Luar Baik Dalam Licik

47 33 26
                                    

HAPPY READING!<( ̄︶ ̄)>

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING!<( ̄︶ ̄)>

"Semua sirna, semua harapanku hilang bak burung yang terbang jauh dan pergi ke dunia lain. Kini mengapa aku harus bersapa kembali dengan kesengsaraan? Bahkan ini lebih menyiksa mentalku."

____________________

Aku pun menyandarkan kepalaku agar bisa mendengar lebih jelas percakapan Bibi dan Melina. Tanpa sadar tanganku melepas sapu yang aku lupakan begitu saja dan menimbulkan bunyi yang bisa membuat kaget aku dan memberhentikan percakapan Bibi dan Melina saat itu juga.

Bibi dan Melina mendengar suara jatuhnya sapu yang tadi dipegang oleh Bina. Aku sangat bingung dan ketakutan. Namun, aku tidak bisa melakukan apapun lagi.

"Siapa di sana?" teriak Bibinya dengan geram sambil berjalan dan membuka pintu kamar Melina.

"Bina, tunggu Bibi bisa jelaskan semua!" Bibi terkejut dan bingung sambil memohon ampun di depanku.

Aku hanya memalingkan wajahku sambil memberi ekspresi marah bercampur kecewa. Aku kecewa terhadap Bibi dan Melina yang selalu aku sayangi selama ini ternyata hanya demi mengambil apa yang aku miliki. Di saat Aku hanya diam saja, tanpa merespon kata-kata Bibiku tersebut sambil mengepalkan tanganku, menahan amarah dalam diri.

Akhirnya aku tidak tahan lagi dan mulai memberontak, "mengapa Bibi melakukan ini semua? Apa salahku selama ini?

"Tidak, Bina. Semua tidak benar, aku sama Melina tadi hanya bercanda. Aku bisa jelasin segalanya!" Bibi menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal tersebut.

"Jangan jelaskan lagi, aku sudah muak sama Bibi dan Melina. Aku mau pergi dari sini, aku akan tinggal ke rumahku saja meski sendirian." Aku mulai berjalan ke kamarku, namun satu tangan memegang tanganku membuatku menoleh ke arah orang yang memegang tanganku

"Plak!...." Melina menamparku dengan kerasnya, membuat aku tersungkur ke lantai sambil memegangi pipiku yang terasa sakit.

Sakit! Batin Bina.

Aku tidak menumpahkan air mataku sama sekali meski rasa sakit di pipinya sangat terasa. Aku meyakini jika aku menangis di hadapan mereka, pasti itu pertanda aku lemah. Tidak, aku tak akan lemah begitu saja! batinnya.

"Kalau lo ngak mau mendengarkan dulu perkataan Nyokap gua. Lo berarti mau gua tampar lagi!" geram Melina sambil mengepalkan tangannya.

"Sudah-sudah, Melina Putriku. Baik, jika kamu tak mau mendengarkan semua kata-kata Bibi. Kamu mulai sekarang harus menuruti perintah Bibimu ini, tapi kalau kau membantah maka kau akan sengsara selamanya dan akan segera menyesalinya!" kata Bibi Bina dengan senyum liciknya.

Aku tak menyangka Bibiku akan berubah menjadi serupa orang jahat saat ini. Kemudian tanpa aku ketahui sama sekali dari belakang mendadak rambutnya dijambak oleh Melina dengan kasar.

SIKLUS TAKDIRKU [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang