1.2K 126 18
                                    

⚘⚘⚘

hari rabu. mereka berdua memang sudah pulang ke korea, tapi yoongi meminta izin kepada wali kelas jihoon untuk tidak masuk ke sekolah karena dirasa mental sang adik masih down.

benar saja, si mungil itu menjadi lebih pendiam dan sering melamun. sarapan yang disiapkan kakaknya sejak pagi pun belum tersentuh sama sekali yang telah disiapkan didepan pintu kamar.

yoongi sangat mengkhawatirkan keadaan jihoon saat ini. tak melakukan apa-apa selain mengurung dirinya dikamar. bahkan matahari semakin naik dan tepat diatas kepala, jihoon belum juga menampakkan batang hidungnya sekalipun sejak tadi malam. lama-kelamaan dirinya muak, yoongi mengetuk pintu kamar jihoon beberapa kali.

"jihoon, bukain!"

beberapa kali percobaan tak membuahkan hasil, ia memutuskan untuk mendobraknya.

satu kali, dua kali, dan gotcha!

mata yoongi berkeliling ke seluruh sudut kamar untuk mencari jihoon. nihil, tidak ada. ia melihat jendela, terbuka lebar.

"anak itu.. bisa-bisa nya kabur dengan perut kosong."

yoongi dalam secepat kilat mengambil topi dan keluar, siapa tau jihoon hanya berada disekitar rumahnya.

.

.

.

disisi lain, jihoon berjalan-jalan di pinggir danau dengan mata yang sembab dan tangannya yang bersedekap didepan dada. jihoon hanya berjalan dari kanan ke kiri atau sebaliknya sudah lebih dari 20 kali. ia hanya ingin menjernihkan pikirannya yang sedikit kacau.

jihoon terduduk dihamparan rumput. menggunakan celana pendek bukan suatu masalah untuk jihoon sendiri. tahu-tahu kucing berwarna putih kecoklatan datang dan mengusik kedamaiannya.

ia menunduk. mata yang cantik, hidung berwarna pink beserta dua telinga yang bergoyang-goyang diatas kepala bulatnya itu cukup membuat mood jihoon naik. ia menaikkan dua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman hangat, dengan pelan jihoon mengelus rambut-rambut halus kucing itu.

"cantik.."

kucingnya melangkah ke paha jihoon dan duduk diatasnya. jihoon masih mengelus-elus kucing tercantik yang pernah ia temui.

"mmh, kau tau?"

"orangtuaku kemarin meninggalkan aku dan kakak sendirian disini. bukankah terasa konyol jika hidup tanpa dampingan orangtua disampingmu? ngebayangin aja gapernah, apalagi kejadiannya tiba-tiba kayak kemarin.."

jihoon menatap kucing yang kebetulan sedang menatap ke wajahnya.

"aku heran dengan kebanyakan kucing yang selalu ditinggal orangtuanya saat sudah besar. apa orangtua kalian tidak menganggap kalian lagi?  lalu, apa kalian ga nangis?"

jihoon meneteskan airmatanya, lagi. ia merasa bahwa dirinya sudah tak waras mengajak hewan untuk berbincang.

si kucing yang seakan paham dengan keadaan manusia didepannya, ia mendekatkan hidungnya ke hidung jihoon, seolah mencium.

jihoon memeluk kucing tanpa identitas tersebut dengan sayang. ia bingung ingin mencurahkan isi hatinya ke siapa, tak ada yang bisa ia ajak walaupun mempunyai banyak sahabat bahkan satu kakak yang sangat menyayanginya. jihoon termasuk orang yang tidak mau merepotkan, yah meskipun dirinya sendiri tau jika manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.

𝐢𝐧𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐢𝐨𝐧 || 𝐬𝐨𝐨𝐧𝐡𝐨𝐨𝐧 [𝐞𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang