Pupusnya Segala Harapanku

41 39 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


HAPPY READING! ಥ╭╮ಥ

"Mulanya aku telah menanamkan harapan pada saat aku akan pindah ke rumah Bibiku, namun apa semua itu tak akan terjuwud karena aku kini telah mendengar suatu kenyataan yang sangat pedih."

____________________

Keesokan harinya, sepulang dari sekolah lebih awal karena jadwal les di kelas diundurkan karena guru yang mengisi les harus mengikuti rapat. Aku, Ririn, Kelino dan teman-teman di kelas bersuka cita dan berhura-hura ria karena bisa pulang lebih pagi hari ini. Seperti biasa aku berjalan kaki, namun yang beda aku tak bersama Kelino seperti kemarin. Karena katanya dia membawa motornya ke sekolah dan harus cepat pulang ke rumahnya untuk mengantarkan Ibunya ke Mall.

Setibanya jalan sekitar 5 meter dari rumah Bibi, aku melihat Melina dan pacarnya dari kejauhan. Aku takkan lagi mengganggunya meski hatiku ingin berusaha agar Melina patuh padaku, itu semua demi kebaikannya. Tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku sudah mengetahui kenyataannya bahwa Melina membenciku.

Aku pun terus berjalan dan setibanya di rumah Bibi aku pun melepaskan sepatuku lalu hendak masuk ke dalam rumah. Melina pun melihatku dengan tatapan seperti jijik dan menunjukkan sikap ketidakpeduliannya terhadapku. Aku pun hanya murung sambil masuk kamarku lalu menutup pintunya.

Beberapa menit aku menghabiskan waktu dengan hanya belajar di dalam kamarku saja, sedangkan Melina berada di ruang keluarga sambil menonton televisi dan memainkan handphonenya. Aku pun benar-benar sadar bahwa selama ini aku belum pernah mempunyai handphone. Pernah sekali guru-guru menawarkan aku untuk membeli handphone untukku pakai namun aku mengelaknya dengan sopan. Karena sebenarnya aku tak punya uang cukup untuk bisa membelinya.

Tiba-tiba secara mendadak aku mendengar suara kendaraan seperti mobil towing yang sedang berjalan ke arah rumah Bibi. Aku pun mengintip dari jendela kamarku dan benar saja itu adalah mobil towing yang sedang mengangkat beberapa motor yang kira-kira sebanyak 6 buah sepeda motor. Namun anehnya mobil towing tersebut berhenti di depan rumah Bibi dan membuatku penasaran sekaligus heran akan itu.

Aku keluar dari kamarku dan lalu ke depan rumah Bibi. Aku pun terkejut bahwa satu sepeda motor dari mobil towing tersebut diturunkan. Aku pun membatin bahwa apakah ada kesalahan dalam alamat kirimnya? Tapi kemudian seorang paruh baya mendekati aku dan Melina di belakangku sambil memegam hapenya.

"Maaf, apakah ini benar rumahnya Bina Hazimah yang di Jalan Melon RT 23?" ucap orang tersebut yang menjadi partner sang sopir mobil towing tersebut.

"Iya, itu saya sendiri." Aku pun bingung mengapa bisa namaku yang disebutkan oleh orang tersebut, apakah ada lagi orang yang sama persis namanya denganku.

"Baik, ini sepeda motornya. Saya permisi dahulu." Orang tersebut kemudian hendak melangkah pergi dari hadapanku.

Aku pun malah jadi bingung dan akhirnya aku menghampiri beliau kembali dan berkata, "Maaf, tapi apakah motor ini sudah dibayar atau belum Pak?"

SIKLUS TAKDIRKU [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang