Chapter 35 || Tidak Baik-Baik Saja

605 45 2
                                    

***

Ohara hanya bisa menangis, menangis dan menangis. Tidak habis pikir dengan apa yang terjadi saat ini. Seperti bermimpi, orang yang dia sayangi terlibat dengan hal yang paling tidak ia suka. Tawuran? Apa maksudnya itu. Jadi selama ini, dia pria bukan pria baik-baik?

Ohara menghela napas berat, Naya sedari tadi hanya bisa mengatakan sabar, terus apa lagi? Naya juga terkejut, dia langsung menemui Sandy, takut pria itu terlibat.

"Udah Hara, kepala kamu bisa sakit nanti."

Ohara masih saja menangis, tidak malu karena dia sudah ketahuan cengeng.

"Sayang?" Ohara menoleh mendapati Mama Maudy yang juga menangis. Ohara berlari lalu memeluk Mama Maudy. Melepaskan dan melampiaskan segala emosinya di pelukan Mama Maudy. Ibu dari pria yang membuatnya sakit kali ini.

"Niel, Mah," lirih Hara masih sesenggukan. Sadar telah menjadi orang cengeng, dia mendongak melihat Mama Maudy. Yang lebih parah daripadanya. Terlihat jelas di wajah lelah Mama Maudy. Sudah bisa dipastikan wanita itu juga habis menangis.

Ohara sigap menghapus air matanya, dia tidak boleh cengeng, tidak boleh menjadi beban pikiran neneknya bila ia sakit karena menangis terlalu lama. "Mah, Mama nggak papa?" tanya Ohara khawatir. Mama Maudy menggeleng, berusaha menyembunyikan hal yang sangat sakit di relung hatinya yang paling dalam. Ohara memeluk Mama Maudy erat, "Mah, Niel orang yang pintar, dia tidak akan bertindak kalau nggak ada yang ngusik dia duluan," jelas Ohara. Mama Maudy mengangguk perkataan Ohara.

"Udah lama Niel nggak kayak gini," kata Mama Maudy mengajak Ohara duduk. Sementara Naya bergegas membuatkan minum untuk mereka. Mereka sedang ada di rumah Naya sekarang. Ohara tidak mau kalau neneknya tahu keadaannya sekarang ini. Sementara Mama Maudy datang karena dia bertanya pada Setyan bagaimanapun keadaan Ohara. Wanita itu juga khawatir pada gadis ini, pacar putranya.

"Maksudnya, Mah? Ni-Niel pernah kayak gini sebelumnya?"

"Sayang, pacar kamu itu mantan preman dan juga mantan anak geng motor." Mama Maudy menghela napasnya, masih bisa tersenyum.

"Ni-Niel, asli anak berandalan?" tanya Hara. Mama Maudy mengangguk.

"Dulu, Niel anak yang manis, semenjak Papanya meninggal dia langsung aja nakal, makanya sampai sekarang Niel nggak suka yang namanya keamanan, dia mau buat rusuh terus, dia benci anak militer," jelas Mama Maudy. Ohara masih terdiam penasaran dengan masa lalu Sahaniel.

"Dulu pernah berurusan dengan polisi juga, saat masih anak geng motor, Mama kecewa, sama seperti saat ini, mama kecewa sama Niel karena masuk geng motor lagi," lirih wanita itu. Air matanya hadir kembali.

Ohara memeluk Mama Maudy, terkejut dan semakin sakit hati dikala mendengar Sahaniel bukan hanya tawuran tapi ikut geng motor. Lalu, kemana selama ini dia? Kenapa ia tak tahu tentang Niel sedikit pun?

"Mah, tenangin diri ya, Mah," ucap Hara menggenggam erat tangan Mama Maudy.

"Hara, Mama mohon sama kamu, bantu Mama nasehatin Niel, Mama nggak mau terjadi apa-apa sama dia, dia harta Mama satu-satunya," lirih Mama Maudy sesenggukan.

Ohara mengangguk, "Iya, Mah. Nanti Ohara bakalan ngomong sama Niel," kata Ohara.

"Jangan tinggalin dia ya, sayang?" pinta Mama Maudy sangat memohon. Ohara hanya bisa mengangguk.

𝑨𝒃𝒐𝒖𝒕 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒓𝒂 (ᴇɴᴅ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang