Zero

957 55 8
                                    

Selamat Membaca...

.

.

.

Ruangan seluas 5×5 meter yang tadinya sunyi itu, kini menjadi ribut setelah sebuah jam alarm berbunyi.

Seorang pria berambut kuning terlihat sangat kaget setelah melihat jam alarm miliknya sendiri yang sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi.

Dengan rusuh pria itu beranjak dari tempat tidurnya, berharap ia bisa langsung lari ke kamar mandi. Namun sialnya, ia harus terpeleset kala kakinya baru saja menginjak lantai dikarenakan sebuah kaus kaki yang tergeletak sembarangan.

Terbaring di lantai kamarnya sendiri sembari meringis kesakitan karena pinggangnya yang terbanting cukup keras, pria itu baru bisa kembali berdiri setelah terpuruk di kamarnya sendiri selama 5 menit.

Berjalan dengan sempoyongan ke kamar mandi sambil terus mengelus-elus pinggangnya, Si Kuning itu bergegas sebisa yang ia bisa untuk menuju ke sekolahnya.

Dalam hati pria itu terus mengumpat, bagaimana bisa alarm yang ia setel tadi malam untuk membangunkannya jam 7 pagi malah baru berbunyi pada jam 8 pagi.

Sial.

Mungkin kata yang akan kamu pikirkan dan katakan jika ada diposisi pria itu, tapi sayang ia tidak percaya yang namanya keberuntungan atau kesialan.

Ia percaya, keberuntungan hanyalah perwujudan dari hasil ketelitian dan kerja keras ditambah perhitungan dengan akurasi yang tinggi.

Sedangkan kesialan menurutnya adalah hasil dari ketidaktelitian, kerja keras yang kurang, dan perhitungan yang tak matang.

Itulah Boruto, Boruto Uzumaki, pria yang menolak percaya akan keberuntungan dan kesialan.

Keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar di pinggangnya, Boruto segera memakai seragam sekolahnya dengan cepat-cepat.

Meskipun ia tahu kalau ia akan tetap telat juga, mengingat jam pelajaran pertama sudah dimulai satu jam yang lalu, ia tetap memutuskan berangkat karena ia tidak mau sedikitpun ketinggalan pelajaran.

Dengan buru-buru, Boruto mengunci pintu rumahnya, lalu segera berangkat menuju sekolahnya dengan berlari.

Walau Boruto tidak percaya dengan yang namanya keberuntungan dan kesialan, namun nyatanya di mata orang lain ia adalah orang yang paling tidak beruntung.

Seorang pengurus panti asuhan di pinggiran Kota Tokyo menemukannya pingsan di pinggir jalan dengan tubuh yang terluka sangat parah. Boruto kecil kemudian dibawa ke rumah sakit, di sana ia koma selama seminggu. Saat sadar, Boruto kecil tidak dapat mengingat apa-apa - hilang ingatan. Jika kalian bertanya, bagaimana Boruto tahu namanya Boruto? Jawabannya ada di kaos putih yang ditulisi tulisan 'Kaos ini punya Boruto Uzumaki'. Pengurus panti akhirnya memutuskan untuk merawat Boruto kecil hingga dapat bersikap mandiri. Dan begitulah. Hingga sekarang, Boruto bahkan tidak mengenal siapa kedua orang tua kandungnya.

Setelah lulus SMP, Boruto memutuskan untuk tinggal di tengah kota, untuk mendapatkan pendidikan yang lebih layak. Namun, ia harus banting tulang sebagai pelayan di sebuah restoran setiap malamnya untuk membiayai seluruh kebutuhan hidupnya di sana.

Kamarnya tadi adalah satu-satunya tempatnya bernaung. Kamar kecil dengan sebuah kamar mandi dan hanya berisi sebuah kasur, sebuah lemari, dan sebuah TV berukuran sedang sudah sangat mewah baginya. Yah, setidaknya ia tidak harus berbagi sebuah kasur dengan 4 anak panti asuhan lainnya seperti dulu.

Sungguh, Boruto memiliki beban di pundaknya melebihi remaja seusianya.

Setelah hampir 5 menit berlari, akhirnya Boruto sampai di sekolahnya. Konoha High School, sebuah sekolah swasta elit dengan murid-muridnya yang adalah orang-orang elit dari kalangan keluarga pengusaha.

Lucky LevelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang