e n a m

754 122 9
                                    

"Ya terus gue harus gimanaaaaa?????"

Yana menutup telinganya rapat-rapat. Cukup lelah mendengarkan sambat dari sahabatnya ini.

"Ca, kembaran lo tuh!"

"Nggak tau gue nggak kenal."

Marsha mengedik cuek. Masih marah soal kemarin.

Enak sebenarnya membolos. Tapi sekarang punggungnya kaku karena terlalu lama duduk menyetrika pakaian.

Yana memutuskan untuk mengikuti jejak Marsha. Menjauh dari Rena.

"Yan, kok lo gitu? Gue lagi curhat kok malah ditinggal?"

"Kuping gue berdenging dengerin lo ngoceh, Ren."

Lalu Yana menunjuk ke arah pintu,

"Tuh, ada Nana tuh. Cerita sama dia aja."

Yang disebut menaikkan alis. Duduk di samping Marsha. Ikut memasukkan wafer ke dalam mulut.

"Apaan nyebut-nyebut gue?"

"Itu biasa si Rena curhat," sahut Marsha.

Nessa, atau akrab dipanggil Nana, tertawa. Ia ingat mereka sempat membicarakan soal ini semalam.

"Kenapa, sih, Ren? Masalah semalem?"

"Iya. Na, dengerin curahan hati gue ya, Na?"

"Iya. Gue dengerin."

"Tapi lo ke sini dulu!"

"Ogah ya. Tempat duduk gue kan emang di samping Caca."

Menyerah.

Rena ikut duduk bersama ketiga lainnya. Menyandarkan kepalanya di pundak Yana selagi bercerita panjang lebar.

"Lo tuh nyalon tinggal nyalon, Ren. Gue yakin lo bisa, kok."

"Ya tapi gue nggak pede, Na. Ntar kalo calon yang lain populer gimana? Gue kan nggak terkenal!"

Yana menggeleng heran, "Ya terus kenapa, Ren? Lo terkenal kali. Sebagai pacarnya Kak Lucas, kan?"

"Hush! Diem!"

"Udah putus mereka, tuh."

"Hah? Apa? Seriusan, Ca?"

"Udah ya. Gue nggak mau ngomongin kingkong raksasa kurbel itu."

"Tapi gue penasaran!"

Yana yang penasaran memang tak ada obatnya. Nessa jadi ikut tertarik.

Menatap Rena minta penjelasan.

"Kak Lucas lagi ngedeketin anak kuliahan. Gue kayak back up plan aja gitu, kalo misal si anak kuliahan nolak dia."

"Terus?"

"Ya itu anak kuliahan nerima dia! Makanya gue ditinggal!"

"Anjing banget kan?" geram Marsha, "Dikira kembaran gue pemain cadangan, gitu? Main bola aja bolanya lari ke kanan dia larinya ke kiri."

Suara tawa Yana mengudara. Lantang dan mengundang.

Nessa sampai harus menyeka air mata di sudut matanya.

"Emang yang nawarin lo buat nyalon bareng siapa, Ren?"

"Itu. Si Satria."

"Satria yang itu? Anak IPS yang serem itu?"

"Iya. Satria yang itu."










































Cerita Kita!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang