Chapter 38 || Berhenti?

664 48 2
                                    

***

Bughh!!!

Bughh!!!

Berkali-kali Sahaniel menendang kasar lawannya, pria itu seperti kesetanan. Bahkan dia tidak peduli dengan wajah lawannya yang sudah tak berbentuk. Baju mereka sama-sama penuh noda darah. Sahaniel tidak peduli akan hal itu.

"Bangun Lo anjing!!!" teriak Sahaniel menarik kasar kerah baju Jeno yang sudah tak berdaya itu.

"Lo pengecut!!! Dari dulu Lo emang pengecut! Lo ngusik gue lewat pacar gue, otak Lo dimana anjing???" teriak Niel lagi dan lagi.

"Bu, bunuh gue kalau Lo mau," lirih Jeno yang sudah tak berdaya itu.

"Gue nggak suka sama Lo karena hidup Lo enak, Lo punya temen banyak, punya pacar, Lo punya semua yang Lo inginin," jelas Jeno akhirnya.

Sahaniel tercengang, terdiam dengan Jeno yang selama ini diam-diam memperhatikannya.

"Gue iri sama Lo! Nggak kayak gue."

"Diam Lo anjing!!! Gue nggak punya segalanya, Papa gue nggak ada, jadi gue nggak punya segalanya, nggak usah sok drama deh hidup Lo," potong Niel benci.

Jeno terdiam seribu bahasa, Niel benar. Pria itu bahkan tidak punya ayah. Sedangkan dia masih punya kedua orang tuanya meski bercerai. Setidaknya masih lengkap.

"Berhenti Lo bilang iri sama gue, gue bunuh Lo!" Sahaniel melepaskan kerah baju Jeno.

"Satu hal lagi, kalo Lo sampai nyakitin pacar gue, bukan cuman Lo yang gue bunuh orangtua Lo sekalian!" ancam Niel menendang perut Jeno sekali lagi lalu beranjak dari sana. Tinggallah Jeno yang sudah hampir mati, berbatuk darah.

Sahaniel melajukan motornya, dia singgah ke rumah Setyan. Setyan yang mendapati Niel hancur, sangat khawatir.

"Niel, Lo kenapa? Lo habis berantem lagi?" tanya Setyan khawatir.

"Duh, kayak cewek aja Lo nanya-nanya, gue pinjem handuk ya sama numpang kamar mandi," kata Sahaniel meraih handuk Setyan.

"Niel, gus serius," ucap Setyan lagi dengan nada dingin.

Sahaniel menghela napasnya lalu berkata," Nanti gue jelasin, gue mau bersih-bersih dulu, siapin aja baju sama celana Lo, pakaian dalam sekalian," cengir Niel pada Setyan lalu masuk ke kamar mandi.

Setyan hanya bisa menghela napasnya berat melihat sahabatnya yang mempunyai sifat temperamen dan sulit ditebak itu.

Setyan menyiapkan minuman hangat di meja, di kamar Setyan sangat lengkap seperti kos an, padahal ia sedang di rumahnya sendiri. Lalu, dia mengeluarkan baju dan celana dari dalam lemarinya. Tidak lupa CD yang mamanya beli kemarin.

Dia meletakkan di atas tempat tidurnya, Setyan duduk kembali ke meja belajarnya sambil menunggu Niel dari dalam kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, Niel keluar dengan handuk di pinggangnya, menampakkan perutnya yang lumayan bagus.

"Tuh baju buat Lo," kata Setyan.

Sahaniel tersenyum lalu meraih baju itu memakainya satu-satu.

"Sebenarnya Lo itu kenapa bisa sampe babak belur begini?"

"Biasalah, urusan pria," jawabnya santai. Ia duduk di tepi ranjang menghadap Setyan.

"Pinjem obat P3K Lo dong."

Setyan meraih kotak obat P3K yang ada di mejanya lalu melempar pelan pada Niel. Niel membuka lalu mengobati lukanya pelan.

"Lo berantem lagi?" tanya Setyan pelan.

𝑨𝒃𝒐𝒖𝒕 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒓𝒂 (ᴇɴᴅ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang