E N A M

49.5K 4.5K 152
                                    

Happy reading ❤️
Typo bertebaran, harap maklum

***

Hari demi hari Hana lewati menahan rasa sakit Ini. Ia berharap menikah dengan Daniel, ia akan mendapatkan perilaku yang layak di sayang, dicintai, dan di lindungi. Tapi tidak kini ia selalu mendapatkan perilaku kejam dari Daniel Seperti di tampar,di pukul, di injak, bahkan ditendang. Bahkan seringkali maid dan bodyguard  di mansion ini menyaksikan kekejaman daniel terhadap Hana, tidak ada yang membantu kecuali Ira dan Dika.

(Dika: Bodyguard yang membantu Hana mengangkat koper di mansion Aditama)

Tapi Daniel memberi peringatan kepada keduanya untuk tidak membantu Hana, ia tak segan-segan memberhentikan pekerjaan siapapun yang berani menghalangi nya untuk menyiksa Hana.

Hana tidak bisa melawan ,kalau ia melawan sama saja ia mencari mati, karna ia tau keluarga Aditama itu kejam dan terlebih lagi mafia karna waktu itu bik Ira memberitahukan nya, mungkin saja Daniel tak segan-segan membunuh nya. Saat sedang melamun, tiba-tiba pintu utama mansion terbuka membuat wanita itu tersadar, Hana berdiri dari sofa dan melangkahkan kakinya menghampiri Daniel yang baru pulang dari kantor, karna setiap ia pulang sekolah Daniel pergi ke kantornya untuk melanjutkan perusahaan sang ayah walau masih 17 tahun ia Sangat pandai memegang alih perusahaan. Setiap hari senin-jumat, karna sabtu dan minggu libur.

"Niel, sini aku bawain tas sama jas kamu" ucap Hana, tapi Daniel tidak menghiraukannya, ia berlalu dari Hana memberikan tas dan jasnya ke maid, maid itu menerima nya dan setelah itu pergi.

"Kalau kamu mau mandi dulu, mandilah. Aku akan memanaskan makanannya untukmu" ucap Hana, Daniel memutar badannya menghadap wanita itu.

"Memanaskan kata lo hah!" ucap Daniel dingin dan juga ada nada tak suka yang ia ucapkan.

"I-iya, aku kira kamu bakal pulang cepat dari biasanya, enggak taunya kamu pulang larut. Sebentar aku memanaskan makan-"

PRANG!!

Tubuh Hana terjengkit dan wajahnya terkejut saat Daniel membanting vas bunga kecil ke lantai tepat di depannya, sehingga serpihannya berhamburan, bahkan ada yang mengenai lakinya.

"Gue tau lo yang masaknya dan lo bilang mau memanaskan makanannya? Cihh, gue gak sudi, itu menjijikan"

Daniel mencengkeram kuat rahang wanita itu, lagi-lagi Hana di buat meringis kuku Daniel bahkan menancap kekulit pipinya yang mulus itu.

"Sampai kapanpun, gue ngak sudi makan masakan yang lo buat"

"Ta-tapi-" belum sempat Hana melanjutkan kalimatnya, Daniel mendorong kuat tubuh Hana hingga wanita itu tersungkur ke lantai yang ada serpihan vas itu. Bahkan lutut dan telapak tangannya terkena serpihan Itu, Hana terisak saat melihat darah mengalir.

Kemudian Daniel mengarahkan kakinya untuk menginjak tangan Hana bahkan ia menekan kuat sehingga darah dari telapak tangannya mengalir deras. Hana memekik keras, namun Daniel tidak menghiraukannya.

"Aww...Da-daniel.... Sa-sakit, kumohon... Le-lepas"

Daniel melepaskan tinjakkannya, Hana bernapas lega. Namun Daniel kembali mencengkeram rahangnya hingga wanita itu mendongak, kemudian tangan Daniel melayang ke pipi mulus Hana.

PLAK

Hana merasa pipinya panas, tamparan Daniel tidak main-main bahkan bisa ia rasakan bibirnya sedikit berdarah.

"Menangis sepuas lo, karna penderitaan lo masih panjang!!" ucap Daniel dingin, ia menyeringai tajam.

"Jangan ada yang bantu dia!! Kalau ada saya gak akan segan-segan memecat pekerjaannya!!" teriak Daniel mengema di seluruh sudut mansion ini, bahkan pekerja yang mendengar menutup telinga aaat mendengar teriakkan tuannya. Kemudian Daniel berjalan menuju ke kamarnya.

Hana melihat telapak tangannya yang tidak bisa dibilang sobek sedikit bahkan ada serpihan vas yang menancap disana. Wanita itu menangis dalam diam, tiga orang maid yang ada di dapur melihat Hana Iba.

"Aku mau bantu dia Bik, tapi aku juga gak mau kehilangan pekerjaan" ujar salah satu maid bernama Jea.

"Biar bibik saja" ucap Ira, ia hendak melangkah ke Hana tapi tangannya lebih dulu di cekal.

"Tapi, nanti bibik di pecat gimana?" tanya April.

"Gapapa, bibik ikhlas kok" jawab Ira.

"Kalau gitu April bantu, Jea kamu ambil kotak P3K ya" kata April di anggukkan oleh Jea. Ira dan April menghampiri Hana.

"Non gapapa?" tanya April. Hana mendongak.

"Iya aku gapapa, kalian pergi aja gak usah bantu aku, nanti kalian di pecat" lirih Hana.

"Gapapa kami ikhlas kok kalo nanti kami di pecat, ayo" April Menarik pelan Hana agar wanita itu berdiri dan di bantu juga oleh Ira. Mereka berjalan ke dapur disitu udah ada Jea.

***

"Di obatin dulu ini nanti infeksi" ucap April sambil mencari sesuatu di kotak P3K, setelah ketemu Ia mengambil tangan Hana ke pahanya.

"Tahan ya non, ini agak sakit" April mulai mengambil serpihan vas yang menancap di tangan Hana dengan hati-hati. Hana mengetakkan giginya sesekali meringis menahan sakit.

"Asshh... Sakit.." ringis Hana. Ia merasa perih di telapak tangannya.

Setelah mengambil serpihan itu kini tangan Hana di kasih betadine kemudian dibalut dengan kapas dan perban.

"Kok kamu lihai banget ya" kata Hana sedikit terkekeh. April tersenyum.

"Aku dulu pernah bekerja di puskesmas kampung aku dulu non" balas April. Ira hanya menyimak sedangkan Jea mengambil minum untuk Hana.

"Kenapa berhenti?" tanya Hana. Senyum April mendadak luntur, ia menundukkan kepalanya membuat Hana dan Ira binggung. Memang April tidak pernah cerita apapun sama seluruh maid atau bodyguard disini.

"Aku pergi karna sakit hati" lirih April masih menundukkan kepalanya.

"Kenapa?" kali ini Ira yang bertanya. April tidak menjawab. Hana memegang tangan April pakai tangan kanannya, karna tangan kirinya luka tadi.

"Gapapa kalau belum mau cerita" ucap Hana lembut. April Mendongakan kepalanya saat mendengar ucapan lembut Hana. Ira dan Hana tersenyum, April ikut tersenyum dan mulai menceritakan.

"Dulu aku dan suamiku di jodohkan, dia tidak mencintaiku. Setiap hari ia memperlakukan ku dengan kejam. Aku mencintainya, tiap hari aku membuatnya mencintaiku, tapi apa daya aku harus menyerah untuk mendapatkan cintanya. Makanya aku pergi menjauh darinya saat dia memperkenalkan pacarnya di hadapan ku" ujar April panjang lebar. Jea mengelus punggung April memberinya semangat. Ia telah kembali dari membuat minum Hana.

"Sabar ya, bibik berdoa semoga kamu mendapatkan lelaki yang lebih baik darinya dan mencintaimu apa adanya" ucap Ira tersenyum, Hana dan Jea mengangguk setuju, April tersenyum.

"Iya yang kuat oke" kata Hana.

"Kamu juga"

Hana tersenyum perih, mereka tau kalau wanita itu tersenyum palsu.

"Oh iya, kalian gak benci sama aku?" tanya Hana pelan. Ketiga orang itu kembali tersenyum.

"Ngak kok non, aku mengikuti insting ku saja bahwa nona enggak sejahat yang dikatakan orang" ucap Jea di anggukan oleh April dan Ira, Hana tersenyum lebar dan memeluk mereka bertiga.

"Terima kasih" mereka bertiga hanya berdehem sambil tersenyum dan membalas pelukan Hana.

"Udah sekarang kita tidur yok, nona juga besok sekolah ini udah jam 12 loh" kata Ira setelah melepaskan pelukannya sambil melihat jam di dapur.

"Oke, aku duluan ya, selamat malam" Hana berdiri dari duduknya.

"Malam juga non" balas mereka bertiga sebelum melangkah ke kamar masing-masing.

"Bismillah, semoga besok Baik-baik saja" doa Hana sebelum menutup matanya dan masuk ke alam mimpi.

---

Tbc.

Jangan lupa Vote dan Komen ya. Gratis Kok hehe...

Terimakasih Sudah Membaca, Vote, dan Komen.
Assalamualaikum.

BROKEN HEART [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang