4.Daniel

2K 193 0
                                    

Kandisya berdiri sambil memandangi foto pernikahannya bersama Daniel, lelaki baik hati yang dipilihkan ayahnya untuk menemaninya hingga maut memisahkan mereka berdua.

Keluarganya dan keluarga Bastian, orang tua Daniel memang sudah bersahabat sejak dulu. Saat Bastian mengetahui kalau Kandisya sedang melanjutkan kuliahnya di Paris, dia sangat senang karena puteranya juga tengah menetap dan bekerja disana. Kemudian dia dan Bagaskara mempunyai ide dan berencana untuk mempertemukan keduanya, agar Daniel bisa ikut menjaga Kandisya selama dia berada di Paris.

Setelah diperkenalkan dengan Kandisya, Bastian dan Inaya langsung menyukai dan jatuh hati pada putri sahabatnya itu. Mereka berdua memberanikan diri melamarnya langsung pada Bagaskara. Bak gayung bersambut, Bagaskara pun setuju namun tetap memberi ruang pada putrinya untuk menentukan.

Awalnya Kandisya sempat menolak lamaran itu karena dia tidak mau dijodohkan. Lagi pula dia masih setia menyimpan nama seseorang didalam hatinya. Namun ketika melihat orangtuanya sangat berharap dan juga kesungguhan serta ketulusan Daniel padanya, dia akhirnya menyerah dan menerima perjodohan tersebut.

Pernikahan mereka berdua pun terjadi. Kehidupan rumah tangganya bersama Daniel berjalan dengan baik meskipun tanpa cinta didalamnya. Mereka berdua sama-sama berusaha untuk menerima dan membahagiakan satu sama lain demi keutuhan rumahtangga yang sedang mereka jalani.

Kebahagiaan mereka semakin bertambah dengan hadirnya sang buah hati berjenis kelamin perempuan yang diberi nama Aruna. Gadis itu tumbuh menjadi gadis kecil yang sangat cantik karena mewarisi kesempurnaan wajah milik ibunya.

Namun kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Setelah enam tahun hidup bersama sebagai suami istri, Kandisya harus rela kehilangan suaminya karena sebuah kecelakaan mobil yang menimpanya setahun yang lalu.

Hari itu, ketika mendengar Bagaskara sakit dan harus di operasi disalah satu rumah sakit di Jakarta, dia dan Daniel yang selama ini menetap di Paris segera terbang ke Indonesia untuk melihat keadaan ayahnya. Tapi naas mobil yg mereka tumpangi mengalami kecelakaan di ruas jalan tol ketika dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Kondisi Aruna cukup baik saat itu karena meskipun terluka parah tapi tidak mengalami luka dalam yang serius sehingga kondisinya dinyatakan aman. Sementara tim medis lainnya mengabarkan bahwa kondisi Kandisya dan Daniel kritis sehingga membutuhkan tindakan operasi.

Akhirnya operasi pun dilakukan atas persetujuan Rama yang selama ini memang berada di Jakarta untuk menemani Bagaskara. Dokter yang menangani operasi Kandisya mengatakan bahwa pasien mengalami patah tulang tetapi nyawanya masih bisa diselamatkan. Sementara dokter yang menangani Daniel menyatakan bahwa pasien mengalami luka parah hampir disekujur tubuhnya dan kehilangan banyak darah sehingga nyawanya sudah tidak bisa diselamatkan.

Kejadian itu masih saja membekas dihati Kandisya apalagi Aruna. Sampai sekarang mereka masih ditangani psikiater untuk mengatasi traumanya. Setiap malam datang, Kandisya selalu kesulitan memejamkan mata karena bayangan kecelakaan itu sering muncul kembali di ingatannya. Aruna pun demikian, gadis kecil yang baru berusia 5 tahun itu masih sering menjerit dan menangis tiba-tiba dalam tidurnya.

Kandisya tak kuasa menahan air matanya saat mengingat kejadian itu, apalagi melihat kondisi anaknya yang hingga kini masih sedih karena kehilangan salah satu orangtuanya.

"Mama..."

Mendengar suara panggilan putrinya, Kandisya segera menghapus airmatanya lalu menghampiri Aruna yg sedang berdiri dipintu kamarnya.

"Kenapa sayang?"

"Aku kangen papah mah, aku mau ketemu papah."

Kandisya yang melihat putrinya menangis merasa teriris hatinya. Dadanya terasa sesak dan terhimpit setelah mendengar suara kepedihan yang sedang dirasakan Aruna.

Kandisya kemudian berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan putrinya. "Aruna dengerin mama ya sayang, walaupun papah sudah nggak ada lagi tapi papah akan selalu ada dihati kita." ucapnya sambil mengarahkan tangannya ke dada Aruna. "Mama janji akan menggantikan papah menjaga Aruna dan kita berdua akan terus bersama."

Aruna hanya mengganggukan kepala, mungkin hatinya sedikit lebih tenang setelah mendengar apa yang diucapkan sang mama. "Aku janji nggak akan manja lagi. Aku mau jadi anak yg baik buat mama. Aruna sayang mama."

Mereka kemudian saling berpelukan sambil menyalurkan perasaan mereka masing-masing. Ini memang bukan hal yang mudah, tapi Kandisya sudah bertekad bahwa dia harus kuat demi dia dan putrinya.

"Aruna mau bantuin mama beresin baju, nggak?" Kandisya mencoba mengalihkan kesedihan Aruna.

"Mau.." ucap Gadis kecil itu sambil membantu ibunya memasukan baju-baju yang akan dibawa.

Sebenarnya Aruna keberatan ditinggal ibunya. Apalagi semenjak Daniel meninggal, dia semakin posesif. tapi berhubung dia sudah berjanji tidak akan manja lagi, akhirnya dia terpaksa menyetujui.

Kandisya tersenyum sambil mengacak rambut putrinya dengan gemas, tidak menyangka Aruna kini semakin pintar. Hatinya sedikit lebih tenang karena Aruna sudah mengizinkan dia pergi.

"Oh iya mama lupa ngasih tau kalau aunty Shely katanya mau ke Jogja. Jadi Aruna nggak sendirian lagi disini karena ada aunty yang nemenin."

"Beneran aunty mau kesini?" tanya Aruna sedikit terkejut.

"Beneran dong. Jadi Aruna bisa ditemenin sama aunty selama mama di Bandung."

Aruna terlihat senang dirinya akan bertemu kembali dengan Shely. "Kapan aunty dateng, mam?"

"Mungkin besok atau lusa, nanti paman Rama yang jemput." ucap Kandisya sambil mengelus punggung putrinya.

"Horeeee!" Aruna kemudian berjingkrak. Kesedihan di wajahnya sirna seketika setelah mendengar rencana kedatangan Shely. Namun teriakannya tiba-tiba saja berhenti setelah mendengar nada dering dari ponsel Kandisya.

"Ada telpon, mam." Aruna mengambil benda pipih itu lalu diberikan pada sang ibu.

Ketika nama Sindy muncul di layar ponselnya, Kandisya pun segera menerima panggilan itu.

"Hallo mbak apa kabar?" terdengar suara Sindy menyapa dengan ramah. "Saya hanya ingin memastikan kembali mengenai jadwal keberangkatan mbak Disya." sambungnya.

"Kabar saya baik, Sindy. Saya berangkat besok, sesuai jadwal sebelumnya."

"Baik mbak. Kalau sudah sampai, mbak Disya bisa hubungi saya atau pak Juna. Kami juga sudah mempersiapkan apartemen untuk mbak Disya selama tinggal di Bandung."

"Nggak usah repot-repot, Sin. Lagipula saya rencananya mau tinggal di rumah orangtua saya aja. Sekalian nengok rumah." Kandisya menolaknya karena merasa tidak enak hati.

"Orang tua mbak Disya tinggal di Bandung?" Tanya Sindy.

"Dulu saya dan ibu sempat tinggal di Bandung. Tapi setelah beliau meninggal, saya akhirnya ikut ayah tinggal di Jogja."

"Ya sudah kalo gitu, nanti saya sampaikan ke pak Juna."

"Terima kasih ya, Sindy."

"Iya mbak sama-sama, sampe ketemu di Bandung." percakapan mereka berdua pun berakhir.

Kandisya kembali melanjutkan kegiatannya dibantu Aruna. Setelah menyiapkan semua perlengkapan yang akan dia bawa, Kandisya kemudian mengajak Aruna pergi jalan-jalan untuk membeli beberapa makanan khas Jogjakarta yang akan dia bawa ke Bandung sebagai buah tangan.

-------------------------------
♥♥♥♥♥------------------------------

Sang Mantan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang