Tangisku Kini Telah Menjadi Temanku

31 29 22
                                    

HAPPY READING! ( ╹▽╹ )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING! ( ╹▽╹ )

"Tangisku adalah teman setia bagiku yang bisa menjadi tempat pelampiasanku di mana aku tertusuk-tusuk berulang kali oleh tajamnya kekejaman yang kudapati dalam kalbuku akan hidupku yang serupa dengan budak selama ini."


____________________

"Kruk, kruk, kruk ...." Hampir 1 jam perutku menyerukan klakson di dalamnya yang membuat otakku tak bisa encer lagi untuk mengerjakan tugas dari Pak Govar ini.

Bukan mobil yang macet atau mogok tapi malahan perutku yang begitu terasa sangat laparnya ditambah haus akan air yang menyegarkan tenggorokan dan begitu menguras kesabaranku sekarang. Aku hanya bisa menahannya, karena biasanya makanan untukku oleh Bibi terkadang terlambat dan aku juga tak bisa memintanya karena aku tak mau lagi mendapat tamparan keras.

Aku pun hendak memejamkan mataku dan berharap aku tak lagi merasa kelaparan. Mendadak pintu kamarku terbuka dan ada yang menghampiriku dengan langkah kakinya mencoba mendekati diriku pelan-pelan. Aku sudah tahu pasti itu adalah Melina yang sedang membawa makanan untukku. Sedangkan aku sadar akan kedatangan Melina hanya menyenderkan kepalaku di atas buku sambil melipat tanganku menutupi kepalaku.

Malas! Baru jam segini baru datang makanan, nasib-nasib! Batinku kesal dan sedih atas kenyataan bahwa aku harus mengalami hal ini untuk jangka panjang nantinya.

"Tuk, tuk, tuk ..."
Brak!

Suara langkah kaki yang berirama mulanya dibuat terkejut aku karena Melina sekarang sedang memakai high heels kesukaannya dan dia terjatuh seketika membuat kakinya kini terasa sangat kesakitan.

Aku yang sebentar lagi akan terlelap dalam tidur nyenyakku sontak kaget karena mendengar suara Melina terjatuh, "aduh, sakit! Sakit ...! Woy, bangun sekarang dan tolongin gue nih!" merasa kesal Melina pun melepas sepatu high heels favoritnya lalu melemparkannya tepat ke kepalaku, "Lo budek ya! Diteriakin dari tadi kok lemot banget pendengaran Lo! Tolongin gue sekarang atau lo akan nyesel nantinya!"

Dengan cepat aku pun membantu Melina untuk duduk di kasurku dan mengambil nampan yang tadi Melina bawa. Nampan berisi makanan untuk makan siangku telah tiba membuatku senang, padahal sekarang sudah pukul 15.45 makananku baru diantarkan ke kamar. Aku hanya bisa menghela napasku dan aku begitu inginnya untuk langsung memulai makan makanan itu.

Aku hendak mengambil sebuah piring berisi makanan dari nampan yang aku taruh di atas kasuku sekarang. Mendadak Melina memegang bahuku untuk memberhentikanku.

"Jangan makan dulu! Bantuin gua pijitin kaki gua yang keseleo ini!" Bina pun menelan ludahnya dalam-dalam, berusaha untuk sabar menghadapi Melina, "Gara-gara lo, gua harus mengalami ini! Tadi tuh gua mau ngedate sama Alberd. Eh, malah aku disuruh Mama gue untuk nganterin makanan lo ini! Padahal gua dah cantik-cantik sekarang dan ini sepatu mahal banget tahu! Lo gak akan pernah bisa belinya meski lo sampai jual ginjal lo, ngerti!" Di saat Melina mengoceh panjang lebar sambil memaki-makiku di selipan perkataannya.

SIKLUS TAKDIRKU [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang