Tiga

999 158 2
                                    

**** kampus ****

"Kenapa lagi? " tanya yuna halus. Mereka tau jika Rose sudah memakai kaca mata bacanya, ia pasti habis menangis. "Kau pulang ketempatku saja ya? " tambah yuna.

Hati Rose seketika terasa terhenyuh saat mendengar perkataan yuna. Matanya kembali memanas, ingin rasanya ia memeluk yuna dan menangis di pundak sahabatnya.

Mina dan yuri yang duduk di depan mereka hanya bisa menatap sedih saat melihat hidung dan mata Rose yang memerah menahan tangis .

Yuna menarik tubuh Rose dan memeluknya. "Tidak apa-apa. Menangislah. Belum banyak orang kok. " ucap yuna menepuk-nepuk halus punggung Rose dan sesekali mengusapnya agar Rose terasa tenang.

Rose menangis sesegukan, itu karna ia tak bisa menahan kesedihan dan suaranya yang tak keluar.

Mina dan yuri hanya menatap sedih karna posisi mereka terhalang meja Rose dan yuna.

Cukup lama Rose menangis. Tapi kini ia berusaha menetralkannya.

Rose menarik kacamatanya dan mengambil tissu yang diberikan mina. "Gomawo" ucap Rose.

Yuna menatap sahabatnya itu. "Hari ini di rumahku saja dulu ya" ucap yuna.

Rose mengangguk karna sebenarnya ia juga tak ingin pulang.

Alasan Rose tak keluar dari rumahnya walaupun sebnarnya ia ingin sekali keluar itu karna. Biar bagai manapun appa yang sering memarahinya itu adalah appa kandungnya. Ia tak tega jika harus meninggalkan appanya. Alasan kedua, ia masih ingin kuliah dan alasan ketiga yabg baru-baru ini muncul di otaknya adalah Rose takut jika rumahnya di ambil alih oleh ahjumma itu. itu saja.

*

Rose tak ikut teman-temannya ke kantin. Ia memilih mengistrirahatkan matanya dan pikirannya.

kini Rose sedang duduk menyandarkan punggungnya di dinding di bagian atas gedung perpustakaan ini. Atau lebih tepatnya di rooftop.

Tadi Rose mengatakan pada teman-temannya jika ia ingin ke perpustakaan. Padahal ia terus berjalan ke atas.

Ini bukan kali pertamanya ia di tempat ini.  Ini kali ketiga ia berada di tempat ini. Mendapatkan angin yang berhembus kencang dan udara yang cukup membuat hatinya tenanglah yang cukup membuatnya betah berada di sini.

Rose mengambil ponselnya dan membuka foto-foto yang terdapat di galeri ponselnya.

Mata Rose memanas begitu melihat folder yang bertuliskan My Family.
Rose membuka folder itu dan melihat-lihat foto mereka yang dulu cukup bahagia.

Rose sesekali tersenyum saat melihat foto eomma dan oppanya yang tersenyum bahagia sambil saling merangkul. Ia terus menscrool foto-foto tak jelas mereka.

Dan seketika mata Rose kembali memanas begitu melihat fotonya bersama appa yang di mana Rose berada di punggung appanya dan tersenyum bahagia menatap kamera.

"Apa salahku appa? Kenapa kau membenciku sekarang? Apa yang kuperbuat sampai kau memperlakukanku begini? "Rose menatap langit "satu tahun kepergian eomma, kita berdua masih bahagia. Kau bahkan memberikan apapun yang kuinginkan, yang dulu susah untuk kudapatkan karna kalian memproitaskan oppa. sekarang oppa bisa cari uang sendiri dan pergi jauh. Tapi, walaupun begitu kita berdua masih bahagia walaupun tanpa eomma. Kita berdua bahkan hampir tiap hari ke makam eomma. Tapi-" Rose menyeka air matanya. "Kenapa kau berubah. Sebulan ini setelah kau menikah lagi, kenapa kau berubah appa?? Aku rindu kita yang dulu. Walaupun kau tak begitu menunjukan bahwa kau peduli padaku, tapi aku tau kau selalu memperhatikanku. Diam-diam kau selalu masuk ke kamar hanya untuk mengecek apa aku tidur dengan nyaman atau tdk. Diam-diam membelikan apa yang ku inginkan walaupun kadang aku bingung dari mana kau tau itu. Tapi aku bahagia saat itu. Saat itu aku merasa beberapa tahunku yang merasa terabaikan, berubah. Aku menyayangimu. Tapi kenapa kau kini berubah? Mana appa ku yang dulu? Mana appa yang selalu memperhatikanku? Mana appa yang selalu kubanggakan? Mana? Hiks " Rose menunduk dan menangis.

Always be with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang