Chapter 2 || Geng Akazio

3.1K 208 9
                                    

Sahabat adalah keluarga kedua bagiku setelah dia, ibuku. (Sahaniel Constantine)

***

Malam ini, Sahaniel dan teman-temannya sedang ada di rumahnya. Mereka sudah berjanji tadi siang untuk kumpul di rumah Niel. Mama Sahaniel sangat senang jika teman-teman Niel datang bermain ke rumah. Dia juga sudah sangat kenal dengan semua temannya Niel.

Sahaniel, Jian, dan Sandy sudah mabar sejak tadi. Vio dan Satya makan masakan Mama Niel dengan lahap.

"Sambel kacang Tante memang yang paling enak," ucap Vio tidak henti-hentinya mengunyah makanan itu. Dia begitu merasa berada di puncak langit ke tujuh hanya karena masakan enak mamanya Niel. Itulah yang membuat Vio semangat ke sini selain bertemu dengan Niel temannya.

"Yan, itu punya gue. Jangan diambil," rengek Vio saat Setyan memakan sendok terakhir. Setyan nampak bodo amat. "Siapa cepat dia dapat slurrr..." sahut Jian. "Diem Lo!" jawab Vio menoleh tajam pada Jian.

"Nggak usah nangis, tisu mahal, ingat!" kata Setyan. "Makanya itunya jangan dihabisin, Lo mau gue kasih tau sama pacar baru gue?" Setyan hanya tertawa melihat Vio. "Bilangin sana! Palingan pacar Lo bilang, bang kita putus aja, masa Lo nangis gara-gara sambel kacang?" Vio semakin kesal mendengar itu.

"Sudah-sudah jangan ribut ini masih ada," kata Mama Niel. Dengan cepat Vio memeluk baskom kacang itu. "Punya gue, jangan ada yang minta. Awas mandul tujuh turunan!" kata Vio.

"Eh kutu monyet! Mana mandul tujuh turunan? Gila lo ya? Gimana bisa punya keturunan kalau turunan pertama aja udah mandul!!" sahut Jian. "Eh buluq! Main aja Lo nggak usah ikut campur urusan gue," jawab Vio masih memakan sambel kacang itu dengan mangga yang baru saja dicoleknya ke dalam.

"Kalau gue kutu monyet, gue nggak akan punya mantan sebelas!!" kata Vio lagi.

"Diem!!!" kata Sahaniel dan Sandy serempak. Membuat Jian dan Vio tersenyum kecut. "Mampus kan singa sama harimau ngamuk," gumam Vio.

"Ngomong apa?" kata Niel masih fokus pada gamenya. "Hehehe... nggak Lo ganteng banget sih, Niel?" kata Vio memijit-mijit kaki Niel. "Makasih," sahut Jian. "Bukan Lo, Kuprett..." kata Vio.

"Oh kirain," jawab Jian.

"Ngomong-ngomong, Niel. Bener kan Lo mau nunjukin pacar Lo sama kita?" tanya Vio.

"Iya. Besok."

"San, Lo ada cewek yang Lo suka?" tanya Jian.

"Ada," Sandy menjawab singkat.

"Seriusan? Ada? Masa?" tanya Jian mengentikan game nya.

"Woe, Jian! Lihat tuh punya Lo dihabisin, fokus. Rank kita diserang balik!!" teriak Niel. Jian terlonjak kaget lalu melanjutkan gamenya.

"Pokoknya kalian berdua harus nunjukin sama kita siapa cewek yang kalian suka," kata Vio.

"Kapan-kapan," jawab Sandy.

"Nggak bisa gitu dong! Atau jangan-jangan cewek yang Lo suka itu Bu Fiona ya, Niel?" Vio menebak.

"Cih... Bu Fiona, gue muak dengarnya," kata Setyan.

𝑨𝒃𝒐𝒖𝒕 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒓𝒂 (ᴇɴᴅ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang