Maafkan Aku Ayah, Aku Sungguh Menyesal

30 20 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


HAPPY READING! ◖⚆ᴥ⚆◗

"Maafkan aku ayah! Aku tahu, aku tak pantas sekali untuk bisa dianggap menjadi seorang putri yang bisa berbakti bahkan bisa membalas budi pengorbananmu bagiku. Bahkan kini aku telah sangat melukai hatimu, hatiku terasa sakit dan begitu malu akan diri ini. Jikalau aku tak pernah hidup pun atau tak pernah dilahirkan pasti aku terima demi Ayah maupun Ibuku. Sekian waktu di hatiku selalu berucap 'Maafkan Aku Ayah! Kumohon, maafkan aku!' sejak kala aku mengetahui fakta yang sebenarnya kini."

____________________

~POV Bina~
'Drrt ... 'Drrt ...

Handphoneku terus saja bergetar hingga tujuannya tercapai juga untuk bisa membangunkan aku dari tidur lelap yang menyenyakkan tepat pukul 04.00. Matahari telah meninggi dan secepatnya aku melaksanakan ibadah 5 waktuku dan setelahnya aku membawa tumpukan novel yang diberikan oleh Alfan kemarin malam yang katanya dia beli di Yogyakarta untukku jadi aku terima saja dan ada juga bebe.

Oh iya, bodoh sekali rasanya! Aku baru ingat bahwa sekarang Ayahku menginap juga di hotel ini bersama aku dan Alfan sejak tadi malam. Jadi kemarin malam, Ayahku seperti kurang sehat sehabis kehujanan pada malam hari. Jadi aku tak mau memaksakan Ayah untuk bercerita untuk kemarin. Gak papa deh, gak baca novel atau pelajaran dulu sekarang, kemarin malam juga aku sudah membaca buku pelajaran karena ada Ujian Akhir kelas 9 sekarang apalagi kalau bukan UN.

Alfan dengan senang hati memesankan satu kamar lagi untuk Ayahku. Mulanya Ayah menolak dan mau tidur di kamarku saja karena takut terlalu merepotkan kepada Alfan. Tapi Alfan meyakinkan Ayah bahwa dia dan aku sahabat dalam artian dia menjelaskan bahwa ini untuk membalas budi akan kebaikanku dulu terhadapnya. Ayahku sih langsung manggut-manggut saja setelahnya.

Aku sekarang punya ide untuk membuatkan teh hangat atau membelikan teh hangat untuk Ayah. Harapanku moga saja Ayah bisa kembali pulih seperti sedia kala karena yang kutahu beliau demam karena kehujanan untuk bisa menyegat mobilku malam tadi. Mungkin aku yang mudah sekali demam sehabis kehujanan pasti menurun dari Ayahku, hehehe.
Oke, let's go!

Aku bergegas mengganti bajuku dan berusaha membuka knop pintu kamarku. Eh! Dasar otak tempe! Aku lupa, kan kalau mau buka pintu kamarku ini harus pakai kartu. Aduh, masalahnya dimana kartunya sekarang? Aku kelupaan. Sungguh cerobohnya diriku ini, hiks.

Finish! Sekarang aku mengetuk-ngetuk pintu kamar Alfan, setahuku dia pasti sudah bangun sekarang. Dan ... benar saja! Dia langsung membuka pintu dan tampak jelas di depan mata kepalaku sendiri bahwa dia sedang memakai baju koko biru muda. Menyilaukan sekali! Sampai-sampai aku mengusap-usap mataku.

"Hei, ada apa Bin? Kau kenapa mengetuk pintu kamarku pagi-pagi begini? Dan apa yang terjadi dengan matamu? Matamu kelilipan kah? Apa perlu kutiup biar mendingan?"

SIKLUS TAKDIRKU [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang