Bianglala Mengukir Kebahagiaan

34 19 36
                                    

HAPPY READING! *・゜゚(^O^)↝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING! *・゜゚(^O^)↝

"Cinta muncul setiap waktu, layaknya cinta orang tua yang sungguhlah sangat berharga tiada nilai bagi kita. Maka balaslah orang tua dengan cinta yang sama, meski kita takkan pernah bisa menyamai cinta mereka terhadap kita. Kelak, pastilah kita akan bertemu cinta sejati kita tanpa terduga. Itu merupakan takdir yang telah ditentukan Tuhan untuk kita. Takdir yang terbaik untuk kita, cinta yang sebenarnya adalah cinta yang tulus menerima satu sama lain apa adanya dan dua insan yang bersatu menjadi pasangan yang saling melengkapi tanpa ada keraguan dan ketidakpercayaan di lubuk hati satu sama lain."

____________________

Setelah berpikir sejenak, aku pun menemukan ide. Pertama-tama aku akan tanya Abian apa yang membuatnya merajuk sampai segitunya denganku. Aku akan berekting sedih di hadapannya agar dia berkata jujur, hihihi.

"Abian, apa yang membuatmu begitu membenciku sekarang?" Aku mengatakannya sambil berakting lesu di depannya, benar saja, Kawan! Abian langsung kaget seketika dan menggenggam tanganku dengan menggeleng-gelengkan wajahnya.

Ooh, aku mengerti sekarang!

Dia pun berkata, "Tidak, itu tidak benar Bina! Eugh ... aku sebenarnya hanya marah padamu karena kamu memeluk Alfan seperti tadi sedangkan aku bahkan tak pernah sekalipun dipeluk olehmu. Aku juga bisa mengajak kamu berlibur ke tempat yang lebih indah daripada tempat yang dipilih Alfan. Tapi aku juga marah akan diriku sendiri, kenapa aku tak bisa berpikiran lebih dulu untuk mengajak kamu berlibur bersama, sebelum Alfan. Ah! Sudahlah jangan dipikirkan, aku tak apa-apa sekarang. Kau bersenang-senang saja bersama yang lain disana!" Setelahnya dia kembali duduk di kursi yang serupa sambil kembali merajuk lagi dalam diamnya yang terkunci.

Jadi begitu, aku paham sekarang, jadi dia cemburu dengan Alfan karena aku peluk. Duh, sungguh kekanak-kanakan sekali, padahal dulu saat kami masih kecil, Abian juga sering kupeluk seperti itu.

Hmm, aku punya ide sekarang! Syukurlah, sungguh tak diduga hanya masalah peluk Alfan, dia jadi ngambek seperti itu. Toh apa yang salah? Aku hanya memeluk sahabatku karena dia telah membuatku senang tadi.

"Abian, apa yang kau katakan? Apa kau ingat, aku kan pernah memelukmu saat kecil dulu malah sering banget, bukan? Aku memeluk Alfan karena dia begitu baik terhadapku selama ini sebagai seorang sahabat. Dan satu lagi, tempat yang akan dikunjungi ini juga bukan pilihan Alfan semua ada juga pilihanku sendiri dan dia juga menyetujuinya. Hmm ... kau juga sama dengannya, sama-sama baik padaku. Jadi jangan marah pada dirimu sendiri kalau marah padaku sih, gak papa," ucapku sambil duduk di samping Abian, tampaknya dia sedikit reda akan ngambeknya tapi kayaknya dia masih belum puas, Omaygat!

"Oke, gini aja. Aku tentu mau juga memelukmu sekarang." Seketika saat aku telah mengucapkannya, Abian langsung menoleh padaku dengan semangat dan menanti ucapanku yang berikutnya

SIKLUS TAKDIRKU [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang