16. The Last Person That I Love

323 65 122
                                    

s t u c k   w i t h  y o u

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

s t u c k   w i t h  y o u.


(Sedia payung sebelum hu? ☔
Ralat, sedia tisu guys!)



Setelah memuntahkan makanannya beberapa kali hingga kerongkongannya terasa perih, akhirnya Seola bisa terlelap karena kelelahan. Perutnya masih sakit dan Hyunjin sama sekali tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Pemuda itu sudah berkali-kali membuatkan makanan untuk Seola dan tidak ada satupun yang berhasil masuk ke dalam perut gadis itu. Seola benar-benar butuh pertolongan medis segera, ini bukanlah hal yang sepele.

"Hyunjin." Suara lemah nan serak Seola menarik atensi Hyunjin. Ternyata gadisnya telah bangun dari tidur singkatnya, sekitar setengah jam.

"Sudah bangun? Masih sakit?" Seola mengangguk lemah. Jika ia sedang berada di Seoul, sudah pasti ia harus menjalani rawat inap. Namun dengan kondisi terjebak seperti ini, ia sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kita ke ruang tengah ya? Disana lebih hangat."

Perlahan, Hyunjin mengangkat tubuh Seola beserta dengan selimut yang membungkus tubuh gadis itu. Dalam dekapan Hyunjin, Seola sesekali meringis kala perutnya ikut bergerak hingga muncul rasa sakit. Dengan langkah pelan dan hati-hati, Hyunjin membawa Seola menyusuri lorong mansion yang kosong menuju ke ruang tengah.

"Kemarin, kau pernah penasaran dengan bagaimana caraku menggendongmu saat kau pertama kali datang. This is how I do it."

Keduanya kembali mengingat masa-masa di mana mereka pertama kali bertemu. Saat itu, bukannya takut akan Hyunjin yang notabenenya bukanlah seorang manusia, Seola malah menanyakan bagaimana cara pemuda itu membawanya ke mansion. Konyol memang.

"And I'm not afraid of you, bahkan setelah aku tahu siapa dirimu," lirih Seola sambil tersenyum tipis.

"You are brave indeed."

Ternyata sofa memanjang yang selalu berkumpul dengan sofa lain di tengah ruangan telah dipindahkan Hyunjin lebih dekat dengan perapian yang menyala. Terdapat buku, kertas, dan alat tulis yang biasa Seola gunakan untuk menggambar tersusun rapi di meja kecil di sebelahnya. Hyunjin benar-benar telah mempersiapkan semua untuk gadis itu.

Dengan perlahan, Hyunjin membaringkan tubuh Seola di atas sofa. Saat tengah membungkuk, kalung salib yang selama ini Hyunjin pakai dan sembunyikan di dalam bajunya keluar begitu saja dan menggantung bebas di leher si pemuda, membuat pandangan Seola teralihkan.

"Kalungmu bagus," puji Seola.

"Kau suka?"

Hyunjin tiba-tiba melepas kalungnya dan memperlihatkannya ke hadapan Seola. Rantainya yang tidak terlalu tebal menjuntai ke bawah dengan indahnya. Terdapat sebuah salib dan juga cincin yang menghiasi rantai, ukurannya cukup besar namun cocok dikenakan oleh Hyunjin. Pemuda itu kemudian memakaikan kalung perak itu memeluk leher Seola yang tak berhias apapun.

Stuck With You • Hwang Hyunjin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang