"Jika kau ingin aku mewarnai ilusi kesedihan mu,
maaf, aku sudah kehabisan warna"•••
[He Junlin POV]
Di tinggalkan, di campakan, kemudian di buang hingga berdebu. Bagai boneka usang, dunia selalu terlihat mendung di mataku. Dulu bahkan, aku tak tau namaku, aku juga tak tau bagaimana warnanya langit biru, juga apa kehangatan manusia itu? Aku juga tak tau.
Tapi semenjak bertemu dengan orang itu beberapa minggu yg lalu, dunia ku seakan berubah, sebenarnya siapa dia?
"kau sedang memikirkan apa?"
Suara Ma Jiaqi membuyarkan lamunanku, sekarang aku sedang bersama nya di sebuah kafe, orang yg sudah ku sukai sejak lama, kakak kelas yg selalu terlihat terang di mataku. Rencana nya hari ini aku akan mengungkapkan perasaan ku padanya.
"ah enggak ge, aku cuma lagi perhatiin orang-orang di jalan" kataku kikuk
Ma Jiaqi hanya menggangguk mencoba paham sambil meminum kopi nya
"jadi apa yg ingin kau katakan?"
Aku terdiam sesaat, mataku sekarang tertuju pada pria di hadapanku ini. Menatap dalam, ku tarik nafas ku lalu menghelanya.
"sepertinya aku menyukai gege"
"bisakah kita menjalin hubungan yg lebih spesial?" sambungku
Bungkam, tak ada yg bersuara. Hanya alunan musik kafe yg terdengar di antara kesunyian meja ini.
Ma Jiaqi balas menatap ku, dia tersenyum. Apa maksudnya itu??
"terimakasih telah berani mengatakannya, tapi maaf, untuk sekarang aku hanya ingin fokus pada sekolah dan cita-citaku, di tambah lagi mungkin kita tidak bisa bersama seperti yg kau harap, karna aku sudah menganggapmu adik kandung ku sendiri"
"tapi kita masih bisa berteman seperti sebelum-sebelumya" lanjutnya
Aku diam lagi, tersenyum dan mengangguk. Aneh sekali, umumnya nya orang akan patah hati kalau cintanya di tolak bukan? Tapi kenapa sekarang aku merasa baik-baik saja.
.
.Setelah menghabiskan kopi dan berbincang sedikit untuk mencairkan keadaan, kami memutuskan untuk pulang. Aku berpamitan dengannya ketika kami berpisah di persimpangan.
Ku langkah kan kaki ku ke gang sempit di ujung perkotaan, menuju tempat lembab dan gelap yg mungkin orang biasa akan merasa takut jika menempatinya.
"sudah pulang?"
Aku melonjak kaget saat ada seseorang berdiri di depan rumahku. Yan Haoxiang, orang asing yg ku pikirkan tadi, manusia yg tiba-tiba masuk ke kehidupanku dan memebagi cahaya miliknya.
"sedang apa di sini? dan bagaimana caranya kau tau rumahku?"
Ku hampiri pria itu, aroma nya sekarang jelas tercium di hidungku
"menunggumu" katanya singkat
Ku delik mataku mengarahnya, orang ini aneh, tapi mengapa aku tak merasa risih sedikit pun? Bahkan kebalikannya, aku merasa aman dan nyaman saat bersamanya.
"kau tau? bahkan jika kau membuangku ketepian sampah tanpa di berikan payung, aku tak akan apa-apa, asal kau yg melakukannya" dia tersenyum ke arah ku kemudian beranjak pergi begitu saja
Dasar tidak sopan, kau jadi membuatku memikirkan mu lagi semalaman.
.
.
.TRINGG!!
Bel istirahat berbunyi, membuat hampir seluruh sisawa siswi keluar kelas untuk mengistirahatkan tubuh mereka, begitu juga denganku.
"hey ayo!"