HAPPY READING! (◡ ω ◡)
"Semua seputar pandangan kita dalam menilai orang, jangan pandang seseorang pada satu sisi saja. Namun jika kau memang bersungguh-sungguh ingin tuk mengertinya lebih dalam maka berusahalah merasakan perasaan mereka dengan perlahan-lahan. Doakan yang terbaik bagi musuh kita, meski kita didoakan buruk oleh mereka. Karena semua akan diberi keadilan bagi Allah SWT. pada saat waktunya tiba nanti."
____________________
'Tok, 'Tok, 'Tok
"Putriku, kau sudah bangunkah sekarang?" ucap Ayahku membelakangi pintu kamarku sedangkan diriku masih sibuk mengganti baju selepas membersihkan diri barusan.
"Tentu sudah, Ayah. Aku sudah bangun sejak pukul 3 pagi ini, tunggu sebentar Ayah!" balasku dengan bangga, meski sebenarnya aku juga masih setengah mengantuk tadi saat ditelepon oleh Alfan untuk sholat Tahajud lalu sholat Subuh.
'Hooam." Ya! Benar saja, aku memang masih mengantuk.
Entah mengapa beberapa bulan terakhir, Alfan berubah. Aku tahu katanya dia memutuskan untuk ikut pengajian setiap hari dan akhirnya dia memutuskan untuk hijrah, tapi yang paling kujengkelkan adalah dia nyuruh aku ikut-ikutan juga. Namun, aku pikir itu juga adalah hal yang sangat baik juga, tapi entahlah rasanya sangat susah karena aku terkadang teledor dalam melaksanakan kewajiban seperti sholat. Apa mungkin ada banyak setan di dalam tubuhku ini?
AKU GAK MAU DI RUQYAH, NGERI!!!
Hiss, mikirin apa sih aku ini, kebanyakan nonton TV kayaknya aku, apalagi kini aku tinggal dengan Ayah di rumahku dulu.Setelah Ayah melaporkan Bibi ke polisi karena mencuri dan memaksa tentang hak rumah milik kita. Meski mereka tidak diberikan hukuman hanya berupa denda. Kami pun tak pernah lagi saling berhubungan kembali. Ayahku juga tak melaporkan tentang penyiksaanku dari Bibi maupun Melina karena mengingat bahwa Bibi tetaplah Adik dari Ayahku. Ayah juga meminta maaf padaku, aku tanggapi dengan anggukan dan pelukan padanya.
Aku telah memaafkan Bibi dan Melina mulai sekarang. Tapi itu terjadi sudah satu bulan yang lalu. Kini kami merasa bahagia meski hanya berdua yakni aku dengan Ayahku. Ayah masih mencari pekerjaan yang cocok untuknya, sedangkan aku sudah lulus dari SMPku dulu lalu sekarang akan mendaftar ke SMA yang kumimpi-mimpikan. Eh maaf bukan sekarang, masih besok ternyata untuk daftarnya karena sekarang hari Minggu.
"Ada apa, Ayah? Sekarang masih pukul 5 pagi. Mengapa Ayah berteriak di luar rumahku?" tanyaku penasaran akan apa yang akan pertama kali Ayah ucapkan setelah ini.
"Putriku sayang, Ayah telah menemukan pekerjaan. Barusan tadi ada teman Ayah yang menelepon dan mereka mau menerima Ayah. Ayah akan bekerja sebagai pemadam kebakaran mulai besok." Ayah terlihat terharu bahkan tampak cairan bening sedikit membasahi pipinya membuatku malah tak tega.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIKLUS TAKDIRKU [On Going]
Novela Juvenil"Kuingin Secercah Kasih Sayang yang Lenyap Dahulu Kembali" ________________________ Bercerita tentang kisah seorang gadis berambut pendek bernama Bina Hazimah atau kerap disapa Bina oleh teman-temannya. Namun kehidupannya begitu nahas sejak ayahnya...