Chapter 17 || Rasa Kesekian kalinya

980 62 1
                                    

***

Ohara tidak ingin disebut gadis munafik yang sok jual mahal atau menepis perasaannya pada Sahaniel. Dia begitu terpesona dengan tingkah Sahaniel yang banyak kejutan. Meski kadang Hara membenci sifat temperamen Sahaniel yang mampu merugikan orang lain.

"Hara???" panggil neneknya saat mencari keberadaan cucunya itu. Pasalnya Ohara permisi pada neneknya untuk mengerjakan tugasnya. Nenek Ohara khawatir Ohara terlalu lama di dalam kamar hingga lupa untuk sekedar mengisi perutnya mulai sore tadi.

"Cucu nenek masih belajar?" Tampak dari wajah nenek tua yang sudah berkerut itu kekhawatiran.

"Iya, Nek. Masih, nenek mau nyuruh Ohara?" tanya Ohara. Gadis itu masih setia dengan buku-buku dan juga laptopnya di meja belajarnya.

"Bukan sayang, kan ada baiknya makan dulu baru lanjutkan belajar."

"Iya, Nek, Ohara akan makan nanti, tanggung dikit lagi," bujuk Ohara dengan senyumnya.

Nenek Ohara menghela napasnya berat lalu menutup pintunya secara perlahan setelah hara melanjutkan acara belajarnya.

Ohara langsung sibuk dengan laptopnya kembali. Sebenarnya, tugas sekolah gadis itu sudah selesai sejak sore tadi. Tapi, dia sibuk menggarap cerita yang sudah lumayan lama dia abaikan setelah tugas sekolah menumpuk. Beruntung cerita yang akan dia lombakan minggu depan sudah selesai dia tulis dan juga revisi.

Ohara memandang sejenak cerita yang sudah lama dia tulis itu, cerita yang bahkan belum selesai setelah bertahun-tahun lalu. Cerita yang belum dia temukan judul dan juga endingnya bagaimana. Padahal, dia sudah menyusun outline yang bagus untuk ceritanya yang satu ini. Cerita yang sudah dia tawarkan ke beberapa penerbit tapi sayang selalu ditolak dengan alasan yang tidak jelas bagi Ohara.

Tapi, bukan Ohara namanya, kalau dia langsung menyerah begitu saja. Ohara bahkan berkali-kali mengubah alur cerita itu. Mengubah beberapa diksinya yang menurutnya terlalu monoton.

Merasa dirinya perlu istirahat, akhirnya Ohara mematikan laptopnya dan melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul tengah sepuluh malam. Matanya membulat sempurna. Tersadar bahwa dia sudah duduk berjam-jam di sana. Ohara menghela napasnya berat seraya berjalan keluar ingin melepas dahaganya. Ohara menuangkan air putih ke dalam gelasnya diikuti suara notif dari ponselnya.

Niel Hensem

Beso kita ketemu perpustakaan, aku tunggu jam 10.

Alis Ohara bertautan, merasa aneh dengan sifat Niel yang tumben mengajaknya untuk bertemu melalui chat, biasanya pria itu akan datang tanpa diundang. Ohara tidak mau ambil pusing lalu tanpa membalas dia beranjak menuju kamarnya. Notif ponselnya berdering kembali.

Niel Hensem

Jangan cmn diread Haraa!

Ohara meneguk ludahnya kasar saat setelah dia membaca pesan Niel yang seperti mengancam, diikuti telepon dari Niel.

"Ha, halo Niel?"

"Lagi dimana?" Suara serak Niel yang menandakan pria itu sedang menuju alam tidur.

"Di rumah kok."

"Jangan cuman diread, besok aku tunggu."

"I, iya Niel."

Telepon dimatikan sepihak oleh Sahaniel. Ohara bernapas lega lalu melanjutkan untuk masuk ke dalam kamarnya.

***

Ohara dan teman-temannya tengah sibuk mengerjakan soal yang diberikan guru Matematikanya pada mereka saat les pertama. Setelah selesai mengerjakan Ohara mengumpulkan tugas pada ketua kelas. Ohara melirik jamnya yang sudah pukul tengah sepuluh yang berarti istirahat akan tiba.

𝑨𝒃𝒐𝒖𝒕 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒓𝒂 (ᴇɴᴅ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang