Disclaimer. Cerita ini hanya sebatas fiksi penggemar yang ditulis dengan tujuan menghibur. I only own the story, not the characters :).
Enjoy!! :D
.
.
Harry tak begitu ingat jam berapa tepatnya ia sampai di rumah tua ini. Sedikit mengejutkan, letaknya ternyata cukup jauh dari kota. Heran, membayangkan gadis pemilik rumah ini harus mengumpulkan kesadarannya tiap hari pada jam-jam kelewat pagi. Mengingat ini pertengahan November, mungkin udara dingin cukup untuk membuat si gadis terjaga di sepanjang jalan menuju kantornya? Entah. Harry mengedikkan bahunya, tak ingin memikirkannya lebih lanjut.
Denting gelas keramik putih pada permukaan kaca meja membuyarkan lamunannya. Harry tersenyum dan memberikan gumaman terimakasih pada si empunya rumah.
"So, tempo hari kau menjanjikan sebuah kasus khusus padaku. Benar?"
"Right. But, no offense, sir. Kurasa yang satu ini bisa jauh dari ekspetasi dan kemampuanmu." Bibir sang gadis melengkung jenaka. Matanya menelusuri perawakan lawan bicaranya, tanpa bermaksud kasar. Mungkin sedikit bingung melihat si petugas keamanan muda yang sering terlihat berpatroli di daerah tempatnya bekerja, kini duduk di hadapannya dengan beberapa balutan setelan hangat kelewat santai.
"Cukup adil. Karena itulah aku memuji kehebatanmu sampai bisa 'membawaku' kesini." Sang opsir berujar sok serius, membalas candaan lawan bicaranya. Kembali menerawang ingatannya beberapa hari lalu. Tentang bagaimana anehnya Miss Granger ini bisa memancingnya hanya dengan iming-iming sedikit misteri dan kasus menantang.
"Good morning, who am I speaking to?"
Dahi Harry mengerut bingung. Orang gila mana yang menelepon dirinya tanpa tahu siapa yang dia hubungi. Aneh. Lagipula selama ini, ia menjaga nomor telepon genggamnya yang satu ini degan baik. Ia juga tak punya kenalan wanita lain selain rekan kerjanya. Pikirannya masih berusaha menganalisa probabilitas seseorang yang random memiliki nomor telepon 'khusus' nya, alih-alih nomor teleponnya sebagai opsir.
"Halo?"
Lagi-lagi suara wanita ini terdengar. Sepertinya bingung orang yang ia hubungi tidak berbicara sedikitpun.
"Maaf, tapi apakah saya mengenal Anda, Miss?" Akhirnya Harry menjawab. Penasaran tentang si wanita diseberang telepon.
"Oh, maafkan aku. Apakah benar aku berbicara dengan Opsir Potter?"
"Benar. Ada yang bisa kubantu?" Harry mengetahui ia berbicara dengan seseorang yang kira-kira seumuran dengannya. Sepertinya sedikit informal tidak masalah.
"Fine. But, who are you again, Miss?"
"Oh, it's Granger, Hermione Granger."
"Begini, sir. Hal yang selanjutnya aku sebutkan adalah sedikit bagian dari yang sebenarnya. Dan sepertinya kata 'kasus khusus' akan membuatmu mengerti."
"Oh?" Harry berpikir sebelum akhirnya mengetahui maksud orang yang ada di seberang telepon saat ini. "Baiklah, aku sudah berada di tempat yang 'aman'. Sekarang katakan apa yang kau maksud dengan 'kasus'."
"Ah, sebenarnya ini sedikit personal. Kurasa tidak menyangkut negara atau apapun. Jadi, bisa aku sarankan tempat yang aman?"
Setidaknya begitulah bagaimana akhirnya ia bisa duduk di ruang tamu ini, setelah menghabiskan beberapa hari untuk memikirkan apakah layak untuk mempercayai si gadis yang tiba-tiba meneleponnya begitu saja. Mereka juga bukan yang orang sebut dengan 'kenalan'. Walapun sebenarnya ia cukup mengetahui latar belakang putri keluarga Granger ini. Satu file berjudul "Hermione Granger" yang tersimpan di salah satu laci meja kerjanya memang sangat membantu, thanks to Ron. Sepertinya malam nanti ia harus membawa rekan kerjanya itu ke salah satu restoran favoritnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURA
FanfictionAlternate Universe. Aura. Creatures. Ina-Eng Drarry. Draco(T)xHarry(B). Suatu ketika dalam penyamarannya, nomor telepon Harry yang seharusnya tidak diketahui siapapun tipa-tiba berdering. Menampilkan suara seorang wanita yang setelahnya ia ketahui...