Wonyoung duduk santai di atas motornya. Perhatiannya terfokuskan pada gerombolan siswa-siswa SMA 46 yang berhamburan keluar dari sekolah untuk pulang. Hari ini dia janjian sama Jiheon, pulang sekolah nemenin cewek itu ke mall. Mama nya ulang tahun katanya jadi Jiheon mau ngasih surprise.
Wonyoung sendiri gak masalah. Dia gak sibuk dan gak punya agenda ngapel ataupun ngedate sama pacarnya. Biar Nako fokus sama persiapan ujian, dia memutuskan puasa dulu. Meski kadang kalau mau tidur video call ataupun ngechat pacarnya yang lebih tua itu dengan gombalan-gombalan basi.
Matanya bersinar saat melihat sosok Jiheon melambaikan tangan sambil berjalan ke arahnya. Si bungsu itu tersenyum dan menyerahkan helm kepada Jiheon.
"Mau makan dulu apa langsung ke mall?" tanya Wonyoung, tangannya membantu Jiheon untuk naik ke motornya.
"Ke mall langsung. Kita makan disana aja."
"Oke." Setelah memastikan teman baru nya sudah siap, Wonyoung langsung menyalakan mesin motornya dan membawa mereka ke tempat tujuan. Jiheon meraih jaket Wonyoung sebagai pegangan.
"Pacar kamu mana? Kok nggak sama dia aja?" tanya Wonyoung.
"Gak punya pacar."
"Masa sih? Kamu cantik lho, masa gak punya?" Jiheon merasakan wajahnya memerah pada pujian yang dilontarkan.
"Gak ah B aja."
"Hmm....padahal beneran cantik." Gumam Wonyoung yang ternyata terdengar oleh Jiheon. Yang dipuji hanya bisa tersenyum, mengeratkan pegangannya.
Hari itu keduanya menghabiskan waktu bersama sampe lupa kalau matahari sudah tenggelam. Sepulang dari mall, Wonyoung menawarkan diri untuk membantu Jiheon menyiapkan surprise untuk mama nya. Jiheon dengan senang hati mengiyakan dong, biar kerjaannya makin cepet.
"Won, udah malem lho. Kamu nggak pulang?" Wonyoung melirik jam dinding, mengangguk sebelum memakai jaketnya kembali dan tak lupa menghabiskan sisa jus jeruknya.
"Gak kerasa udah malem aja. Aku pamit ya, titip salam sama ucapan selamat ulang tahun buat mama kamu." Wonyoung mengelus-elus kepala Jiheon pelan sebelum pamit. Meninggalkan tuan rumah yang terdiam dengan wajah merah.
Wonyoung berjalan keluar dari rumah Jiheon, menyalakan hpnya dan menemukan puluhan pesan dan beberapa panggilan tak terangkat dari Nako dari 2 jam yang lalu.
"Anjing! Gue lupa kalo ternyata semalem gue bilang mau jemput dia dari les! Mampus! mampus!" Wonyoung langsung menelepon pacarnya, kakinya bergerak cepat menuju motornya yang terparkir di depan rumah Jiheon.
Ia menghela nafas kasar dan misuh misuh sendiri. Nako sepertinya mematikan handphonenya.
"Goblok banget lo Wonyoung. Keasikan sama anak orang, eh pacar dilupain." ucap Wonyoung pada dirinya sendiri lalu buru buru menyalakan motornya setelah memakai helm, ia harus pergi ke rumah Nako untuk klarifikasi.
Karena rumah Nako dan Jiheon satu komplek perumahan, Wonyoung sampai di rumah Nako kurang dari 1 menit. Motornya hampir lecet karena tadi mengebut dan nyaris menyerempet tukang baso yang mangkal. Tapi Wonyoung masa bodoh yang penting sekarang ia harus cepat-cepat bertemu Nako.
Wonyoung mengetuk pintu rumah keluarga Hirai, yang tidak lama kemudian terbuka dan menampakkan ibu pacarnya yang sepertinya baru pulang kerja.
"Wonyoung? Kamu ngapain malam-malam kesini? Masih pake seragam juga." Mina mengecek penampilan Wonyoung dari atas sampai bawah, wajahnya menampilkan raut keheranan.
"Uhmm...saya mau bicara sebentar sama Nako. Bolehkan, Tante?" Wonyoung menelan ludahnya dan menatap Mina yang sepertinya termenung sejenak.
"Boleh. Nako ada di kamar–" Perkataan Mina terpotong saat Wonyoung langsung nyelonong masuk ke dalam rumah buru buru, tentu setelah mengucapkan terima kasih kepada mertua akangnya.
Entah sudah gila karena capek atau bagaimana, tapi si bungsu Chou langsung membuka pintu kamar Nako saat ia sampai di lantai atas. Ia langsung mengeluarkan nafasnya yang seolah ia tahan bermenit-menit setelah melihat Nako duduk manis di ranjangnya, sibuk menonton film yang tayang di tv.
"Babe, aku minta maaf. Aku lupa tadi–"
"Yang nyuruh masuk siapa? Sopan nggak masuk kamar orang tanpa ketuk pintu?" Wonyoung kicep. Ngamuk beneran kayaknya pacarnya.
"Nako-chan, kamu marah?" Tanya Wonyoung selagi menutup pintu kamar. Pertanyaannya justru memancing emosi Nako.
"Gak tuh. Aku bahagia banget hari ini." Nako tiba-tiba tersenyum lebar. Wonyoung bisa merasakan bulu kuduknya di leher berdiri.
"H-Huh?" Nako turun dari ranjangnya dan menghampiri Wonyoung yang sekarang bingung dengan perubahan sikapnya.
"Aku bahagia banget hari ini. Tau gak kenapa?" Si cewek mungil menarik dasi pacarnya, membuat yang lebih muda tertunduk dan menjajarkan wajahnya tepat di depan Nako.
"Jadi tadi tuh, aku pulang les tapi nggak ada yang jemput. Padahal aku udah bilang sama papi kalo ada yang mau jemput aku. Dia yang mau jemput aku tuh tiba-tiba ngilang tau nggak? Gak bisa dihubungi. Ditelepon gak diangkat, dichat gak dibales, dibaca pun nggak." Nako masih tetap tersenyum, namun tarikannya pada leher Wonyoung mengencang.
"Eh masa pas aku dijemput sopir papi, aku liat dia tau nggak. Dia yang janji mau jemput aku. Dia sama cewek cantik bangeeettt, lagi di starbucks berdua. So sweet banget jadi iri deh." Nako memejamkan matanya saat ia tiba-tiba mencium aroma parfum yang tidak asing dari kerah jaket Wonyoung. Hmm...Nako kenal merk parfum ini, Yuri pernah memakainya dan aromanya membuat Yena menempel seharian.
Wonyoung merasakan tarikan Nako melemah bersamaan dengan menetesnya air mata pacarnya. Ia merendahkan tubuhnya dan memeluk tubuh Nako, membenamkan wajah gadis itu pada lehernya. Ia mengeratkan dagunya selagi terus membisikkan permintaan maafnya pada gadis mungil favoritnya.
"N-Nako?" Ia bisa merasakan bahunya basah oleh tangisan Nako dan mengeratkan pelukannya.
"W-Wonyoung......" Yang dipanggil meringis saat ia mendengar suara pacarnya bergetar.
"Hmm?"
"Kita.........break aja ya...aku mau fokus belajar."
Heartbroken, lelah, dan takut menghadapi amukan akangnya, adalah perasaan Wonyoung saat ini. Ia bingung harus pergi kemana dan ia tidak ingin menginap di rumah teman-temannya karena pasti akangnya tau dan langsung menyeretnya pulang. Dan rumah ini adalah satu-satunya yang Wonyoung tau. Rumah mewah dengan pekarangan asri dan terletak lumayan jauh dari rumahnya, rumah yang dulu ia anggap tempat bermain.
"Loh Wonyoung?"
"Maaf mengganggu, Tante. Tapi Wonyoung boleh nggak disini sampe besok?" Wonyoung menggigit bibir bawahnya, sungkan sekaligus malu menatap wanita di depannya ini.
Cerita akan end dalam 3-4 (?) Chapter lagi mungkin. Entah setelah selesai akan di revisi apa nggak.
Btw road to 1k voters, para readers sekalian baik yang ngevote, siders, non-voters, new reader,
Kalau misalkan ada special chapter, entah throwback atau fokus side characters, yes or no?
Kalau yes, apa nih yang perlu dikulik?
Malam dimana Hyewon 2.0 nggak sengaja dibuat?Kencan romantis WonNako saat Halloween?
bagaimana kehidupan Om Sokab yang satu rumah 2 istri?
Special Sana Tzuyu saat Wonyoung masih bayi?
Atau yang lain?
Serah dah....yang penting VOTE. GUE NGEGAS INI.
Salam
Sugar Baby nya Sowon

KAMU SEDANG MEMBACA
SEME BARU GEDE
De TodoMeet Chou Wonyoung, si bungsu keluarga Chou yang nggak kalah keren sama akang dan kakaknya. Dan ini cerita Wonyoung mengenai masa pubertas dan cinta pertamanya pada Hirai Nako yang lebih tua darinya.