***
Sifat manusia adalah tidak pernah merasa puas. Kita selalu menginginkan apa yang tidak bisa kita miliki. Romeo tidak pernah berhenti mengejar mantan istrinya, Olivia.
Walaupun sang mantan telah menikah, Romeo tetap mengemis minta balikan dengan Olivia.
Kejadian itu terus berulang berkali-kali sampai Olivia dan Stefan putuskan berpindah provinsi dari Jawa ke Sumatra.Romeo merasa kehampaan menghampiri hidupnya setelah mantan istri pergi. Hari-harinya suram seperti badai yang datang di tengah lautan.
Untuk menyenangkan hatinya, Romeo menyewa wanita penghibur. Kebahagiaan yang dia nantikan perlahan hadir dalam kehidupannya. Dia melupakan Hana, Olivia, dan Aryan. Pria itu menemukan dunia yang dia impikan, bertemu gadis berbeda tiap harinya.
Berbulan-bulan kemudian telah tiba. Hana semestinya sudah mengabarkan perihal kelahiran anak mereka kepada Romeo. Namun, berita wanita itu tenggelam bak ditelan bumi, tak ada kabar sama sekali dari wanita itu.
Romeo pun tak kunjung peduli. Hari ini ada reuni, dia sebetulnya malas menghadiri acara itu. Pria itu lebih menginginkan malam menyenangkan bersama gadis pilihannya seperti biasa.Sayangnya, takdir berkata lain. Teman lama Romeo menjemput lelaki itu sehingga mau tidak mau dia ikut di acara perkumpulan teman SMA-nya.
"Di sana banyak cewek cantik, Rom. Kamu bisa pilih salah satu. Bukannya kamu galau ditinggal istri?"
"Beneran ada ceweknya, Far?"
Farhad nama teman pria itu. Waktu dia bahas cewek, Romeo berseri-seri. Dia sedang terbuai oleh sentuhan gadis-gadis, dan berpikir mendapatkan yang baru.
"Beneran. Sumpah. Ayo ikut."
Romeo ikut reuni itu berkat mendengar kata cewek. Naasnya, di reuni itu tidak ada perempuan sama sekali. Alhasil, mantan suami Olivia itu menjadi bahan guyonan teman-temannya.
"Kalian memang jail."
Romeo berkomentar sembari menapakkan mimik masam. Semua teman Romeo telah menikah. Mereka punya cerita masing-masing mengenai istri mereka.
Romeo memilih tidak membahas persoalan rumah tangganya. Dia bahkan sudah melupakan Hana. Pria itu tak mau mengenang masa lalu. Istrinya pun tak memberi kabar soal kelahiran bayi mereka. Dia tak mau ambil pusing, memilih menikmati hidupnya sendiri.
"Aku punya istri yang sangat pemalas. Kerjaannya hanya baca novel terus. Aku suruh bikinkan teh tapi tidak pernah didengarkan. Aku harus bikin teh sendiri setiap kali pulang kerja."
Salah satu teman Romeo bercerita. Kalimat lelaki itu mengingatkan Romeo pada Hana. Setiap malam sang istri membuatkan teh tetapi dia tak pernah meminumnya, mengabaikan sang istri setiap malamnya. Teh buatan Hana selalu berakhir di tempat cuci piring tanpa ada yang mencicipi.
"Kau mungkin lebih beruntung, Rayhan. Istrimu cuma keasyikan baca novel. Istriku bahkan mengurangi jatah begituan. Setiap kali aku minta, dia malah suruh aku jajan di luar. Istriku terlalu cantik. Aku tergila-gila sama dia. Dua minggu sekali diberi jatah, aku sudah sangat bahagia."
Pembicaraan teman lama Romeo lagi-lagi membuat pria itu teringat akan kebaikan Hana. Bagaimana Hana menawarkan diri untuk disentuh dan Romeo menolaknya mentah-mentah dengan banyak alasan. Kini pria itu menyadari bahwa dia juga menginginkan hal yang sama seperti yang istrinya inginkan dulu.
Farhad menambahkan kisahnya, "Kalian seharusnya bersyukur kalian masih bersatu dengan istri. Aku bahkan sudah cerai. Istriku sekarang lebih bahagia. Dia menikahi seorang anggota DPRD. Coba waktu bisa terulang."
Farhad menghela napas panjang. "Romeo mungkin tahu rasanya berpisah dari istri. Rasanya menderita 'kan, Rom?"
"Semua orang merasakan hal yang berbeda-beda. Bagiku sama sekali tidak menderita."
Romeo gengsi mengakui penderitaannya tanpa Hana. Ketika dia pulang dari reuni itu, dia memandangi foto istrinya. Dalam foto tersebut, Hana tersenyum. Romeo mengingat-ingat saat istrinya memperlakukan dia bak raja.
Kini wanita itu telah pergi. Penderitaan Hana terputar di kepala pria itu. Bagaimana Hana harus melewati masa sulit atas perbuatan mantan suaminya, menerima kenyataan Olivia bukan putri kandungnya, belum lagi hujatan orang lain yang tidak pernah berhenti menyapa hidup Hana. Semua itu tentu membuat istrinya terluka.
Hati Romeo me-lembut. Dia ingin Hana bahagia. Cinta yang dulu ia kira untuk Olivia kini berpindah ke sang istri, Hana. Pria itu mengabaikan malam. Dia keluar rumah mencari kemana Hana pergi.
Romeo mengunjungi warung tempat Hana dulu bekerja namun wanita itu tidak ada. Dia pergi ke rumah mertuanya tetapi bukan jawaban yang dia dapatkan melainkan perkataan sinis yang menyakiti hati Hana.
"Kami tidak peduli lagi dengan Hana setelah dia berselingkuh denganmu. Mati pun kami malu mengakuinya sebagai keluarga. Hana adalah aib bagi kami."
"Teganya ibu bicara begitu. Hana juga manusia."
Romeo berusaha membela. Kali ini, dia menyadari betapa berat menjadi seorang Hana. Padahal jika dipikir-pikir harusnya mertuanya membenci Romeo bukan Hana.
"Dia manusia yang tak punya hati. Kalau dia punya perasaan dia tidak akan mencuri suami putrinya."Meida menambahkan dengan tajam. Romeo mengepalkan tangan. Bicara pun tidak akan membuat nama Hana menjadi bersih. Nama istrinya sudah terlanjur membusuk seperti bangkai tak berharga. Romeo memilih pergi dari sana.
Setiap malam, rasa cinta Romeo semakin besar terhadap Hana. Dia tidak bisa tidur nyenyak. Keesokan harinya, dia meminta bantuan polisi untuk mencari keberadaan Hana. Pria itu harus menunggu dua hari untuk mendapatkan alamat terbaru istrinya.
Romeo bersemangat saat mendapatkan alamat terbaru istrinya itu. Bersama kertas kecilnya, Romeo mengunjungi rumah tempat istrinya berada. Dia meminta polisi tak menemani agar Hana tidak ketakutan.
"Betul Hana tinggal di rumah ini?"
Romeo bertanya dengan wajah ceria saat seorang wanita paruh baya membukakan pintu kepada pria itu."Betul."
Wanita itu menyilakan Romeo masuk ke dalam rumah, dia berusaha membuat Romeo tenang seakan ada hal besar yang mau disampaikan wanita itu.
"Jadi di mana Hana? Apa dia pergi ke pasar?"
Sepasang mata Romeo sudah menjelajahi seisi rumah wanita itu namun tidak ada sosok Hana yang muncul di mana-mana. Sebelumnya wanita itu bilang Hana tinggal di rumah itu lalu kemana Hana pergi? Dia tidak terlihat sama sekali.
"Hana sudah meninggal, Nak."
Mata wanita itu berkaca-kaca ketika memberitahu informasi tentang Hana. Romeo merasa seolah tombak baru saja menusuk tepat jantungnya. Setelah semua penderitaan yang dialami Hana, mengapa dia harus meninggal saat Romeo ingin membuatnya bahagia.
"Ini pasti bohong! Hana tidak mungkin meninggal. Kamu pasti segongkol menjauhkan aku dari bayiku. Hana pasti memerintahkan dirimu bohong padaku, 'kan?"
Romeo belum mewujudkan tugasnya sebagai suami dan Hana sudah pergi untuk selamanya. Dia menuduh wanita paruh baya berbohong. Dia menggeledah setiap kamar di rumah tersebut namun Hana tidak ada.
"Hana tertekan. Dia banyak melamun setiap hari. Saat menyeberang di jalan raya, Hana tidak memperhatikan sekitarnya. Dia tertabrak mobil yang melintas."
Wanita paruh baya itu tersedu-sedu, kesedihan itu terlalu dalam sampai Romeo tidak bisa menuduhnya berkata bohong. Romeo benar-benar terluka. Ini tidak adil bagi Hana. Wahyu belum dihukum, pihak keluarga pun belum memaafkan.
Andai waktu bisa terulang, Romeo ingin memberi sedikit ruang kebahagiaan untuk istrinya, mengabaikan perkataan miring mengenai hubungan mereka. Lagipula Hana bukanlah ibu kandung Olivia. Mereka bisa bersama meskipun tampaknya pernikahan mereka antara menantu dan mertua. TAMAT
Instagram : sastrabisu
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku adalah Menantuku
Fiksi UmumHana merupakan janda berusia 34 tahun-an, tinggal bersama putrinya bernama Olivia 17 tahun) yang menikah muda dengan Romeo (30 tahun)... Maksud hati menyatukan rumah tangga putrinya yang retak, Hana justru terbuai oleh menantunya yang tampan.