~•14. Rapat Dewan•~

362 46 7
                                    

Hai Gengzz!!

Gimana kabarnya hari ini?

Semoga selalu dalam keadaan baik yahh..

Di akhir part ini bakal ada fakta sejarah jangan lupa dibaca yahh!

Seperti biasa sebelum baca cerita ini jangan lupa buat vote dan comment!!

Sudahh??

Kalau udah langsung ajaa kuyy bacaa

I hope you enjoy this story

Happy Reading

---

"Bagaimana kalau sekarang kita berteman, Meliana?" Ucap Arya dengan nada bicara yang memelan. Tatapan pria itu sendu, iyah Meli tidak salah. Kedua manik mata tajam yang selalu menatapnya dengan tatapan tak bersahabat kini berubah menjadi tatapan sendu yang tak dapat diartikan saat ini.

Kedua bola mata Meli terbelalak, batinnya berkecamuk dalam tanya. Kenapa tiba-tiba laki-laki yang kini memeluk tubuh mungilnya kini. Sikapnya cepat berubah begitu saja?

Meli mendongak, menatap pria itu dengan sorot mata penuh kebingungan. tatapan mereka berdua bertemu di bawah sinar mentari pagi yang hangat. Mata Meli menangkap pemandangan kedua manik mata Arya yang tak lagi tajam seperti hari-hari sebelumnya. Kini, ada kelembutan di sana, yang anehnya membuat dadanya berdesir hangat saat menatapnya.

Tanpa mengalihkan tatapannya, Meli tertawa terbahak-bahak. "Ahahahaha! Ini cara licik lo apa gimana?" ucapnya, menyindir.

Dahi Arya berkerut bingung. "Apa maksudmu?" tanyanya, heran.

Meli mendengus kesal. "Tatapan mata lo itu!" sahutnya ketus.

Alis Arya terangkat, semakin tidak paham. "Tatapan mata? Aku tidak mengerti maksudmu, bisa jelaskan?"

Meli memutar kedua bola matanya malas. "Lo itu gak jelas! Tiap kali kita ketemu, ketemu lo selalu ketus, galak. Sekarang malah berubah jadi lembut gini?" potongnya tajam.

Arya menjawab. Apa yang dikatakan Meli terdengar tidak masuk akal baginya. Sebagai seorang prajurit sekaligus pengawal pribadi, wajar jika saya bermaksud tegas kepada pendatang seperti Meli dan kelompoknya.

"Begitukah? Itu wajar!" sahut Arya, membela diri.

Meli menggeleng pelan, lalu mendorong perlahan tubuh besar Arya agar menjauh dari hadapannya. "Suka-suka lo, Ar. Dari dulu cowok emang susah ditebak."

Tanpa menoleh lagi, Meli melenggang pergi, meninggalkan Arya yang masih berdiam diri di tempatnya.

Arya memandang kepergian perempuan itu dengan tatapan penuh kebingungan, sebelum akhirnya ia tersadar. "Tunggu, Meliana!" serunya, menghentikan langkah kaki gadis itu.

"Apa?" jawab Meli, datar. Dia bahkan tak membalikkan badannya kepada sang empu.

"Soal yang tadi, apa kamu sudah memaafkan aku?" tanya Arya, sedikit gemetar, menyiratkan harapan.

Meli mengernyit, tampak berpikir sejenak. Lalu, dengan tegas, ia menjawab. "Katanya, kalau ada yang bermaksud baik harus diterima."

Arya tersenyum lebar mendengar jawabannya. "Termaksud menjadi teman, kan?" tanyanya, suaranya berubah penuh semangat.

Meli kembali memutar bola matanya, ia lalu membalikkan tubuhnya, kali ini menatap Arya. "Suka-suka lo, Ar." jawabnya singkat sebelum kembali melangkah pergi.

Terlempar ke Majapahit-(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang