Chapter 8 || Bingung

1.2K 99 4
                                    

***

Ohara sedang berkeliling di dalam ruang tamu, dia sangat penasaran dengan keluarga Niel yang begitu harmonis. Matanya berhenti di depan sebuah meja yang berisikan foto anak kecil yang sangat tampan. Meja itu dikhususkan untuk tempat sebuah foto dan beberapa penghargaan sengaja dipajang di dinding di atas meja. Ohara begitu tertarik melihat beberapa foto.

"Kamu nggak takut lagi sama aku?" tanya Sahaniel yang duduk di sudut meja tempat tersebut. Sahaniel merasa lucu saat dirinya berbicara tidak seperti biasanya. Ohara menoleh dan merasa sudah melewati batasnya.

"Eh ma-maaf."

"Nggak pa-pa, ada yang ingin kamu tanya?" Sahaniel menatap Ohara sambal makan buah jeruk yang sudah selesai dia kupas.

"Anu, kamu anak kecil ini?" Rasa perasaan gadis itu sepertinya sudah tidak dapat dia tahan.

"Iya, kenapa? Ganteng ya?" Ohara tertawa mendengar jawaban Niel.

"Iya, kamu ganteng. Oh ya, kalau boleh tahu Papa kamu tentara?"

Sahaniel terdiam, menatap Ohara yang masih memegang pas foto keluarga yanga begitu bahagia di sana.Merasa Niel belum menjawab pertanyaannya, Ohara menoleh.

"Maaf nggak bermaksud." Ohara berlalu dari sana tapi ditahan pergelangannya ditahan oleh Niel.

"Aku antar pulang." Sahaniel berjalan mendahului Ohara. Ohara merasa aneh melihat sifat Sahaniel yang begitu tidak tertebak.

Ohara mengambil tas dan jaketnya yang ada di sofa ruang tamu.

"Loh sudah mau pulang?" tanya Mama Maudy yang datang dari dapur.

"Iya Tante, makasih banyak Tante udah siapin makan siang," ucap Ohara tersenyum manis lalu mencium punggung telapak tangan Mama Maudy dan semua itu tidak lepas dari pandangan Sahaniel. Sahaniel keluar ingin memanaskan mesin motornya.

"Hati-hati ya, Nak. Bilangin sama Niel kalau bawa motornya pelan-pelan." Sifat lembut dan perhatian Mama Maudy membuat gadis itu senang bukan main.

"Tante, boleh Hara peluk Tante?"

"Boleh dong, sini!" Mama Maudy merentangkan tangannya lalu dengan cepat Ohara memeluk Mama Maudy.

"Ohara pulang ya, Tante." Ohara tersenyum manis.

"Peluknya udahan, masih ada hari esok!" teriak Niel sedikit keras karena suara motor yang sedikit lebih keras. Ohara tersenyum, lalu dibantu Niel naik ke atas motor.

Sahaniel dan Ohara meninggalkan rumah itu, di perjalanan banyak hal yang Ohara pertanyakan.

"Niel, aku mau nanya."

"Tanya aja."

"Kenapa kamu bawa aku ke rumahmu?"

"Emangnya kenapa?"

"Ya nggak pa-pa, cumin aku takut kalau nenek cariin."

"Lain kali kita pamitan sama nenek kamu, ngomongnya nanti aja aku lagi bawa motor."

Sahaniel dan Ohara langsung menuju rumah gadis itu, sore itu lumayan mendung, mungkin akan hujan.

"Kamu nggak mampir dulu?" tanya Ohara seolah sudah kenal lama. Mereka baru sampai dan neneknya sudah menunggu di depan. Tanpa basa-basi Sahaniel menghampiri nenek Ohara yang sedang bertanya siapa pria yang bersama cucunya dan kenapa Ohara pulang lama.

"Nek, maaf saya ngantar Hara lama, soalnya mampir ke rumah sebentar tadi," ucapnya penuh tanggung jawab.

Nenek Ohara hanya tersenyum.

𝑨𝒃𝒐𝒖𝒕 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒓𝒂 (ᴇɴᴅ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang