#7 Nightmare

7.4K 657 61
                                    

Jisung diseret menuju belakang sekolahnya yang sepi kemudian tubuhnya didorong sampai jatuh terduduk di tanah berbatu. Jisung meringis merasakan batu tajam yang mengenai pantatnya dengan kasar.

Dengan mata berair surai Jisung ditarik kebelakang agar menatap laki-laki tampan berbibir tebal di hadapannya.

“lo cantik Jisung, manis, gue curiga lo bukan laki-laki” laki-laki tersebut tersenyum remeh, diikuti dua lelaki di belakangnya

“kok diem? Kalo lo gak buka suara gue bakal lepas semua baju lo”

“gue cowok Hwang Hyunjing sialan!” Jisung berteriak tepat di depan wajah pelaku, jengah juga lama-lama, menurutnya kali ini sudah keterlaluan

“kok lo kasar sih?” mengusap bibir tipis Jisung sensual “karena lo udah kasar” tangan Hyunjin menjalar melalui tubuh Jisung dan berhenti tepat di atas kancing celana Jjsung

Tak

“Singkirin tangan kotor lo” Jisung menampik kasar tangan Hyunjin agar menjauh dari tubuhnya.

“ooh udah mulai berani sekarang? tupai manis?” Hyunjin mendekatkan wajahnya pada Jisung dengan seringai yang terpatri di wajah tampannya.

Jisung memalingkan wajahnya kasar

Hyunjin berdiri dan memerintahkan kedua temannya “lucuti bajunya”

Tubuh Jisung meremang mendengarnya, ia berusaha bangkit tapi tidak sanggup. Jisung benci dirinya yang lemah.

Jisung memutar tubuhnya mencoba kabur dengan merangkak. Ia tidak peduli jika tangannya harus tergores batu-batu kecil dibawahnya, yang terpenting baginya sekarang adalah tubuhnya.

Grep

“ah sial” Jisung mendesis lirih

Kedua kakinya ditarik oleh kedua budak Hyunjin, hal itu membuat tubuh depannya bergesekan dengan bebatuan.

Jisung mendongakkan kepala agar wajahnya tidak ikut tergores. Sakit, Jisung ingin menangis keras sekarang

“Ugh.. emm” Jisung bergerak gelisah dalam tidurnya

“ah hahh..” Jisung membuka matanya lebar-lebar dengan napas yang menderu, merasa lega karena berhasil bangun dari mimpi buruknya.

Jisung bangkit dari tidurnya, kepalanya serasa berdenyut. Ia mengambil gelas air di atas nakas
“ck” air di dalamnya sudah habis, ia lupa mengisinya sebelum tidur

Jisung berjalan sempoyongan menuju dapur sambil menenteng bantalnya, ia berencana tidur bersama papanya setelah mengambil minum.

Glup glup

“ahh legaa..” Jisung membersihkan sisa air di bibirnya menggunakan legan baju tidurnya

Jisung mengernyit menatap jam dinding berbentuk kucing oranye dalam kegelapan, “hm? Jam? Dua belas”

Jisung berjalan pelan menuju kamar papanya agar tidak menimbulkan suara. Ia menggenggam knok pintu dan membukanya perlahan

“pa.. eh, kok nggak ada” Jisung melengkungkan bibirnya ke bawah, padahal semua lampu sudah dimatikan lalu kemana papanya? Apa pergi keluar? Tanpa berpamitan?

Jisung kehilangan minat untuk kembali tidur, ia memutuskan menuju rooftop untuk mencari udara segar, lagian pusingnya masih belum hilang, akan sangat tidak nyaman untuk kembali tidur.

Cklek

“papa?” Jisung berhambur menuju pelukan Minho

Mengetahui kehadiran Jisung, Minho langsung mematikan puntung rokoknya ke asbak dan merentangkan kaki dan tangannya bersiap memeluk putra manisnya.

(ceritanya Minho itu lagi duduk bersila di amben, tau amben kan? Kayak meja panjang + lebar tapi buat duduk)

Plop

Jisung membenamkan wajahnya di dada bidang Minho dengan tangan yang masih setia memeluk bantal.

Minho mengeratkan tangan dan kakinya menghimpit tubuh Jisung dalam pelukan

Sangat nyaman, 1 menit, 3 menit, 5 menit, “ugh sesak, Jisung susah napas”

Minho terkekeh dan melonggarkan melukannya “kenapa? Mimpi buruk lagi?”

Jisung mengubah posisi menyandarkan punggungnya di dada Minho “huum”

Minho melingkarkan tangan pada bantal yang dipeluk Jisung dan menyandarkan kepalanya di bahu yang lebih kecil.

Ingin rasanya Minho pergi ke masa lalu dan mengubah cerita yang membuat trauma putra manisnya

—pa, boleh nggak Jisung tidur sama papa?”

“boleh dong, tumben minta ijin, biasanya juga langsung nyelonong”

“um maksud Jisung gak cuma hari ini pa, tapi setiap hari” Jisung menoleh menatap sang papa yang juga menatapnya.

Benar, dilihat dari jarak sedekat ini, jisungnya sangat manis

“ehem” Minho menjauhkan wajahnya dari Jisung.

Minho melepaskan pelukannya dan menyandarkan tubuhnya kebelakang.

Ia kembali teringat apa yang Mina katakan sebelum pergi “gara-gara mama aku nggak bisa berpikir seperti dulu kan” Minho memijat pelipisnya

Jisung membalikkan tubuh menatap Minho “papa gak mau tidur bareng
Jisung tiap hari?”

Minho menatap manik Jisung tanpa mengatakan apa pun

Melihat papanya yang tak memberikan respon positif tentang permintaannya membuat hati Jisung berdenyut.

Jisung memilih pergi menuju kamar dan meninggalkan Minho sendirian.

“hah” Minho mengusak rambutnya kasar.

17/11/20

Baby Boy | MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang