Bertahan di saat Kebal dalam kesedihan

50 42 2
                                    

HAPPY READING! (≧▽≦)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING! (≧▽≦)

"Jangan terlalu bersikeras untuk menghapus masa lalu, karena itu akan sia-sia. Namun dengan kelamnya masa lalu tersebut, kita bisa bertahan dan tak lagi untuk terpuruk terhadap keadaan yang pasti telah berbeda."


____________________

Waktu pun tetap berjalan dan akan berlalu, begitu pun sekarang yang sudah 5 tahun aku lalui hidupku dengan sendirian. Saat lomba di Internasional aku mendapat juara 3, aku sangat bersyukur sekali dan sekaligus senang saat itu aku kelas 5. Kini aku sudah kelas 9 SMP yang kehidupannya harus serba mandiri. Dulu saat SD aku membayar semua keperluan sekolah dengan tabungan Ibuku. Aku mengetahui tabungan dari Ibuku setelah aku baca suratnya yang isinya kartu tabungan beserta tulisan nomor PINnya dan tulisan yang berisi harapan Ibuku agar aku menggunakannya sebaik-baiknya dan ucapan minta maaf. Beliau mempersiapkan tabungan uang untukku yang sampai sekarang masih aku simpan dan aku gunakan jika perlu.

Kemudian saat aku ingin masuk ke SMP pilihanku, syukurlah aku mendapat beasiswa karena mempunyai sertifikat dan bukti penghargaan Internasional di tingkat SD berupa trofi penghargaan. Namun, itu bukan berarti tidak bebas dari pembayaran dari semua keperluan pelajaran maka dari itu aku memutuskan untuk bekerja sampingan yakni menjadi seorang pelayan rumah makan atau sebuah warung.

Sering aku berpindah-pindah tempat bekerja. Setiap hari saat senja di mana waktu salat Magrib telah tiba aku menjadi guru mengaji di musholla kampungku dengan bayaran sebulan sekali. Serta Ibuku saat akhir hidupnya dia meninggalkan surat untukku yang berisi kata minta maaf tapi aku masih bingung dengan alasan apa Ibu meminta maaf padaku. Karena yang aku tahu beliau tidak memiliki kesalahan apa pun dan sayang sekali di surat tersebut tidak ada tulisan yang dapat menjelaskan alasan tersebut. Dia juga meninggalkan tabungan untukku dalam menjalani kehidupan hingga impianku tercapai kelak.

Namun, aku tak sendirian ada Abian dan Winda yang selalu bisa mendukung dan terkadang mereka membuatkan makanan untuk diberikan padaku. Sedangkan Afnan meski dia tidak bisa kembali mengunjungiku karena sibuk dalam sekolah barunya tapi dia selalu menyempatkan menulis surat untukku setiap seminggu sekali.

Abian dan Winda satu sekolah, sebenarnya aku ingin sekolah sama dengan mereka namun di sana jauh sekali jaraknya jika ditempuh dari rumahku dan biayanya pasti lebih besar karena sekolah tersebut terfavorit di daerahku. Namun aku tak berkecil hati, karena aku di SMP baru ini lebih nyaman karena teman-teman di sini baik sekali padaku. Aku sangat bersyukur sekali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Lelah sudah teman setia dalam setiap hari yang kujalani.

Pagi telah tiba di saat matahari masih tak terlihat dan embun menutupi hingga sebagian kampungku. Aku bersiap untuk mengambil wudu kemudian beribadah yang setelahnya aku selipkan doaku untuk Ibuku yang selalu aku rindukan. Tapi sekarang aku tak lagi sedih dan mencoba untuk tak terlalu membuat aku bersedih dan terpuruk karena aku sadar harus bangkit. Semua sudah berlalu dan sekarang aku harus menatap masa depanku. Di saat aku sudah bersiap dan aku berangkat bersepeda ke sekolahku meski embun masih hampir membuat jalanan tak terlihat jelas dan mengganggu penglihatanku.

SIKLUS TAKDIRKU [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang