalu menyakitkan bagi wanita itu.

"Aku bisa hamil tanpa harus mencintaimu 'kan, Mas?"

Olivia merasa sebagian hidupnya sudah mati. Dia tidak percaya pada kebahagiaan. Dia hanya menjalankan hidupnya seiring takdir membawa dia kemana. Kalau bukan karena Aryan, mungkin Olivia sudah mengakhiri hidupnya untuk yang kedua kali? Aryan adalah alasan Olivia bertahan bersama Romeo.

"Tapi, Liv. Aku merasa kalau aku sudah mencintaimu seperti saat pertama kali bertemu. Hana hanya selinganku, kesenangan sementara, Liv. Semua lelaki punya fantasi dalam hidupnya dan aku sudah berhasil mewujudkan fantasiku. Aku tidak menginginkan Hana lagi. Berikan aku kesempatan, Liv. Jangan bilang tidak mencintaiku. Aku tidak mau dengar itu."

"Kamu berengsek, Mas. Kamu egois."

Romeo diam. Ucapan istrinya memang benar adanya. Romeo mementingkan dirinya sendiri. Dia mengejar Hana lalu setelah terperangkap, dia membiarkan Hana pergi, mengusirnya dari dalam hidupnya.

"Aku akan berubah jadi lebih baik bersama kamu, Liv. Ayo kita mulai lembaran baru, tanpa ibumu. Kamu mau 'kan, Liv?" Romeo sangat berharap mampu merubah situasi yang sudah dia hancurkan.

"Aku enggak tahu, Mas. Aku hanya tahu kalau aku akan tetap di sampingmu demi Aryan, meskipun tanpa cinta."

Romeo cukup lega karena Olivia tidak akan meninggalkannya. Dia berusaha menyenangkan hati Olivia seperti yang dilakukan suami pada umumnya terhadap sang istri. Romeo mengajak Olivia dan Aryan makan malam di luar.

Romeo ingat kenangan saat dia dan Olivia pacaran, saat mereka makan di kedai makan pinggir jalan. Olivia tidak antusias namun tetap menuruti kemauan suaminya. Mereka makan malam di kedai makan tempat Hana bekerja. "Aku tidak tahu kalau ibumu bekerja di sini, Liv. Kita makan di tempat lain saja kalau begitu." Waktu melihat Hana Romeo berencana pergi dari sana.

"Kita akan makan di sini, Mas."

Suasana tegang sangat terasa di antara Romeo, Hana, dan Olivia. Mata Olivia tidak berhenti memandangi ibunya. Sementara Romeo berusaha menghindari tatapan Hana. Dia sudah bertekad membuat Olivia dan Aryan bahagia. Aryan antusias melihat neneknya. Dia meminta digendong setelah Hana selesai mengantarkan pesanan menantu dan putrinya.

"Mama senang melihat kamu lagi, Liv. Kamu kelihatan lebih sehat," kata Hana dengan pandangan haru. Olivia menampakkan mimik datar, dia belum bicara waktu Hana menambahkan, "Kalian terlihat lebih harmonis."

"Kami mencoba memulai segalanya, Han."

Romeo mengumumkan. Hana mengangguk. Dia menggendong Aryan, menyaksikan tatapan Olivia yang hambar. "Itu bagus, aku gembira segala sayang terjadi berangsur pulih." Hana tersenyum.

Melihat Romeo dan Hana mengobrol membuat Olivia membayangkan seperti apa obrolan ibunya dan sang suami saat bersama. Apakah mereka sangat romantis? Mereka berdua begitu akrab dan Olivia merasa seperti orang asing di depan mereka. Olivia masih belum menerima fakta bahwa ibunya pernah begituan sama suaminya.

"Tidak ada yang berubah, Ma. Tidak ada yang pulih. Semua masih sama seperti saat Mama diam-diam bersenang-senang dengan Mas Romeo." Olivia menyela tajam.
Makan malam terasa begitu tidak membuat Olivia berselera. Masa lalu terus menghantui kehidupannya.

"Maafkan Mama, Liv. Mama sudah berusaha melakukan yang terbaik agar kamu bahagia. Mama mundur karena Mama tahu Mama salah."
Olivia meringis. "Selama ini Mama berpikir perselingkuhan Mama benar? Mama baru sadar sekarang?"
Romeo tidak mau pertengkaran semakin menjadi-jadi. Romeo menimpali, "Cukup, Liv. Kita tidak datang kemari untuk bertengkar. Kita ingin makan."

Hana menelan ludahnya kuat-kuat. Dia meremas pakaiannya diam-diam. Apa yang akan dipikirkan Olivia kalau tahu Hana mengandung anak Romeo. Itu akan membuat Olivia terpukul. "Kamu yang harus diam, Mas. Ini juga kesalahan kamu. Kamu yang memulai keributan ini. Apa Mas merasa enggak cukup sama aku? Kenapa harus Mamaku, Mas?"

Semua pengunjung warung mulai menonton mereka. Hana bekerja di warung itu. Dia tidak mau kehilangan pekerjaan sehingga berbisik ke Olivia, "Mama mohon, Liv. Jangan bicara keras-keras. Mama enggak mau kehilangan pekerjaan Mama. Mama butuh tempat ini. Jika mereka tahu aib Mama mereka akan--."

"Mama malu sekarang? Mengapa tidak dari dulu?" Olivia menoleh ke orang-orang. Dia sangat kesal terhadap ibunya. Namun dia masih punya hati, dia berhenti mengobrol.
Olivia mengambil Aryan dan berkata pada suaminya, "Ini makan malam yang menakjubkan, Mas," ujar Olivia sarkasme.

See u next time!
Instagram : sastrabisu

Suamiku adalah MenantukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang